fraternity chapter : 7

918 130 2
                                    

Martin, sahabat sekaligus kakak untuk Arthur ketika ia di London

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Martin, sahabat sekaligus kakak untuk Arthur ketika ia di London. Mereka berdua tidak terlalu akrab saat SMA tetapi justru satu fakultas dan juga satu kelas saat kuliah. Martin yang selalu unik dan tidak bisa diam ini juga sudah menganggap Arthur seperti adiknya sendiri. Namun, dia bukan Raka yang selalu peduli dan bersikap manis. Dia adalah orang yang selalu lucu dan cenderung ada-ada saja tingkah lakunya.

"Arthur--"

"Hm?"

"Lihatlah gambarku"

Arthur tertawa keras karena yang Martin gambar hanyalah manusia stik yang sangat banyak dan persis sama.

"Sangat cocok untuk galerimu, kan?" tawar Martin tapi Arthur masih saja tertawa.

"Aku menggambar yang lainnya sebagai hiasan, Arthur", Martin lalu menunjukan gambarnya lagi yang hanya dipenuhi dengan tanda tanya dipinggir-pinggirnya. Tawa mereka lebih keras dari sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya, Kak?" tanya Arthur yang masih tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kau lakukan sebenarnya, Kak?" tanya Arthur yang masih tertawa.

"Teganya, aku sedang menawarkan karya seni untuk galerimu, Arthur. Lihat, aku bahkan membuat yang lain lagi", Martin menunjukan gambarnya yang ketiga. Kali ini gambarnya hanya sebuah coretan abstrak yang tidak jelas.

"Ini lihatlah...."

Arthur menoleh kesekian kali dan makin tertawa melihat gambar Martin.

"Panggil aku Martin Picasso setelah ini, hehehe..."

"Berhenti menggodaku, Kak Martin" pinta Arthur yang sudah kelelahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhenti menggodaku, Kak Martin" pinta Arthur yang sudah kelelahan.

"Hah, aku sudah bekerja keras. Aku tidak ingin sepertimu yang hidup dengan lukisan. Temui aku dikantin setelah ini, Anak Muda" titah Martin sambil mengusap kepala Arthur untuk sesaat.

***

Nomor tidak dikenal memanggil...

Arthur sudah sangat geram. Ia mematikan panggilan itu dan mencoba untuk tidak memperdulikannya. Sepuluh menit kemudian, ponselnya berbunyi dan Arthur mematikannya. Dua puluh menit dan masih sama. Martin yang melihat gelagat aneh Arthur  mencoba untuk bertanya.

"Kau tidak ingin mengangkatnya?" tanya Martin.

"Itu tidak penting" jawab Arthur dengan nada bicara yang sangat datar.

"Kau harus melaporkannya pada polisi setidaknya akan ada yang menjagamu"

Arthur melirik Martin sejenak lalu berkata, "Kau saja cukup untuk menjagaku, Kak" jawabnya.

"Bayi ini...., Kak Raka tau tentang ini?", Arthur menggeleng samar.

"Sepertinya ini tentang kecelakaanku beberapa waktu lalu, Kak. Ada yang sengaja mengaturnya. Tapi aku sama sekali tidak ingat apapun tentang kejadian itu. Aku juga tidak mungkin meminta Kak Raka untuk mengingat kejadian itu lagi. Dia masih dalam perawatan psikis dan aku tidak ingin mengacaukannya"

"Kau hanya perlu menyelidikinya pelan-pelan. Tapi aku sarankan jangan bertindak sendiri. Aku akan membantumu dan akan mencoba mencari informasi tentang kecelakaan yang kau alami"

"Terima kasih, Kak Martin"

"Jika kau sudah mengingat semuanya. Kabari aku, akan aku bantu" kata Martin lagi mempertegas.

***

Kuliah Arthur selesai disore hari. Dia menyalakan ponselnya dan muncul banyak notifikasi dari kakaknya. Astaga, dia baru ingat kalau dia harus kontrol melalui telemedicine mengenai post operasinya kemarin. Arthur langsung membuka website rumah sakit tempat ia dirawat dan mengikuti telemedicine dengan dokter yang kemarin merawatnya.

"Hai, Arthur. Sepertinya kau sangat takut dengan kakakmu, ya?" goda dokter dengan kedua lesung pipinya yang dalam.

"Jika dia tau aku tidak konsultasi, dia akan memasang cctv dipunggung dan diatas kepalaku" canda Arthur.

"Arthur, sebenarnya kau harus CT Scan lagi untuk mengetahui kemajuan operasimu. Kau tidak ada masalah dengan kesehatanmu kan?"

"Hanya vertigo yang kambuh jika aku terlalu banyak bergerak" jawab Arthur jujur.

"Untuk itulah kau harus melakukan CT Scan, Arthur. Supaya aku bisa tau itu bisa menyebabkan masalah yang lain atau tidak"

"Aku rasa ini karena aku terlalu lelah saja, Dok"

"Kakakmu bisa membunuhku jika aku membiarkannya, Thur"

Arthur mengangguk setuju. Dia sangat tau kakaknya dan memang sebaiknya Arthur melakukan pemeriksaan. "Baiklah, kau bisa menungguku sampai libur semester ini, Dok. Mungkin, empat atau tiga bulan lagi" jawab Arthur.

"Selama itu?"

"Aku tidak mau hanya pulang sebentar saja, Dok" jawab Arthur dengan sedikit merajuk.

"Baik-baik. Tapi Athur kau saat ini sedang menyembunyikan sesuatu, kan?"

"Hm?"

"Seharusnya kau konsultasi minggu depan, Arthur. Bukan hari ini. Raka curiga kau kesulitan untuk mengingat dalan waktu jangka panjang. Dan itu benar"

Arthur mengosong dengan wajah yang terkejut. Dia memang sama sekali tidak mengingat apapun tentang jadwal kontrol atau segala sesuatu yang sudah sangat lama. Arthur juga tidak terlalu peduli dengan kemampuan mengingatnya. Tetapi, apa itu akan menjadi masalah?

-fraternity-

FRATERNITY //ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang