salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡
❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭
Sebastian.
Martini blue.
Juga aroma red musk yang beradu dengan blaze pink.
Malam itu Jane mendapat banyak hangat, sampai kemudian tatkala sinar matahari tumpah di pipinya pada pagi hari 2018, Jane membelalakkan matanya.
Sebastian Haidar menatapnya nanar di depan mata. Bukan cuma sebatas tatapannya yang terlihat menyedihkan, tapi juga fakta kalau mereka bangun di ranjang yang sama sudah cukup membuat Jane sakit kepala.
"Hi, sweetie."
Suaranya serak, tipikal orang baru bangun tidur tapi Jane bersumpah pada seluruh jagat raya, dia nggak pernah mau mendengarnya keluar dari mulut temannya. Matanya menatap Jane lurus, obsidiannya yang berwarna kelam beradu pandang dengan nayanika coklat Jane yang berwarna terang. Pada beberapa detik itu, Jane berusaha menggali seluruh informasi dari mata hitam jelaganya, tapi tak Jane temui apa-apa kecuali fakta kalau Sebastian menyukainya.
Hingga pada sekon selanjutnya, pada saat matahari membakar kulit putihnya dan mencumbu Jane dalam sebuah hangat yang membuatnya remuk, Jane melayangkan isi kepalanya.
"What the hell i have done with you?!"
Suara teriakannya keras sekali, disusul sebuah tangis yang muncul tanpa aba-aba terlebih dahulu. Ini nggak mungkin terjadi, tadi malam dia cuma bersenang-senang dan minum sepuasnya untuk merayakan kebebasan, terlebih lagi bersama Sebastian Haidar?!
Tidak, tidak. Tadi malam dia bermimpi tentang masa kecilnya bersama ingatan samar tentang Sebastian Haidar, usianya masih tiga tahun saat Papa membawanya ke rumah Sebastian pada malam 2002. Nggak, bukan, ini pasti cuma mimpi, Jane harusnya terbangun di ranjangnya sendiri. Bukan di kamar hotel seperti ini.
Perempuan itu menangis, sekon selanjutnya berteriak histeris dan menampar pipinya sendiri, 19 tahunnya tidak seharusnya dirayakan dengan cara seperti ini. Tidak, jangan. Jangan seperti ini.
"Hei, Jane, Jane."
Sebastian memanggilnya berulang kali, berusaha untuk meredakan histeria si wanita. Tapi Jane malah menangis semakin kencang, bulir-bulir air mata seukuran biji jagung jatuh membasahi pipinya, membuat pandangannya memburam dan sesaat setelah matanya terpejam, Sebastian memandangnya penuh sayang. Obsidian kelam yang menerkam nayanika coklatnya yang begitu terang. Sebastian merengkuhnya dalam sebuah pelukan, membiarkan hangat kembali ia rasakan saat tubuh keduanya kembali bersentuhan.
Jane masih menangis, tapi tidak sekencang sebelumnya. Jane masih menangis, tapi tidak sesesak sebelumnya. Karena pada tiap-tiap usapan yang Sebastian berikan di rambut hitam legamnya, itu sama artinya dengan kalimat semua akan baik-baik saja.
"Tian... kita nggak seharusnya begini."
Disela-sela tangisnya, Jane mengucap lirih. Ia masih didekap hangat Sebastian saat gadis itu melayangkan kalimatnya. Kemudian kembali menangis di dada laki-laki itu dengan penuh penyesalan. Kalau semisal yang ditakutkannya terjadi, Jane akan kehilangan segalanya saat matanya kembali terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Mommy - Hunsoo ✔
Roman d'amourMan is the only animal that refuses to be what he is - Albert Camus Malam itu jadi alasan kuat kenapa hidup Jane Selena berputar 180 derajat. Lewat cahaya lampu yang bersinar terang, atau pada alkohol yang memabukan, sebuah kisah klise telah diranca...