fraternity chapter : 12

814 98 3
                                    

Terhitung 5 hari sudah sampai detik ini belum ada dari mereka yang beristirahat dengan nyaman. Mereka bergantian menempati apartemen Arthur yang sudah dibersihkan, lebih tepatnya Ayah Dika dan Ibu Mita yang masih menyempatkan untuk istirahat. Rey lebih memilih untuk pulang ke rumahya yang sederhana dan Raka lebih memilih untuk membersihkan diri saja lalu kembali ke rumah sakit.

Kedua kakak itu tidak bisa mendapatkan ketenangan sampai Arthur membuka mata. Raka selalu ketakutan jika ia tertidur, Arthur akan meninggalkannya. Setiap hari dia terus menyiksa diri dengan terus mengingat suara Arthur. Dia takut jika dia melupakan suara adiknya, Tuhan akan mengambil Arthur darinya.

Rey lagi-lagi menghentikan langkahnya saat melihat Raka sudah duduk dengan menunduk dalam didepan kamar icu dimana Arthur terbaring. Rey tidak pernah memiliki kesempatan untuk menggenggam tangan Arthur. Rey lebih memilih untuk membiarkan Raka saja yang melakukannya. Rey merasa tidak pantas untuk melakukannya.

Rey melihat lantai rumah sakit dengan pandangan sendu dan masih berdiri mematung pada jarak yang tidak terlalu jauh dengan Raka. Raka kemudian mengangkat pandangannya dan menatap Rey yang sedang mengosong itu. Dia tiba-tiba teringat dengan ucapan ayah ya tempo hari saat mereka bertengkar.

"Kita semua sedih, Nak. Rey juga merasakan hal yang sama. Ingat dia juga kakaknya Arthur, adikmu juga"

"Kami tidak pernah bersaudara!" sampai sekarang kalimat itu terus melayang dalam benak Raka saat melihat Rey. Memang benar, bukan? Mereka tidak pernah bersaudara.

Raka tidak ingin memukul Rey atau bertengkar dengannya lagi. Raka sudah sangat lelah. Dia lebih memilih untuk masuk kedalam kamar Arthur dan duduk bersama adiknya.

***

Arthur sempat memberikan respon saat Raka duduk disampingnya. Tetapi karena kondisinya yang masih lemah, Arthur kembalu tertidur dan kini Ibu Mita lah yang sedang menjaganya.

"Arthur..." panggil Ibu Mita dengan mengusap pipi Arthur. Tanpa diduganya, Arthur memberikan respon dengan membuka kedua mata dan menatap ibunya dengan tatapan penuh ketakutan.

"I-bu.." sahut Arthur yang seperti sedang mencoba menjelaskan sesuatu pada ibunya.

"Jangan dipaksakan, Nak. Pelan-pelan saja. Ibu, ayah, dan kakak akan selalu bersamamu" ucap Ibu Mita dengan tetap memberikan sentuhan kasih sayangnya.

"Kak Ra-ka men-coba mem-bunuh-ku", Ibu Mita tercengang. Jadi, Arthur menganggap orang yang melukainya adalah Raka?

"Arthur, kakak sayang pada Arthur dan coba untuk melupakan kejadian itu pelan-pelan ya, Nak. Sekarang Arthur aman. Arthur bersama ibu, okay?" balas Ibu Mita sambil menggenggam tangan Arthur. Arthur mengangguk pelan kemudian Ibu Mita mengecup dahi putranya untuk beberapa saat.

"Arthur harus banyak istirahat. Dada Arthur memang sedikit sakit tetapi perlahan sakitnya akan hilang dan Arthur akan sembuh" , Arthur lagi-lagi hanya mengangguk.

Ibu Mita tidak bisa menjelaskan kebenaran pada Arthur disaat kondisi Arthur sedang tidak stabil apalagi dia masih sangat trauma akan kejadian itu. Tetapi Ibu Mita juga tidak ingin Arthur terus berfikir bahwa Raka lah yang mencoba membunuhnya.

Ibu Mita menyesalkan pilihannya untuk menjauhkan Rey dari keluarga. Jika Rey bersama mereka maka hal seperti ini mungkin tidak akan terjadi.

***

Raka dan Rey, mereka berdua sedang duduk ditaman rumah sakit dengan kondisi tubuh yang sudah kelelahan. Raka menceritakan semuanya. Reaksi awal saat Arthur membuka mata dan melihatnya untuk pertama kali.

"Arthur..."

Hanya dengan satu kata itu, Arthur terkejut dan nafasnya berubah sangat cepat, lebih tepatnya terdengar seperti orang yang sedang dicekik. Hemodinamik Arthur tidak stabil dan Raka harus menjauh agar pra tenaga medis bisa membantu adiknya.

Raka tau, tatapan itu bukan tatapan Arthur yang biasanya. Raka mengambil kesimpulan bahwa Arthur tidak lagi mengenali dirinya.

Rey menutup kedua mata sambil mengumpati dirinya sendiri. Sekarang, bagaimana cara Rey untuk memperbaiki hubungan persaudaraan mereka?

"Aku berjanji Arthur tidak akan ketakutan lagi saat melihatmu, Kak" janji Rey yang entah akan terwujud atau tidak. Raka yang pandangannya masih kosong melirik pada Rey tanpa memberikan tanggapan.

"Aku sudah mendaftarkan diriku untuk melakukan rehabilitasi lagi. Segera setelah aku berhasil, aku akan membuat Arthur mengenali kakaknya lagi" janji Rey lagi.

"Sebaiknya kau ingat ini semua terhadi karena kebodohanmu. Kau tidak masuk penjara saja seharusnya sudah menjadi hal yang patut kau syukuri" kata Raka dengan suara yang sangat datar.

"Apa kau tidak pernah menganggapku sebagai adikmu, Kak?" tanya Rey tiba-tiba.

"Jika kau ingin mendapatkan pengakuanku, berkacalah pada apa yang sudah kau lakukan. Kau hampir saja membunuhku dan Arthur pada kecelakaan itu dan kau harus ingat itu dengan baik didalam kepalamu!" tegas Raka yang mulai kesal.

Kenapa, Kak? Apa begitu susah menganggapku sebagai adikmu?, tanya Rey dalam hatinya. Tapi dia juga terlalu malu untuk berucap maaf dan maaf. Sejak kemarin Rey selalu mengucapkan kalimat itu. Tetapi diam-diam didalam benaknya, Rey punya rencana.

-fraternity-

FRATERNITY //ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang