9 ; Rumah Aksa

131 28 13
                                    

Cklek!

Aksa membuka pintu rumahnya, kemudian ia meraih tangan cantik Alen untuk masuk ke dalam, tapi Alen malah menahannya.

"Mau apa emang?" tanya Alen heran.

"Ya mau main aja, aku kan udah pernah main ke rumah kamu, masa kamu gak mau main ke rumah aku," jawab Aksa sedikit kecewa, sepertinya Alen tidak mau masuk ke rumahnya.

"Pasti banyak keluarga kamu, aku malu, hehe." Alen menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Cuma ada ayah sama kakak cowok aku, jadi gausah malu." Aksa tersenyum meyakinkan.

"Tetep malu." Alen tersenyum kikuk.

"Biasanya juga malu-maluin." Aksa terkekeh dan mencubit hidung mancung Alen.

"Iiiih Aksaaa!" Alen mengerucutkan bibirnya.

"Hehehe, ayok ah!" Aksa menarik tangan Alen, menuntunnya untuk masuk ke dalam rumah.

Alen hanya celangak-celinguk dan sampai ternganga saat masuk dan melihat rumah Aksa yang sangat luas dan mewah. Alen menjadi tidak percaya diri, bisa-bisanya gadis biasa seperti dia memiliki pacar yang kaya raya dan juga sangat tampan, begitu pikir Alen.

"Kamu duduk dulu ya Len, aku mau ganti baju dulu ke kamar." Aksa melepas genggamannya dengan lembut.

"Iya Aksa." Alen mengangguk, lalu Aksa tersenyum dan melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

"Eh mau ikut ke kamar aku juga gak papa banget kok, ayok!" langkah Aksa berhenti dan badannya berbalik menghadap Alen.

"Ya kali aku masuk kamar cowok." Alen menatap Aksa dengan tatapan tajam, dan Aksa hanya cengengesan saja.

Kini Aksa sudah tidak terlihat lagi di mata Alen, sekarang hanya Alen seorang yang berada di ruang tamu luas nan mewah ini.

Tapi kenapa perasaan Alen tidak enak, bulu punuk nya terangkat, badannya dingin, dan sedikit merinding saat memperhatikan setiap sudut ruangan rumah bernuasa abu-abu ini. Bahkan lampunya saja tidak terlalu terang, katakan saja memang gelap, seperti tidak ada kehidupan di rumah ini.

Alen bingung harus bagaimana, ia bahkan tidak berani untuk duduk di sofa rumah ini, padahal tadi sudah menyuruhnya. Akhirnya Alen memutuskan untuk memainkan ponsel nya sambil berdiri dengan tenang,  walaupun sebenarnya Alen merasa ketakutan.

"Alena Agatha." Seseorang memanggilnya, Alen sedikit terkejut dan menolah ke arah sumber suara. Ia melihat seorang laki-laki gagah dan wajahnya mirip dengan Aksa, sangat tampan, sudah dipastikan dia pasti ayahnya Aksa. Langkahnya menghampiri Alen.

"Kamu Alen kan? Saya ayahnya Aksa, silahkan duduk." Perintah Jack dengan ramah. Dengan gugup Alen duduk di depan Jack, kakinya sedikit bergetar.

"Kamu pacarnya Aksa kan?" Jack bertanya sambil menunjukan senyum ramahnya.

Alen sedari tadi hanya menunduk dan memainkan kuku panjangnya yang cantik. Ia sangat malu sekali sampai melamun tak mendengar pertanyaan dari Jack.

"Hey?" Jack memanggilnya kembali.

"Eh? Oh iya?" Alen terbangun dari lamunannya dan tersenyum kikuk kepada Jack.

"Kamu pacarnya anak saya Aksa kan?" tanya Jack sekali lagi.

"Emm... i-iya." Alen menjawabnya sangat gugup, kepalanya mengangguk pelan dan menunduk kembali menyembunyikan pipinya yang kini kian merah merona.

"Gausah gugup begitu dong, toh, nanti juga jadi menantu saya." Ucap Jack yang membuat Alen malah tambah gugup bukan main.

Simon SaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang