salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
Sebastian Haidar tidak punya pikiran kalau pada usianya yang ke-19 tahun, dia resmi jadi seorang ayah.
Dia baru 19 tahun dan hidupnya memang liar, tapi nggak menyangka akan seliar itu sampai-sampai membuat hidup orang lain jadi hancur. Terlebih lagi dengan fakta kalau ia menghancurkan hidup orang yang dicintainya.
Sebastian tidak tahu sejak kapan ia jadi pengecut. Haidar tidak berarti apa-apa pada seorang laki-laki yang kini menatap gamang di depan pintu rumah perempuan yang ia sayang.
Pikirannya kacau semenjak tadi malam, bahkan saat perjalanan pulangnya di kereta, kepalanya tidak dipenuhi apa-apa selain Jane Selena. Selain perempuan yang dulu pernah bilang padanya, kalau cita-citanya adalah jadi pramugari. Jadi pramugari karena Sebastian lebih dulu berkata akan mengambil jurusan teknik dirgantara. Dia nggak mau jadi pilot, karena selain biaya sekolahnya yang mahal, Sebastian juga nggak mau jika nanti terjadi hal-hal yang nggak diinginkan.
Sebastian itu laki-laki pertama yang membimbing arah mimpi Jane Selena. Juga sekaligus jadi laki-laki pertama yang menghancurkannya.
Laki-laki dengan sorot mata sendu itu sudah berdiri lima menit lebih sedikit di ambang pintu. Cuma geming dan menatap nanar pada kenopnya, barangkali tangan si pemuda ikut layu seperti hatinya gara-gara diberitahu, semalam Jane menangis lagi. Dan dia tidak ada di sana. Atau mungkin untuk alasan yang lebih gila, dia lupa bagaimana cara mengetuk pintu.
Hingga tanpa disangka, pada sekon berikutnya. Pada detik di mana kepalanya masih menyuarakan suara-suara riuh, Jane sudah membuka pintunya. Membuat Sebastian tepat berdiri di hadapannya, netra keduanya bertaut. Dapat Sebastian temukan garis hitam di bawah mata bulatnya, juga kantung matanya yang kini berubah bengkak. Tapi Jane tidak bilang apa-apa selama tiga puluh detik itu. Keduanya memilih geming, meski harus diberitahu masing-masing dari kepala mereka punya banyak suara.
Suara yang tidak tahu harus dibicarakan seperti apa.
Sebastian jelas tahu, dari netranya yang kosong itu, dari manik mata coklatnya yang tak lagi bersinar itu, ada sesuatu yang ikut renggut bersama binar cantik miliknya. Dan Sebastian Haidar, laki-laki yang kini menatapnya nanar, jadi penjahat yang merebutnya dari netra bening Jane Selena.
Pada detik ketiga puluh satu perempuan itu memilih abai, ia berjalan menuju tong sampah untuk membuang seplastik limbah rumah tangga.
Dan ya, Jane membuangnya sambil membayangkan Sebastian yang ia masukan ke dalam tong itu.
Laki-laki sialan bernama Sebastian Haidar.
"Hi, Jane. How are you?"
Itu pertanyaan bodoh, sungguh. Orang gila saja bahkan tahu kalau Jane Selena sedang tidak baik-baik saja. Dari rambutnya yang berantakan dan belum disisir, dari kantung matanya atau raut wajahnya yang di keningnya seakan ditulis kill me and i'll give you 5 hundred dollars.
Jane geming, memilih untuk diam dan tidak menjawabnya. Kakinya melangkah kembali ke dalam rumah, tapi sebelum perempuan itu menyentuh kenop pintu, Sebastian mencekal pergelangan tangan perempuan itu erat.
"Aku baru pulang, Jane."
Suaranya parau dan bergetar saat Jane menatapnya dengan pandangan penuh kebencian. Kalau ada alat ukur pasti untuk mengukur rasa sakit, Sebastian bertaruh pasti skalanya sudah lebih dari 45 del sekarang.
Jane mendesis, tertawa sumir pada sekon selanjutnya hingga mampu membuat leher Sebastian serasa dicekik. "Rumah lo bukan di sini, pergi."
"Jane."
Sebastian memanggilnya lembut, pandangannya teduh. Tapi saat netra keduanya bertaut, laki-laki itu temui Jane menyimpan riuh.
"Aku bahkan belum temuin mama papa aku dan belain ke sini buat kamu, tolong hargain sedikit."
"Hargain apa? Apa membuat mimpi gue hancur itu juga cara lo menghargai gue?!"
"Jane," Sebastian memanggilnya sekali lagi, tapi di antara tatapan teduh si laki-laki, perempuan itu mulai menangis kembali. Kali ini kencang sekali hingga ia menekuk lutut dan menangis sambil terduduk seperti anak kecil.
"Lo tahu banget jadi pramugari itu mimpi gue, satu hal yang gue perjuangkan mati-matian. Bukan cuma untuk hidup dan dihargai mama tapi juga buat lo Tian!"
Sebastian tidak tahu harus bersikap apa selain memeluk Jane erat dan meminta maaf berulang kali. Berulang kali hingga perempuan itu muak mendengarnya.
"Lo bodoh! Lo jahat, lo brengsek!"
Jane memukul Sebastian disela-sela tangisnya, meskipun itu tidak berarti apa-apa selain pukulan tanpa rasa sakit. Justru tangisnya yang membuat Tian merasa sesak.
Tangisan Jane, yang disebabkan dirinya.
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
"Gue mau gugurin dia."
"Jangan gila."
Sebastian menatapnya nanar, tangannya mengepal. Jane yang berdiri di depannya sekarang, bukan seperti Jane yang ia kenal.
"Terus apa? Lo mau mempertahanin dia?! Tian tahu nggak sih lo gimana susahnya ngurus anak, gimana repotnya ketika dia buat masalah?"
"Terus apa pilihan lainnya? Membunuh makhluk yang bahkan belum sempat lahir ke dunia? Gimanapun juga dia darah daging kamu, Jane. Kamu ibunya."
Mendengarnya Jane cuma bisa menggertakkan giginya dan menjambak rambutnya kuat-kuat, seolah-olah dengan itu masalahnya akan selesai lebih cepat.
"Tian! Ngurus anak bukan cuma sekedar ngasih makan dan dan buat dia tidur tenang, gimana sekolahnya, gimana popoknya? Gimana keperluan hariannya?! Gimana kalau ternyata biayanya lebih dari yang kita kira? Kamu pikir gampang ngurus anak!"
Sebastian geming sebentar, sedetik kemudian kembali menatap teduh Jane. Laki-laki itu berjalan mendekatinya. "Dan kamu pikir membunuh seseorang itu lebih gampang dari merawatnya? Anak ini bisa jadi apa aja, dia bisa jadi pilot, tentara, atau bahkan pramugara seperti yang dicita-citakan ibunya. Dia juga punya masa depannya sendiri, dia punya hidup yang harus dijalani. Dan kita nggak punya hak apa-apa untuk buat dia nggak ada. Jane, jangan gila. Aku bisa kerja sambil kuliah, aku bisa jual mobil dari mama, aku bisa lakuin apa aja buat kita kalau kamu percaya. Jadi jangan begini. Jangan bunuh dia sayang."
Sebastian menitikkan air matanya, memohon sepenuhnya pada Jane untuk tidak melakukan hal-hal di luar jangakaunnya. Sebastian tahu, Jane itu perempuan paling nekat yang pernah dikenalnya. Perempuan yang keras kepala tapi rapuh juga.
Jane masih menangis. Rasanya sesak sekaligus sakit. Seperti ditusuk ribuan pisau lalu tewas mengenaskan begitu saja. "Terus gimana? Lo mau gue ikut ke Bandung? Lo masih kuliah, gue nggak bisa ngurus dia sendirian. Mama pasti bakal marah kalau tahu anaknya begini."
Jane bersuara lirih, suaranya sangat parau. Sebastian menggigit bibir bawahnya, lantas tanpa aba-aba menarik Jane dalam peluknya. Sebastian jelas tahu segila apa orang tua Jane, mereka tidak akan segan memukuli anaknya kalau tahu gimana perilakunya selama ini. Laki-laki itu mengusap lembut rambut Jane, mencium pucuk kepalanya dan membisikan beberapa kata saat kemudian---
Mama Jane berdiri di ambang pintu sambil menatapnya nyalang, belanjaannya jatuh ke lantai. Dan pada sekon berikutnya, naas sudah riwayat hidup mereka.
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
sadar nggak mulai chapter ini sebastian manggilnya pake kamu lagi bukan aku hihihi, anw mereka nggak lama amat jadi remajanya paling dua chapter ke depan adiyasa udah ada dan cari maminya hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mommy - Hunsoo ✔
RomanceMan is the only animal that refuses to be what he is - Albert Camus Malam itu jadi alasan kuat kenapa hidup Jane Selena berputar 180 derajat. Lewat cahaya lampu yang bersinar terang, atau pada alkohol yang memabukan, sebuah kisah klise telah diranca...