03 TAK BISA DIANDALKAN

13 4 1
                                    


Hari mulai membuka wajahnya dengan cahaya fajar.

''Yuri bangunlah, Ibu sudah menyiapkan sarapan untukmu. Ibu tau anak Ibu pasti sangat lapar.''

Yuri keluar dari kamarnya dan mengambil sendok dengan gemetar. Saat hendak bicara, ibu Yuri mennyiram wajahnya dengan air kobokan.

Yuri terkejut dan hanya bisa memejamkan matanya.

''Bagaimana mungkin kau sarapan di sini sedangkan adikmu tidak tahu bagaimana kabarnya, pasti dingin di luar sana, jangan sampai dia kelaparan. Kau benar-benar tidak bisa diandalkan. Padahal 7 tahun aku tidak melihat anakku yang malang itu.'' Teriak ibu dengan marah dan menangis.

Yuri memeluk Ibunya dan mereka menangis bersama. ''Maaf Ibu, tolong mengerti aku. Aku juga ketakutan.''

''Ibu akan pergi ke daerah itu dan mencari tahu, kau tidak perlu ikut. Jagalah cafe ini besok lusa kau harus sekolah, ibu sudah mengurus semuanya dan pinjamlah seragam sekolah tetangga untuk sementara waktu. Jangan terlihat lemah, ibu akan segera menemukan Yura.''

Bu Jihan segera bergegas dan pergi. Dia juga membawa bekal untuk Yura, Bu Jihan sangat tertekan kehilangan anaknya.

''Yura tunggulah di sana, ibu akan menjemput karena aku percaya pada ibu. Aku sangat merindukanmu, maka kembalilah dalam keadaan baik-baik saja'' Gumam Yuri dalam hati.

Yuri mulai memberanikan diri keluar rumah untuk meminjam seragam tetangga karena dia tidak boleh hanyut dalam masalah ini. Yuri harus menuruti perintah ibunya dan berbuat sesuatu agar ibu tidak sedih.

Tibanya di rumah tetangga Nampak seorang laki-laki yang tidak biasa.

''Oh Yuri, bagaimana keadaanmu sekarang?''

Ternyata orang itu adalah Paman yang mengantar Yuri semalam.

''Aku sedang tidak baik-baik saja paman, ibu pergi mencari Yura ke tempat kejadian.''

''Polisi belum memberi kabar, maaf aku tidak bias berbuat apa-apa''' ungkap paman.

''Apakah paman tinggal di sini? Berarti paman memiliki dua anak, aku ingin meminjam seragam sekolah anak paman.''

''Aku kesini untuk menjemput adikku, aku hanya memiliki satu anak yang semalam bersama denganku di mobil. Adikku baru saja lulus sekolah menengah atas, jadi harus ke kota untuk mempersiapkan tes masuk perguruan tinggi, apakah seragamnya yang kamu maksud.?''

''Benar Paman, maaf''. Jawab Yuri sambil menggerakkan kaki kirinya.''

Paman segera mengambil seragam adiknya dan memberikannya kepada Yuri.

'' Ini seragamnya, anakku dan adikku sedang keluar.''

Yuri mengucapkann terimakasihh kepada paman, dalam perjalanan pulang, Yuri kembali bebicara dalam hati.

''Aku belum menghubungi Ayah, aku sudah memikirkannya, ayah akan marah padaku dan ibu jika tahu semuanya. Ibu tidak mau tinggal bersama ayah karena ayah sangat sensitif dan tidak mau mengalah.''

Yuri kembali meneteskan air matanya, tiba-tiba sebuah bola takraw melayang dan jatuh ke kepala Yuri. Yuri pun melihat ke belakang, ada seorang laki-laki tampan yang malambaikan tangannya.

''hey, tolong lemparkan bola itu kemari yow''

Yuri berpura-pura tidak mendengar dan berlari masuk ke rumah.

''Ada apa dengannya yow, mungkin kepalanya sangat sakit. Aku jadi merasa bersalah'' kata laki-laki itu sambil berjalan mengambil bola tadi.

'Aww'. Dia Terjatuh karena tali sepatunya lepas, setelah mangikatnya dia menghadap ke rumah Yuri sambil memikirkan cara meminta maaf kepada Yuri.

WHAT'S GOING ON?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang