fraternity chapter : 11

828 114 3
                                    

Rey dan Raka sedang duduk berdua dengan pandangan yang sangat kosong. Namun Rey masih bisa mengendalikannya. Ia menoleh pada Raka yang seakan benar-benar sudah kehilangan jiwanya. Lagi, rasa bersalah dan penyesalan yang tidak berguna itu menggerogoti hatinya yang memiliki dua sisi.

"Jika saja kau tidak melukai Arthur seperti sekarang, mungkin saja dia sedang memelukmu, Rey" ucap Raka tiba-tiba dengan pandangan kosongnya. Rey masih terdiam.

"Kelahirannya bukan untuk menyingkirkan posisimu sebagai bungsu keluarga. Tapi mau aku jelaskan bagaimana pun kau tidak akan mengerti. Kau bisa saja menjadi seorang kakak yang sangat menyayanginya--"

"Aku menyayanginya" sanggah Rey cepat. Lalu dia kehilangan kata-katanya. Apa melukai Arthur sampai harus operasi jantung bisa diartikan sebagai kasih sayang dari Rey untuk adiknya?

"Jadi, kau diam-diam mengikutinya? Kenapa kau tidak pernah menyapanya selama ini?" tanya Raka dengan suara yang sangat lemah.

"Iya. Selama ini aku juga tidak pernah melukainya" jawab Rey dengan suara yang lemah juga.

"Lalu kenapa?" tanya Raka kali ini dengan nada bicara yang sangat sinis.

Rey hanya menggeleng keras berkali-kali, "Jika saja terjadi sesuatu yang buruk padanya, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri" kata Rey dengan penuh sesal.

Raka mengangkat salah satu sudut bibirnya, "Aku juga harus memberikan pelajaran untukmu Rey. Ingat sampai detik ini aku belum melakukannya" ucap Raka dalam hati.

Raka dan Rey sama-sama berdiri ketika kedua orang tuanya menghampiri mereka. Keduanya sama-sama menantikan kabar sang adik dengan hati yang penuh rasa cemas.

"Arthur berhasil menjalani operasinya. Hanya tinggal menunggu dia sadar. Tetapi karena sekarang Arthur terpasang ring jantung, artinya dia tidak bisa beraktifitas seperti biasa. Yah, selayaknya seseorang yang memiliki penyakit jantung Arthur bisa saja mengalami serangan kapan saja. Untuk itu, kita harus menjaga kondisinya" ucap Ayah Dika dengan suara yang berusaha untuk tegar. Tetapi Ibu Mita yang sedang disampingnya justru sekuat tenaga menahan tangisnya.

"Lalu kenapa ibu....?" tanya Raka yang menggantung.

"Arthur sebelumnya mengalami amnesia retrograde akibat kecelakaan kemarin dan karena Arthur juga sempat mengalami benturan dikepalanya....akan ada trauma yang belum bisa dipastikan separah apa disana" jawab Ayah Dika sambil memeluk istrinya.

BUGH!! Tepat setelah itu, pukulan tangan Raka melayang begitu saja diwajah Rey hingga saudara kembarnya tersungkur. 

"PUKULAN ITU SAJA TIDAK CUKUP UNTUK MEMBAYAR SEMUA YANG SUDAH KAU LAKUKAN, REY!!" teriak Raka dengan sangat kencang beserta tangisannya.

Rey tidak membalas. Dia bahkan tidak bisa merasakan sakit dari pukulan yang Raka berikan. Ibu Mita membawa Rey untuk menjauh sementara Ayah Dika mencoba untuk menenangkan Raka yang sedang mendapati serangan dari panic attack syndrome yang ia punya.

***

Ibu Mita bersama Rey sedang berada ditaman kecil ditengah rumah sakit dimana mereka sama-sama memikirkan kondisi sibungsu. Kira-kira sudah 5 menit mereka duduk bersama tapi yang terdengar hanyalah tangisan sesal Rey yang masih belum berhenti.

"Maaf... Maaf... Maaf... Maaf... Maaf..." hanya ini saja yang berkali-kali diucapkan oleh Rey sambil meremat beberapa jari tangannya. Ibu Mita yang melihat kesedihan putranya itu tersenyum miris. Dia juga sedang menderita tapi dia dan suami harus kuat demi ketiga putra hebatnya.

"Ayah dan Ibu yang seharusnya meminta maaf Rey. Jika kau tidak menghadapi rehabilitasi dan masih bersama kami. Kau tidak akan merasa sendirian seperti sekarang. Aku pasti adalah ibu yang sangat buruk untukmu, Rey" sesal Ibu Mita sambil menahan isaknya.

"Jika ibu membiarkanku, aku pasti akan melukai Arthur saat dia masih kecil. Sebenarnya aku juga bersalah karena kabur dan mengikuti Arthur dengan cara seperti ini. Aku bahkan tidak berani menatap Kak Raka atau berhadapan dengannya" sesal Rey lagi.

"Terima kasih sudah menyayangi adikmu, Nak. Ijinkan ibu untuk memelukmu kali ini". Ibu Mita membuka tangannya. Rey memperhatikan ibunya sejenak. Dugaannya salah. Dia tidak dibuang. Kasih sayang kedua orang tuanya sama untuk semua anak-anaknya. Untuk Raka, untuk dia, dan untuk Arthur, kedua orang tuanya adil dan tidak pilih kasih.

Hati Rey semakin sakit namun ia perlahan membawa tubuhnya ke dalam pelukan Ibu Mita dan menangis disana. Rey membasahi bahu ibunya dengan air mata. Didalam pelukan ibunya, Rey bisa berteriak, dia bisa meluapkan kemarahan dan penyesalannya disaat yang bersamaan.

"Aku kakak yang buruk untuk Arthur, Ibu.."

"Aku kakak yang buruk...."

"Tuhan akan mengampuniku, kan? Arthur akan baik-baik saja, kan?"

"Demi nyawaku sendiri aku sangat menyayanginya..."

"Tidak boleh... Arthur tidak boleh... Tidak akan terjadi hal yang buruk padanya..."

Ibu Mita mengusap kepala Rey sejenak, "Kau dan Raka yang akan melindunginya. Kau juga menyayanginya, kan? Maka Tuhan pasti akan menyelamatkan adikmu. Kau juga harus percaya pada Arthur. Kau sudah mengenalnya dari jauh. Kau pasti tau dia adalah adikmu yang kuat" ucap Ibu Mita yang mencoba menenangkan diri sekaligus putranya itu.

"Hiks... Hiks.... Argh! Aaaargghh....!!" , Ibu Mita semakin memeluk Rey semakin erat saat Rey juga berteriak karena dadanya yang semakin sesak. 

-fraternity-

FRATERNITY //ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang