18: susu

805 130 14
                                    

salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

Pagi baru dimulai saat Sebastian melakukan peregangan ringan pada tubuhnya, menatap sekeliling dengan begitu lesu. Dia lupa bagaimana dia bisa tertidur semalam, seingatnya mereka berdialog sampai pukul dua pagi, lalu setelah itu dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi-lagi. Laki-laki itu beringsut, lantas berjalan menuju kamar mandi dengan langkah malas. Pagi baru dimulai, tapi kali ini dia harus menyelesaikan apa yang patut diselesaikan.

Tidak butuh waktu lama untuk laki-laki itu menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya. Setibanya dia di lantai bawah, Sebastian dihadapkan dengan Tama yang tengah mematung di tempatnya. Laki-laki itu begitu terkejut kala mendapati Yasa duduk di meja sambil memakan roti lapisnya. Butuh waktu lama bagi Tama untuk memproses segala sesuatu yang terjadi, anak kecil itu, juga laki-laki yang dia tolong tempo hari. Damn! The world must be crazy.

"The hell! You are the man i helped yesterday?"

Sebastian tidak menjawab apa-apa selain senyuman. Sementara laki-laki itu malah tertawa sumbang, seperti menertawai bagaimana bodohnya dia tempo hari. "Jadi... maksud lo... dia... ponakan gue gitu?"

Yang ditanya tersenyum mengiyakan. "Makasih ya yang kemarin."

Seakan ada batu jaman prasejarah yang menimpuk belakang kepalanya, Tama dibuat menghela napas panjang. Laki-laki itu masih terlalu terkejut dengan fakta yang dihadapinya. Dia baru pulang lembur sebagai budak korporat yang budiman, lalu tiba-tiba fakta mengejutkan ini muncul dan membuatnya merasa jadi manusia paling bodoh sedunia.

Kadang, semesta suka sekali mempermainkan manusia seperti bidak catur yang tidak berharga. Lalu pada detik selanjutnya, budak korporat itu menepuk bahu Sebastian dua kali seperti kawan lama yang baru bertemu. "Gue nggak ngerti harus bilang apa, tapi anjir lo kuat banget ngadepin cewek gila."

Hingga pada semenit kemudian, Tama menghilang menuju lantai dua. Sebastian hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Tama tuh emang unik gitu ya kepribadiannya?"

"Mana ada unik, gila kali."

Jane terkekeh, perempuan itu menata satu per satu cupcake yang baru selesai di panggang ke tier cake yang ada di dekatnya. Kalau ada yang bilang tokonya cuma sebatas toko bunga biasa, nyatanya salah besar, siapapun tahu kalau bangunan bertingkat yang ada di Portelet Road itu juga menyediakan dessert lezat beraneka macam.

Sebastian ingin sekali mencomot satu buah cupcake yang ada di dekat perempuan itu, tapi Yasa yang terlihat begitu lesu dan menaruh kepalanya di atas meja lebih menarik atensinya. Bocah otu tidak biasanya seperti ini, meskipun pada hari-hari biasanya dia sama-sama pendiam tapi kali ini bocah itu bahkan seperti tidak punya tenaga.

"Yasa?"

Sebastian mendekat, memanggilnya dalam sebuah suara yang lembut. Piring dan gelasnya belum lagi diambil, ada sesuatu yang terasa janggal. Jane ikut mendekat, menyadari raut wajah Sebatian yang berubah saat laki-laki itu menyentuh leher sang anak. Hangat, tapi keringat juga ikut turun di lehernya. Ruam-ruam berwarna merah jua turut muncul di sana.

"Yasa?"

"Sayang??"

Bocah itu lalu mengangkat kepalanya perlahan, matanya berair, jelas sekali dia menahan sakit. Wajahnya berubah pucat dan memanggil ayahnya dengan suara yang begitu lirih.

"Dad..."

"Kamu kasih dia apa tadi???"

Sebastian melayangkan tanya, jelas sekali dia khawatir begitu anak itu mulai merintih.

Finding Mommy - Hunsoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang