୧ ׅ𖥔 ۫ Chapter 3 ⋄ 𓍯 𔘓

2.4K 140 40
                                    

Follow dulu, kuy-!

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang, atau vote.
And, jangan lupa juga untuk komen.

>3

••••
HAPPY
READING
••••

Pagi ini Zara sangat awal ke sekolah, bahkan dia bangun lebih awal dari pada orang tuanya.  Gadis itu berjalan kaki seorang diri, angkutan umum saja tidak ada yang lewat. Mungkin karena terlalu pagi.

Kalau saja Zara bisa terbang seperti di drama-drama. Pasti seru tuh, bisa cepat sampai juga ke sekolah. Tapi itu hanyalah khayalan semata.

Saat sedang berjalan santai, tiba-tiba seorang cowok dengan helm full face berhenti di samping Zara. Zara hanya melirik sekilas lalu kembali berjalan.

Tetapi pria tersebut malah menarik tangannya.
Lalu membuka helm. Zara memutar bola matanya malas saat melihat wajah cowok tersebut.

"Apa?" tanya Zara malas berbasa-basi.

"Bareng gue?" tanya Eksa dengan tampang datar nya.

"Nggak," jawab Zara malas.

"Bener? Hati-hati. Banyak penculikan. Jangan geer, gue nggak mau aja ntar dikira calon suami jahat, bye." Eksa kembali memakai helm.

"Lah, ngapa lo naik?" heran Eksa kembali membuka helm nya, sambil melihat kebelakang. Zara sudah berada di belakangnya. Padahal tadi katanya nggak mau, tapi main naik aja.

"Berubah pikiran," jawab Zara. Eksa hanya mengangguk lalu segera membawa motornya.

••••

"Makasih," ucap Zara tulus dari hati yang luar dalam.

"Hm, kenapa jalan kaki lo?" tanya Eksa yang sedang merapikan bajunya. Bentar lagi juga udah acak-acakan lagi tuh baju.

"Mau aja," jawab Zara.

"Besok?"

"Apanya?"

"Lemot!"

"Lah, ngatain lemot. 'Kan gue emang nggak tau! Gimana sih," ucap Zara kesal.

"Besok pergi pake apa? Dianter atau jalan kaki?" tanya Eksa bersabar. Jarang-jarang Eksa mau ngejelasin apa yang ia bicarain. Biasanya, kalau kita nggak paham. Ya di skip aja, nggak jadi ngomong tuh anak.

"Emm, nggak tau lah gue. 'Kan belum besok," jawab Zara. Eksa menatap datar Zara.

Saat berjalan di koridor sekolah. Banyak pasang mata yang menatap mereka curiga. Beragam macam! Ada yang tidak suka, bahkan ada yang biasa saja.

"Caper ke Eksa, njir!" kesal Nila, teman sekelas Eksa.

"Mereka cocok, btw."

"Lebih cocok sama gue!" ujar Nila pede. Padahal dari kelas 10 sampai kelas 12. Eksa tidak pernah mau berbicara dengannya, kadang kalau bicara pun yang penting-penting aja, itupun malas.

"Apa lo bilang tadi?" tanya Eksa berdiri di depan Nila dengan tatapan datarnya. Zara? Tentunya sudah pergi ke kelas nya.

"Hah? Nggak apa-apa kok. Hehe, mau ke kelas ya, Sa?" tanya Nila gelagapan. Bisa-bisa malu dia di depan orang-orang. Eksa hanya diam, langsung meninggalkan Nila. 

DIEKSA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang