Suasana terasa canggung saat pak Hans tiba di kafe Yuri. "Apa benar ini rumahnya Yuri, saya adalah guru lesnya." Kata pak Hans
"Mohon tunggu sebentar di kursi sebelah sana, Yuri akan segera kemari. Apa bapak ingin minum kopi."
"Tentu, terimakasih."
"Rasanya seperti mimpi. Ternyata pak Hans sangat tampan jika dilihat dari dekat. Ooh jantungku berdebar." Kata kak Manda dalam hatinya dengan menahan rasa gugupnya.
Yuri masih mengumpulkan buku pelajarannya di kamar. Ring...ring ponsel Yuri berdering, terlihat Robi sedang memanggil. Yuri mengangkat teleponnya dengan cepat. "Halo"
"Yuri, aku dan Noe sudah menemukan foto yang mungkin dapat dijadikan petunjuk, kami sedang menuju ke kantor polisi." Kata Robi dari panggilan itu.
"Baik, aku akan segera kesana." Jawab Yuri dengan suara berbisik agar tidak terdengar Kak manda dan pak Hans.
Yuri beranjak dari kamarnya untuk ke kantor polisi, Kak manda melihat Yuri. "Yuri cepat kemari, pak Hans sudah menunggu dari tadi." Kata kak Manda
"A, anu. Maaf pak Hans, bisakah lesnya ditunda ke hari lain. Yuri harus pergi sekarang."
"Ada apa Yuri? Buru-buru sekali.." Tanya kak Manda
"Yuri harus ke kantor polisi, teman sekelas Yuri sedang ada di sana kak."
"Teman sekelas? Siapa Yuri? Bapak harus ikut sebagai wali kelas yang bertanggung jawab." Ungkap pak Hans yang langsung berdiri
"Robi pak, tapi...."
"Ayo masuk mobil sekarang, kita pergi bersema."
Yuri terpaksa harus mengikuti pak Hans karena jika hanya berjalan kaki, mungkin akan sampai esok hari. Yuri pun menaiki mobil pak Hans dengan merapati mulutnya untuk tidak memberitahu pak Hans apa yang terjadi sebenarnya.
Sesampainya di kantor Polisi Yuri langsung masuk ke dalam mendahului pak Hans yang masih memarkirkan mobilnya. Yuri melihat ada banyak polisi yang berlarian masuk ke mobil dan pergi.
"si gadis Rusia sudah datang, polisi masih mencoba mencari info tentang foto itu dan akan segera menghubungi tersangka." Kata Noe
Pak Hans datang dan bertanya "apa yang sudah terjadi Robi, kenapa kalian ada di kantor polisi."
Di sisi lain seorang polisi melihat wajah pak Hans dengan penuh kecurigaan
Di sisi pak Hans, robi menjawab pertanyaan "Pak Hans di sini. Sebenarnya kami di kantor polisi karena..."
"Permisi, apa benar anda pak Hans Rusli. Tolong segera ikut kami. Ada sedikit intograsi." Potong seorang polisi
Pak Hans mengikuti polisi itu ke ruang interogasi.
"Sebagai wali kelas kita, sepertinya pak polisi ingin menanyakan sesuatu, mengapa anak SMA seperti kita ada di sini pada malam hari."Tebak Robi
"Bisa jadi, Noe boleh aku lihat foto yang kamu maksud." Kata Yuri
"tentu saja, waktu Robi bermain layangan aku mengambil fotonya dengan ponsel tepat setelah suara kecelakaan itu terdengar." Sambil memberikan ponselnya kepada Yuri
Terlihat di layar ponsel itu sebuah foto Robi yang sedang bermain lanyangan dan mobil yang kabur setelah menabrak korban. Yuri melihat foto mobil itu dan berkata "Mobil ini terasa tidak asing."
"Benarkan?, aku juga pernah melihatnya." Kata robi
"Sebentar, ayo keluar." Ajak yuri
Mereka bertiga keluar dari kantor polisi dan melihat arah yang di tunjuk oleh Yuri dengan jarinya. "Sangat persis bukan." Kata Yuri
"Itukan mobil pak Hans, mana mungkin pak Hans adalah pelakunya." Kata Robi
"Tapi nomor plat yang ada di foto sama dengan di mobil Pak Hans."
Yuri sangat terkejut dan berkata"Jadi pak Hans yang sudah menabrak aku dan adikku."
Yuri masuk ke dalam kantor dan melihat pak Hans yang sudah di borgol
"Kenapa bapak tidak bertanggung jawab atas kecelakaan itu, mungkin Yura masih bisa di selamatkan dan dia tidak akan mati di usia yang masih muda."
"Maaf kan bapak Yuri, bapak sudah lama ingin menyarahkan diri, tapi keberanian bapak terus menghilang dan rasa bersalah terus menghantui. Tolong maafkan bapak, harusnya bapak menolong adikmu saat itu, sungguh maafkan bapak." Ungkap pak Hans dengan rasa bersalahnya
Yuri hanya bisa menangis dan Noe memeluk Yuri. Polisi membawa pak Hans kedalam sel penjara. Noe dan Robi membawa Yuri keluar dari kantor polisi. Yuri hanya bisa berterima kasih pada Robi dan Noe yang sudah membantunya untuk menemukan pelaku yang padahal berkeliaran di sekitarnya. Yuri juga merasa bersalah karena menuduh Indah sebagai pelaku.
"Akhirnya kita berhasil menemukan pembunuhnya, bukankah itu sebuah keajaiban. Tapi kenapa pak Hans melakukannya, kenapa pak Hans tidak menyelamatkannya?" Tanya Robi
"Mungkin pak Hans takut, tapi sudahlah. Biar polisi yang mengurusnya, lebih lagi pak Hans sudah meminta maaf pada Yuri." Jawab Noe
"Terimakasih teman-teman" Yuri berterimakasih sekali lagi kepada Robi dan Noe, Ring.....Ring... Ponsel Yuri berdering. "Halo"
"Yuri, Apa kau melihat kak Indah? Dia tidak ada di rumah sejak tadi." Arman bertanya melalui telepon
"Indah, aku tidak melihatnya"Jawab Yuri
Robi memotong pembicaraan mereka "Aku bersama indah di pinggir sungai sebelum kemari."
"Benarkah? Arman, cobalah ke pinggir sungai, mungkin Indah masih di sana."
Arman menutup telepon.
"Kalau begitu mari kita pulang kerumah sekarang." Ajak Yuri
"Kau duluan saja Yuri, ada yang harus kubicarakan pada Noe sekarang." Kata Robi sambil memberi kode kepada Yuri
"Baiklah aku pergi dulu, daah."
Yuri pergi dari sana dan bergumam sambil tersenyum kagum. "Robi benar-benar mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya pada Noe."
Sesampainya di rumah Yuri melihat kak Manda sedang berkemas lalu menceritakan apa yang sudah terjadi malam itu.
"Syukurlah kalau begitu, Yuri kakak minta maaf tidak bisa mealnjutkan usaha kita ini karena nenek kakak sedang di rawat di rumah sakit kota, kakak harus menemaninya." Ucap kak Manda dengan nada pilu.
"Yuri bisa apa, pergilah kak Manda. Yuri sangat berterimakasih karena kakak sudah menemani Yuri sampai saat ini."
"Tentu saja. Jaga dirimu baik-baik di sini. Sampai jumpa lagi Yuri." Ucap kak Manda sambil memeluk Yuri dan mereka berdua menangis.
Lagi-lagi sendiri
Mengapa begitu melekat pada jiwa ini
Bagaikan bulan yang begitu lekat dengan malam
Padahal aku hanya ingin bahagia
Serumit inikah?
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT'S GOING ON?
Teen FictionSetiap orang menginginkan sebuah kehidupan yang sesuai dengan keinginan mereka, tetapi tidak semua orang dapat merasakannya. Begitu pula dengan Yuri, gadis berusia 18 tahun yang mengalami benih-benih menyakitkan setiap perjalanan kehidupannya. Pende...