Chapter 34

713 32 0
                                    

Harap di follow ya teman.
Jangan lupa, votmen juga >3

HAPPY
READING
°°°

Zara mengerakkan kepalanya mencari posisi yang nyaman. perlahan, matanya terbuka. Senyum menawan seorang pria pendamping hidupnya, menyambut.

"Lama amat tidurnya, pegel nih paha," ujar pria itu, yang tak lain dan tak bukan adalah-Eksa. Zara tersenyum lebar lalu bangkit dari tidurnya, ia menggunakan paha Eksa sebagai bantalnya.

Melihat Zara menguap, Eksa refleks menutup mulut  Zara mengunakan tangannya. "Kalau nguap, ditutup mulutnya sayang," ujar nya menasehati.

Zara cengengesan, lalu menyenderkan kepalanya didada bidang Eksa, Sesekali ia menguap tanda masih mengantuk.

"Udah jam berapa, Sa?"

"Udah jam 3, dua jam kamu tidur Za," jawab Eksa yang sibuk memainkan game ML nya.

"Eum, sa tadi...." Zara mengantungkan ucapannya, "kayaknya mending nggak usah kasih tau Eksa aja dulu, ya. Bisa-bisa dia marah lagi kayak tadi di sekolah," batinnya.

"Tadi kenapa?" Eksa mematikan handphone nya, lalu menoleh ke Zara dengan alis terangkat sebelah.

"I-itu tadi. Tadi, aku di chat sama El, terus dia kepengen ngajak aku ke supermarket. Boleh kan?"

"Gak b-"

"Katanya dia mau beli sesuatu buat saudara cewek nya, jadi minta bantu aku, boleh ya? Masa iya aku nolak," ucap Zara, Zara tidak berbohong. Memang tadi El sempat chat Zara untuk membantunya.

"Yaudah, boleh, tapi satu menit!"

Zara baru saja bernafas lega karna diizinkan, tapi ucapan selanjutnya membuat Zara menggerutu dalam hati.

"Mana bisa satu menit?! Satu jam deh, itu udah sedikit banget loh, Sa," pinta Zara memohon.

"Yaudah, iya. Tapi ingat, cuma nemenin!"

"Iya, pak bos."

Eksa mencubit pelan pipi Zara, ia sangat menggemaskan. Siapa pun yang melihatnya pasti juga akan terkesima.

Zara tersenyum kecil lalu segera menganti pakaian nya, mungkin sebentar lagi ia akan dijemput Elvan.

"Assalamualaikum," ucap seseorang di depan pintu rumahnya. Eksa yakin itu pasti Elvan, jadi dia sengaja tak menjawab, bahkan tidak memperdulikan Elvan di luar sana.

"Assalamualaikum," panggil nya lagi.

"Sa, itu El kan? Kok nggak dibukain sih?" tanya Zara

"Males," jawab Eksa, jujur.

"Iss, bener-bener ya kamu." Dengan cepat Zara membukakan pintu rumah nya untuk Elvan.

"Hai, El. Maaf ya, lama," ujar Zara.

"Gapapa, Sans aja, Ra."

"Masuk dulu, yuk. Ada Eksa juga tuh." Zara tersenyum kecil seraya menunjuk Eksa.

Elvan hanya tersenyum kepada Eksa, tapi tak dibalas oleh Eksa. "Hm, gak usah deh Ra. Kita langsung pergi aja, takut nya ntar telat," ujar Elvan mendapatkan anggukan dari Zara.

"Oke. Sa, aku pergi dulu ya," pamit nya langsung menutup pintu, padahal Eksa tak menjawab, iya.

"Ck, minta bantu kok ke istri orang,"

°•°•°•°

"El, kamu mau beli apa? Kenapa minta ban-"

"Udah, ikut aja, Ra," ucap Elvan memotong ucapan Zara.

Zara terdiam, ia hanya mengikuti perkataan Elvan saja, saat ini mereka sedang berada di dalam mall, Zara langsung mencari barang yang cocok untuk adiknya Elvan.

Sedangkan Elvan? Ia sedang tersenyum-senyum sendiri melihat Zara. Zara begitu cantik, Elvan ingin seperti dulu, dekat dengan Zara tanpa ada penghalang.

"El, tas ini bagus deh," ucap Zara, tapi tak ada sautan dari Elvan, ia masih setia memandangi Zara dengan senyuman nya.

"El, bagus?" masih tak ada sahutan. "El!" Zara membalikan badannya, ia menatap heran ke arah Elvan.

"Kenapa natap aku kek gitu? Ada yang salah sama muka aku?" tanya Zara heran, ia memegangi setiap sudut wajahnya, berharap tak ada yang janggal dengan wajahnya itu.

Elvan menggeleng pelan. " Nggak ada yang salah, cuma terlalu cantik aja," jawab Elvan disertai kekehan kecilnya.

"Apaan sih, jadi kan belinya?!" Zara kembali melanjutkan aktifitas nya, yaitu mencari barang yang kira-kira cocok untuk saudaranya Elvan.

"Heem."

Elvan pun mencari barang yang cocok untuk saudaranya, tak lupa ia juga membelikan sesuatu untuk Zara.

"Ra? Udah, bayar yuk!"

Zara menolehkan kepalanya. "Udah dapet barang yang cocok?" tanya Zara.

"Udah, nggak lama-lama. Emang cewek, satu jam aja gak bakalan cukup buat belanja."

Zara terkekeh kecil mendengarnya. Ya, itu memang benar sih.

Setelah membayar belanjaan di kasir, Elvan dan Zara pun segera kembali.

°•°•°•°

Eksa dari tadi terus memikirkan istirnya, walau ia tau kalau Zara pasti baik-baik saja bersama Elvan. Tapi sama saja, ia sebenarnya tidak ikhlas memberi izin istri nya pergi bersama lelaki lain.

"Ck, nggak tau rumah atau gimana sih?! Udah dua jam gue nunggu, janji nya berapa jam tadi?  Satu jam kan, ya! Ini udah tiga jam ogeb, kemana sih tu anak!"

Eksa menolehkan kepalanya kala mendegar suara pintu terbuka, ia menatap tajam sang pelaku. Ia adalah-Zara, Zara menundukkan kepalanya cemas.

"Aduh mampus, gue pulang nya telat," batin cewek itu.

"Satu jam?!" Eksa menatap Zara tajam.

"Maaf, Sa."

"Kalau dua jam masih bisa di pertimbangkan, tapi lo udah lebih dari dua jam!! Janji sampai jam satu doang kan? Kenapa pulang nya jam tiga, ngapain lo sama Elvan!? Beli hadiah selama itu?"

"Maaf, Sa. Kami ngomong-ngo-"

"Ngomong-ngomong ya, nggak tau aku disini udah nungguin kamu dari tadi?! Aku takut si El ngak bisa jaga kamu Za!" ucap Eksa menurunkan volume suaranya.

"Lain kali, kalau gitu juga. Gue cincang hidup-hidup lo!" ujar Eksa rada kesal.

"Gak marah?" tanya Zara.

"Marah lah! Pake nanya lagi," jawab Eksa ketus.

Zara tersenyum manis kepada Eksa. "Aaa makin ganteng, deh."

°°°

TBC

SEMOGA SUKA SAMA PART INI, AKU BINGUNG SAMA KONFLIK NYA, SUSAH BUAT NYA GUYS. MAKANYA AKU JARANG UPDATE CERITA INI😭🤙
.
.
.
JANGAN LUPA VOTMEN

DIEKSA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang