2. Appa!

594 73 4
                                    

-Park Chanyeol-

Dia adalah ayah terbaik yang selalu aku miliki. Dia adalah tokoh yang membangunku dan membentukku. Pria berhati lembut dengan kepribadian yang hangat. Kadangkala dia sangat perfeksionis dan ambisius pada pekerjaannya. Itu yang membuatku sangat menyukainya. Aku tahu dia memang sudah terlahir dari keluarga kaya, tapi dia pernah bercerita kalau suatu hari terjadi krisi moneter sehingga keluarga ayah harus bangkrut dan berjuang kembali bangkit. Itu bukanlah hal mudah, tapi lebih sulit lagi untuk membangun semuanya dari awal.

"Chanie..." ucap seorang pria pada anak berusia sepuluh tahun yang tengah bermain di taman bersama anak lain, dan itu Suho kecil.

"Appa..." Chanyeol kecil berlari ke pelukan ayahnya.

"Appa membelikanmu sepatu baru!"

"Woah..." Chanyeol kecil terlihat sangat senang. Suho yang juga berada disana yang bisa terdiam melihat interaksi manis ayah dan anak itu.

Meski sibuk, Ayahnya selalu saja menyempatkan waktu untuk bercanda, bermain, mengobrol dan bermain musik dengan Chanyeol hingga ia tumbuh menjadi anak yang ceria, berani dan humoris. Semua sifatnya itu menurun dari ayahnya.

Ketika Chanyeol duduk di samping foto ayahnya saat hari pemakaman, ia hanya diam mengenang semua hal tentang ayahnya. Tanpa mengubris seorangpun yang datang dan mengajaknya bicara. Hingga seorang gadis yang terlihat seusianya memasuki ruangan dengan gaun rumah sakit dan menangis histeris, perhatiannya teralihkan.

"Appa, ada seorang gadis yang tiba-tiba datang dan menangis. Apa dia menangisi kepergian Appa?" batin Chanyeol menatap gadis yang menangis itu.

Setelah pemakaman, ia terus berdiam diri di kamar dengan menatap foto ayahnya. Beberapa hari kemudian seorang psikiater dikirimkan padanya untuk membuatnya bisa keluar dari kamarnya. Hingga Suho sebagai sepupunya dan orang yang paling dekat dengannya terus datang menemuinya.

Setelah perkataan Suho yang bicara lebih baik dia mati jika seperti itu, Chanyeol akhirnya keluar meski sikapnya masih murung. Ia kembali bersekolah dan belajar dengan giat agar bisa menjadi seperti ayahnya. Dia juga kembali menemukan sedikit semangatnya lewat musik yang sering sekali ia dan ayahnya nyanyikan dulu. Ditambah, ayahnya dulu selalu memuji suaranya yang merdu.

-Bae Joohyun-

Seorang gadis kecil menangis menghampiri ayahnya. Sang ayah langsung memeluknya.

"Appa...."

"Waeyo Hyunaah?"

"Aku terus saja diejek miskin dan tidak punya ibuuu. Mereka bilang, ibu meninggalkanku karena aku miskin"

"Gwenchana, gwenchana. Kau punya Appa, tidak ada yang lebih baik dari Appa" ucap ayah sambil mengelus-elus punggung anaknya.

Setiap malam Joohyun menangis dipojok kamarnya, menumpahkan semua tangis yang seharian ia tahan. Ia menatap ayahnya yang pulang dalam keadaan lusuh dan berpeluh, lalu tersenyum padanya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah menangis lagi dihadapan ayahnya, apapun yang terjadi. Ia tidak ingin menambah beban pikiran manusia kuat yang selalu tersenyum padanya itu.

Ketika usianya 15 tahun, ayahnya menjadi seorang pengumpul barang bekas. Sepulang sekolah, Joohyun melihat ayahnya di ganggu beberapa orang nakal.

"Hey! Jangan ganggu ayahku!" teriak Joohyun kesal berlari pada mereka dan memukulnya dengan tas sekolahnya dengan keras. Membuat anak-anak tersebut akhirnya pergi.

"Sudah, nak. Tidak apa-apa"

"Appa jangan terlihat lemah, atau mereka terus berbuat seperti tadi" ayahnya hanya tersenyum.

"Ayo kita pulang" ajak sang ayah.

"Appa duluan saja, aku akan ke rumah Seungwan sebentar"

Joohyun lalu berbalik meninggalkan ayahnya. Ia tidak datang ke rumah Seungwan, melainkan terduduk di belokan gang sambil menangis.

"Bagaimana bisa seseorang yang selalu bekerja kasar memiliki hati yang sangat lembut?" gumam Joohyun sambil terus menangis sesegukan.

Aku akan melakukan apapun untuk membuat ayahku terbebas dari apa yang menderanya saat ini. Aku sangat menyayanginya, dia satu-satunya yang ku miliki di dunia ini. Karena dia adalah duniaku.

~~~

"Chan, kamu masih marahan sama Seungwan?" seorang pria duduk disampingnya di ruang musik. Dia adalah Do Kyungsoo, teman paling dekat dengan Chanyeol karena selama ini dia tertutup dan hanya tahu belajar.

Chanyeol mengangguk.

"Sebenernya siapa sih orang ketiganya?"

"Kenapa pengen tau?"

"Penasaran aja"

"Kamu ga kenal, dia itu sahabatnya Seungwan di rumah"

"Woah... Sahabat makan sahabat"

"Itu yang aku gak habis pikir"

Seungwan yang hampir masuk ke ruangan itu langsung keluar lagi saat melihat Chanyeol disana. Merasakan kehadiran Seungwan meski sekejap, Chanyeol berlari menyusulnya.

"Seungwan-ah!" dengan cepat Chanyeol dapat menyusul langkah mungil Seungwan.

Ia kini berdiri dihadapan Seungwan yang diam menunduk.

"Kenapa terus menghindariku?"

"Sampai kamu menemukan bukti kalau foto itu editan atau itu bukan kamu, dan segala hal aneh yang menyelimuti kamu dapat terjelaskan. Aku baru akan bicara lagi denganmu, Sunbae" Seungwan pergi sebelum Chanyeol sempat bicara.

"Dan aku tidak ingin dengar jika hal tersebut menyangkut Joohyun Eonnie!" dia melanjutkan langkahnya dengan hampir berlari takut-takut Chanyeol dapat menyusulnya dengan mudah jika hanya berjalan biasa.


































Bersambung...
Terimakasiih yang sudah membaca,
Kalian moodbuster aku buat nulis😘

Behind Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang