୧ ׅ𖥔 ۫ Chapter 6 ⋄ 𓍯 𔘓

2K 108 44
                                    

Holla...

••••
HAPPY
READING
••••

Alarm pada jam wakernya terdengar begitu nyaring di telinga Zara. Gadis itu mendongak menatap jarum jam yang menunjukan jam setengah tujuh.

Dia membesarkan bola matanya saat melihat jam tersebut. "Yah gue telat!" Zara menepuk dahinya. Berbeda dengan Eksa yang masih tertidur pulas.

"OI SA, BANGUN UDAH TELAT Ni!!" teriak Zara.

Eksa membuka matanya kala mendengar suara nyaring Zara. "Apaan?" tanya nya malas. Ia menutup wajahnya mengunakan selimut. Zara menarik selimut tersebut.

"Mandi sana udah telat ni!" ujar Zara memberitahu.

Eksa menatap Zara heran. "Kalau telat nggak usah sekolah, gampang," ucapnya enteng.

Zara mengambil bantal dan melemparkannya pada Eksa, "bangun trus mandi, gue siapin sarapan dulu."

Menghembuskan nafas kasar, Eksa bangun tanpa minat ke kamar mandi.

Zara lupa bahan masakan sudah tidak ada, dia hanya melihat roti tawar di atas meja makan.

"Yaudah deh sarapannya pake roti aja," ucapnya lalu memasak telor, untungnya ada telor.

Eksa sudah selesai kini giliran Zara mandi. "Lo makan aja, gue mandi dulu," ucap Zara langsung masuk ke kamar mandi.

Eksa turun ke bawah lalu duduk di kursi, dia tidak ingin memakannya dulu, lebih baik menunggu Zara.

Tak lama Zara selesai mandi dan segera memakai seragam sekolah nya, dan langsung turun kebawah.

"Lo belum makan?" tanya Zara sambil menatap Eksa heran.

"Belum, gue tunggu lo dulu," jawab Eksa jujur.

"kan udah gue bilang, makan terus. Gak usah nunggu gue lagi."

"Serasa jomblo gue makan sendiri, padahal udah nggak jomblo," jawabnya. Zara memutar bola matanya malas.

Lalu keduanya makan dan minum, Saat ingin keluar Zara melihat Eksa seperti ada yang kurang.

"Sa, dasi lu mana?" tanyanya kala melihat Eksa tak memakai dasi.

"Tas," jawabnya singkat.

"Pake dong," suruh Zara.

Eksa menatapnya malas, "malas ah, udah deh yuk!"

"No! pake dulu!" suruh Zara paksa.

Menjengkelkan. "Lo pasangin ya," ucapnya tersenyum genit. Hitung-hitung modus.

"Mana?" Zara menjulurkan tangannya sambil menatap tajam lelaki yang bernama Dieksa itu.

Lalu, Eksa mengambil dasinya dari dalam tas dan memberikannya kepada Zara, "nih."

Tangan lentik itu memasangkan dasinya dengan telaten pada leher Eksa. "Udah nih," ujar Zara seraya tersenyum kecil. Begini kan bagus.

Lalu keduanya langsung berangkat ke sekolah, tak lama keduanya sampai di sekolah. Sudah Zara duga, pasti pintu gerbang nya sudah ditutup. "Aduh, gimana dong."

"Manjat aja lah!" ajak Eksa.

"Gila lo ya, cari mati?!"

"Halah udah biasa," ujar Eksa Jujur, memang benar, kadang ia pergi disaat jam pelajaran sudah masuk, ia tidak membawa tas. Jadi, mudah saja menipu guru, untungnya teman-temannya pun membantu.

DIEKSA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang