salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
2002 selalu punya ceritanya. 2002, langitnya cerah. Sangat cerah, barangkali di antara tahun-tahun yang terlewat dengan sedih, 2002 adalah tahun paling bahagia dalam hidupnya. Serangkaian kejadian membawanya untuk mengenal Sebastian, bocah ingusan yang rambutnya selalu ada bau minyak kemiri, barangkali Mamanya yang memakaikannya untuk Sebastian kala itu.
Tahun-tahun selanjutnya, langit masih berwarna biru muda. Tapi rasanya tidak lagi sama, Jane mulai mendapat masalah saat ia ketahuan bolos sekolah. Papa jelas sebagai laki-laki problematik dan tidak punya hati nurani, melampiaskan semuanya kepada Mama. Hari-hari itu, Jane belum terbiasa. Sehingga ketika Papa selalu memulai paginya dengan suara nyalang, Jane akan lari ke rumah Sebastian.
Laki-laki itu juga tidak akan sungkan membiarkan kaosnya basah oleh jejak-jejak air mata, dia akan mendengarnya, mendengar keluh kesah si pemudi tidak peduli berapa lama dia bercerita, menepuk punggung Jane hingga tangisnya mereda dan dia jadi lebih baik-baik saja.
Tahun itu rambutnya tidak lagi berbau minyak kemiri, barangkali Mamanya berhenti memberinya benda itu saat tahu anaknya sudah lebih dewasa. Tahun-tahun itu lumayan berat, sebuah tahun di mana Jane mendapat luka yang berbekas.
Selanjutnya, mereka jadi lebih akrab, Sebastian banyak merekam jejak bahagia di kepalanya. Namanya selalu punya ruang rahasia di kepala Jane Selena. Kemudian, hari berganti hari. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Mereka jadi lebih dewasa tapi masih tumbuh sebagai remaja yang baru mencicipi dunia. Dunia punya bunya banyak sisi gelap, dan saat itu mereka tahu, bumi punya banyak sekali orang jahat.
Jane tidak lagi tumbuh di bawah atap rumah boneka Barbienya, dia tidak lagi memberi mainan itu busana-busana cantik selayaknya yang dilakukannya saat usianya masih belia. Seingatnya, mainan-mainan itu berakhir disumbangkan Mama ke panti asuhan saat usianya sudah lebih dewasa, Jane sempat marah. Tapi dia tidak punya banyak pilihan.
Kemudian saat masa-masa kosong membelainya, dia menemukan boneka Barbienya kembali. Cantik sekali, apalagi ketika baju-baju berwarna cerah membalut tubuhnya. Mungkin masa itu masa yang disebut orang sebagai peralihan menuju remaja. Di masa itu, dia menemukan boneka Barbienya; Jane sendiri. Dia cantik, menapaki langkah-langkah kegelapan dengan berani.
Sementara Sebastian, dia tidak mengubah dirinya menjadi Ken. Dia bocah cupu yang punya banyak mimpi. Jane ingat, Sebastian selalu membaginya dengannya, tentang mimpi-mimpi yang dibalut nabastala biru muda dan angkasa raya. Katanya mimpinya berhubungan dengan itu semua. Si boneka Barbie lantas tertawa, kemudian pada esok paginya, dia kembali menemui bocah cupu itu lagi. Hanya untuk berkata kalau dia juga punya mimpi yang hampir sama dengan milik Sebastian.
Tahun-tahun itu indah.
Kemudian tahun yang baru mereka jejaki dengan langkah yang padu. Si boneka Barbie telah lelah jadi boneka. Sementara si bocah cupu mulai melepas kacamatanya dan mencicipi anggur merah dunia. Dia mulai kehilangan kendali, liar sekali sampai lupa kalau nabastalanya berwarna biru muda. Si boneka Barbie ikut terseret jauh. Jauh, jauh sekali sampai ketika mereka menemui warna putih, mereka hanya akan tertawa dan menganggap ia warna yang sama dengan hitam. Putih tidak lagi berwarna terang, Jane memberinya hitam, Sebastian mengubahnya menjadi abu-abu.
Tahun-tahun itu liar.
Tahun-tahun itu juga menyenangkan.
Tahun itu juga masa, di mana mimpinya berangsur menghilang.
Lalu Jane menutup bukunya saat halaman terakhir sudah selesai ditulisnya, the tale of two best friends takes a long time to end.
Dia menyimpannya, jadi sebuah kisah tentang dua anak manusia. Tentang sahabat karib, yang dikenalnya begitu baik. Tentang laki-laki itu; Sebastian Haidar.
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
Sinar matahari menembus jendela besar kamar Tama saat seorang wanita berusia 30 tahun membuka gordennya lebar-lebar. Sinar itu membias kemudian sampai dan membakar tubuh Tama yang kini mengeratkan selimut. Tanda kalau tidurnya tidak ingin diusik.
Jane menghela napasnya, menatap lelah pada laki-laki yang kini masih membiarkan setengah nyawanya hilang di pulau mimpi. Rambutnya dikuncir ke belakang, tapi surai-surainya sudah ada yang keluar dari ikatan. Dia mendecak saat laki-laki itu tidak mau bangun dari tempat tidurnya. Ayolah Jane sudah lelah sejak tadi pagi mengurus toko, sekarang laki-laki itu malah tidak mau bangun. Dia benar-benar jelmaan setan.
"Bangun Tam, lo harus berangkat kerja."
Akhirnya ia menyerah, memilih untuk mengambil sebuah bantal yang dekat dengan jangkauan tangannya dan melemparnya ke arah si laki-laki itu. Beruntung pada detik berikutnya setelah Jane meninggalkan kamarnya, dia mendengar suara tulang-tulang yang di regangkan, tanda kalau Tama sudah mendapat hampir seluruh nyawanya.
Kakinya kemudian melangkah, menuju lantai bawah. Tapi sesampainya ia di depan tumpukan floral foam, lagi-lagi Jane menghela napas lelah. Ini rutinitasnya setiap pagi, rutinitas yang ia lakukan hampir satu dekade lamanya setelah selesai membangunkan Tama. Rutinitas yang merupakan bentuk dari kecewa.
Di pagi-pagi seperti ini, di saat sinar matahari menelusup masuk lewat celah-celah jendela dan sampai di permukaan meja. Ada satu tanya yang mengudara di kepalanya, bagaimana kabar Yasa? Sebuah tanya yang tidak ada jawabannya.
Jane tahu, bahkan untuk menanyakannya, ia tidak pantas untuk melakukannya. Itu pilihannya untuk meninggalkan, dan konsekuensinya adalah menyesal. Bagaimanapun semua opsinya selalu punya konsekuensi yang sama; penyesalan panjang.
Dia masih ingat bagaimana hari itu berlalu, hujan akan segera mencumbu bumi dengan gerak dramatis beberapa menit lagi. Bunga Desember mekar Januari itu. Awal tahun yang dipenuhi gemuruh dan hujan-hujan berlagu sedih. Tapi Yasa lahir dari kesedihan panjang, penyesalan penuh. Ah, sekarang apa anak itu baik-baik saja dengan ayahnya? Tentu, dia laki-laki baik. Jane tidak perlu mengkhawatirkan itu.
Kadangkala kalau rindunya sudah terlalu menggebu, Jane akan pergi ke panti asuhan yang dikelola Nyonya Martha. Dia akan membawa banyak kue untuk anak laki-laki. Bunga-bunga cantik untuk anak perempuan. Dan bermain dengan mereka sampai rindunya sedikit berkurang.
Jane akan membayangkan Yasa di sana, kira-kira bagaimana tingginya sekarang. Dia sudah sepuluh tahun, bagaimana hari-harinya? Apa dia punya teman-teman yang baik?
Tentu itu semua masalah rindu.
Dan kalau matahari sudah beralih ke barat daya, Jane akan mengambil langkah penyesalan sekali lagi. Meninggalkan sisa-sisa rindunya di jalan yang ia lewati. Kemudian pulang dengan penyesalan.
Karena boneka Barbie itu tidak punya opsi apa-apa selain menyesal karena hidupnya atau Yasa.
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
ini kapan tamat ya 🤤
bonus emak-emak yang cakepnya kelewatan
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mommy - Hunsoo ✔
RomanceMan is the only animal that refuses to be what he is - Albert Camus Malam itu jadi alasan kuat kenapa hidup Jane Selena berputar 180 derajat. Lewat cahaya lampu yang bersinar terang, atau pada alkohol yang memabukan, sebuah kisah klise telah diranca...