15: tiga detik berharga

615 140 34
                                    

salah satu cara mengapresiasi bacaan gratis ini dengan menekan bintang di pojok kiri bawah karena aku menulis ini dengan sepenuh hati seperti malika yang dirawat seperti anak sendiri ♡

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

"Kenapa?"

Sebastian menarik napasnya panjang-panjang, sekon kemudian ia lepaskan dengan suara keras. Membuat Chandra di seberang sana bertanya-tanya di dalam kepalanya. Dia nggak bakal dipenggal kan sama Sebastian?

"Gue boleh misuh nggak sih? Mau ngatain lo aja rasanya."

"Emang gue ngapain???"

"Nggak tahu deh, lo nyebelin banget Chan. Marco tuh, hah... sumpah! Gue nggak bisa ngomong lagi saking ngerasa bersalahnya. Pinter banget dia bicara."

Sejenak, Sebastian temukan suara grusak-grusuk sebelum akhirnya laki-laki itu kembali menjawab. "Emang dia ngapain?"

"Lo kenapa nggak ngomong sih dia homo??? Sensian lagi, duh! Ini gue juga cuma dikasih tahu alamatnya sekilas. Tahu nggak gue tertekan banget?"

"Walah, gue kira lo terbuka sama hal semacam itu, kan lo juga sama-sama sintingnya. Sekarang gimana?"

Laki-laki itu menghela napasnya sekali lagi, dalam satu pandangan mata, sebuah kedai es krim dan kue tidak jauh lagi untuk bisa ia sambangi.

"Ya dia ngambek, anjir gue trauma. Udah deh kayaknya itu cowok nggak mau bantuin lagi, dia marah beneran, Chan. Minta tolong temen lo yang lain aja tuh siapa namanya?,"

"Tama."

"Hah?"

Seakan ada sebuah batu besar yang menimpuk belakang kepala Sebastian, dia dibuat bergeming sesaat setelah mendengar Chandra berkata demikian. Ada potongan-potongan puzzle yang berserakan di kepalanya, meminta satu per satu untuk disusun rapi.

"Tama? Tadi gue dianterin orang namanya Tama. Orangnya lebih pendek dari gue bukan? Si Marco juga kayaknya kenal."

"Punya tahi lalat? Suaranya berat??"

"Iya..."

Chandra di seberang sana terdiam, menarik napasnya dalam-dalam sebelum berakhir mengeluarkan umpatan.

"GOBLOOOOOK!!!"

Buru-buru, Sebastian menjauhkan ponselnya dari jangkauan telinganya, bisa-bisa sehabis ini ia harus ke THT untuk memeriksakan kelayakan indra pendengarannya. Dalam kurun waktu sepersekian detik saja Sebastian sudah ingin membanting ponselnya karena kebodohan yang ia lakukan.

Jadi, Tama yang tadi itu Aditama?

Kebetulan yang sial. Nyaris, nyaris saja Sebastian segera menemukan sosok Jane dan membuat senyum Yasa terpahat lebar. Tapi semesta selalu punya cara dalam mempermainkan kesempatan tiap-tiap manusia. Andai saja Sebastian bisa mengulang masa, kini dia tidak perlu menatap langit dengan nestapa.

Andai.

❬ ⸙: ✰❛ finding mommy; ❀❜ ❭

"Yakin nggak mau ikut? Nanti kamu diculik tante-tante loh."

Yasa menggeleng, sedetik kemudian meletakkan kepalanya ke atas meja. Siapa juga yang mau nyulik dia? Anak presiden aja bukan.

Finding Mommy - Hunsoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang