10 ; Orang Baru

100 10 9
                                        

Aksa dan Alen pergi ke perpustakan, mereka membaca buku dan menyalin tulisan disana. Sangat tenang sekali, tak ada orang, penjaga perpustakaan juga tidak ada. Hening, hanya suara detikan jam dinding yang terdengar di telinga mereka.

"Alen..." Panggil Aksa memecahkan keheningan.

"Hmm?" Alen tidak meliriknya, ia fokus dengan kegiatan menulis yang disukainya.

"Aku udah ah, pegel." Aksa menyimpan pulpen berwarna hitam itu ke dalam tempat pensil Alen yang sangat lucu.

"Kamu baru aja dikit Sa." Alen menghentikan kegiatan menulisnya, ia meraih buku catatan Aksa dan memeriksanya dengan detail seperti guru yang sedang memeriksa buku catatan murid yang tidak menulis pelajarannya.

"Pegel tau." Aksa besandar ke kursi dengan lemas.

"Ih lebay." Alen memukul bahu Aksa pelan.

"Aw sakit dong Len." Aksa berakting seperti meringis kesakitan, menyentuh bahu yang Alen pukul dengan pelan itu.

"Makanya cepet nulis lagi! Kamu tuh ya banyak buku catatan yang kosong tau! Enggak boleh gitu, cepet lanjut nulis lagi!" omel Alen meletakan pulpen diatas buku catatan Aksa dengan tegas.

"Ih kamu kalau jadi guru pasti galak ya, hahaha." Aksa malah tertawa dan menyandarkan kepalanya di bahu Alen dengan manja.

"Ihh malah ketawa! Cepetan!" Alen melepaskan sandaran Aksa dari bahunya.

"Peluk dulu ah." Bukannya menulis, Aksa malah memeluk Alen dengan paksa, Alen berontak untuk melepaskannya, tapi tidak bisa.

"WOY AKSA!" suara teriakan datang, ternyata itu Richard, ia menghampiri Aksa yang tengah melepas pelukannya dengat terkejut.

"Sa, buruan ke lapangan! Kita latihan basket! Anak-anak dari tadi udah nungguin lu bego! Pacaran mulu lu!" omel Richard menghampiri Aksa.

"Iya...iya... santay aja kali gausah ngegas gitu," jawab Aksa dengan tengan, lalu berdiri.

"Yaudah buruan! Gua duluan, lu nyusul ya, Sa." Richard berbalik badan meninggalkan perpustakaan.

Aksa menundukan setengah badannya agar setara dengan Alen yang sedang duduk.

"Aku lupa sekarang latihan basket. Aku mau latihan dulu ya, kamu sekarang mending pergi ke kelas aja, dari pada di perpustakaan sendiri," perintah Aksa dengan lembut.

"Gakpapa kok, aku disini aja sendiri, Sa." Alen tersenyum meyakinkan.

"Jangan, Len. Ke kelas aja ya." Aksa mengelus rambut panjang Alen dengan lembut.

"Tanggung ini dikit lagi." Alen melirik buku catatannya.

Aksa terdiam beberapa detik, menarik nafasnya dan menghembuskannya dengan panjang.

"Fyuuuh.... yaudah kalau udah beres langsung ke kelas ya, Len," ucap Aksa.

"Iya Aksa." Jawab Alen sambil tersenyum.

"Kalau gitu aku pergi dulu ya, Len." Aksa tersenyum dan memberikan kecupan di pipi Alen.

Cup!

Alen tersenyum dan Aksa mulai berjalan meninggalkan Alen sendirian di perpustakaan yang luas dan hening ini. Pandangan Alen tak berhenti memandang Aksa yang kini kian menghilang dari pandangannya.

Setelah Aksa benar-benar tak terlihat, Alen melanjutkan aktivitas menulisnya dengan tenang, sangat hening sekali.

Tiba-tiba datang siswa cewek menghampiri Alen. Kulitnya sangat putih, rambut panjang lurus yang agak pirang, matanya sipit dan badannya kurus. Cewek itu duduk di kursi yang telah Aksa duduki, lebih tepatnya disamping Alen.

Simon SaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang