21: it will pass

620 121 13
                                    

salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

Tama pernah mengira kalau Sebastian itu sejenis homo sapiens paling rumit yang pernah ada. Dan ternyata benar. Mungkin dari jaman megalodon sampai paus biru menguasai lautan, garis hidup Sebastian sudah ditakdirkan tidak beraturan.

"Gue nggak ngerti sama lo."

"Sama, gue juga nggak ngerti."

Sekaleng soda itu masih digenggam Tama bahkan sampai lima menit selanjutnya. Nggak tahu kenapa dia mau-mau aja melangkahkan kaki ke sini saat melihat laki-laki itu duduk sendiri dan terlihat seperti orang yang punya banyak tagihan utang.

"Lo udah gede, bukan bocah SMA lagi, kalau ada masalah tuh diselesaiin bukannya lari. Ah, goblok. Gue selama ini berasa jadi cupid kalian tahu nggak."

"Bukan masalah sih... gue cuma bingung."

"Kebanyakan bingung tahu-tahu besok anak istri lo diembat orang."

"Ngomongnya gitu banget," Sebastian memberi raut wajah yang---entahlah, tapi satu hal yang pasti Tama ingin sekali meninjunya.

"Bingung apasih lagian?"

"Ya nggak tahu, makin ke sini gue ngerasa i don't deserve her. Dia cewek yang gue kenal bertahun-tahun mandiri, bebas, dan punya keberanian tinggi. Dia selalu punya dunia yang gue... nggak bisa nyentuh atau jadi bagian dari itu. Selama ini gue selalu ngerasa, gue yang paling kenal dia. Ya padahal nggak juga, yang paling tahu dia itu dirinya sendiri. Yang bener-bener tahu maunya dia ya dia sendiri. She's a woman i can't compare, she is everything while i am just nothing."

Tama menghela napasnya. "Gue nggak bener-bener ngerti maksud lo, tapi lo manusia paling goblok yang pernah gue kenal. Makasih bro, gara-gara lo gue jadi tahu gue nggak tolol-tolol amat."

"Bajingan."

Sekon selanjutnya Tama tertawa, laki-laki itu membawa cairan manis kembali melewati tenggorokannya. Dia punya jeda panjang untuk merangkai sekumpulan kata, selayaknya musik yang kehilangan irama, satu menit di antara mereka hanya berupa geming dengan gesekan daun dan terpaan angin saja.

"Do you love her?"

"Of course. Tapi kata orang lebih mudah melepaskan daripada mempertahankan."

"Makin ke sini gue makin yakin lo punya ambisi buat nikah sama janda. Listen, kalau lo beneran sayang sama dia ya pertahankan. Lanangan bukan?? Ibaratnya nih lo punya berlian yang lo temui di jalan pas lagi mulung, lo ambil tuh, lo bawa pulang ke rumah, lo rawat dan lap dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba nih ada orang mau minta berlian lo, beuhh ya kalau lo punya otak harusnya marah, tapi mengingat lo cuma pemulung. Ya lo merasa i don't deserve this terus nyerahin berliannya, alah tai."

"Kenapa gue jadi pemulung????"

Sebastian jelas tidak terima, daripada pemulung emang dia nggak bisa kece sedikit apa. Tama ini emang kadang minta digampar bolak-balik ya.

"Dengerin aja udah analogi doang elah."

"Tapi emang kalau sama gue, dia bahagia?"

"Buat yang itu lo bisa langsung tanya ke orangnya. Sepenglihatan gue ya selama ini dia fine-fine aja. Yang bermasalah itu justru lo. Ketika lo ngerasa nggak cukup baik ya coba berusaha lebih baik lagi, kalau lo meragukan diri lo sendiri ya justru malah jadi bom waktu aja. Listen to me, when she is happy around you, you definitely deserve her. I know in this world nothing perfect inside a man, but why do we have to live as a boy when we can live as a man?"

Finding Mommy - Hunsoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang