04 BERUBAH

7 4 0
                                    


Setelah melewati malam yang pendek, Hari kembali memancarkan sinar matahari. Yuri terdiam di kafe dan membersihkan meja sebelum karyawan ibu datang.

''Malam tadi terasa sangat pendek, hati tercemar bayang-bayang pulang atau tidaknya Yura.'' Gumam Yuri dalam hatinya

Ibu yuri tiba di rumah dengan tangan kosong. ''Ibu, mana Yura?''

Ibu hanya diam dan masuk kedalam tanpa berkata-kata.

''Lagi-lagi Yura belum ditemukan. Rasanya sangat hampa, kehilangan sesuatau yang berharga akan membuat hati menjadi sakit. Selain itu, rasa bersalah tumbuh bagai kaktus di dalam hati.''

Karyawan ibu mulai berdatangan dengan wajah ceria, mereka tidak tahu masalah yang menimpa keluargga bu Jihan saat ini. Yang mereka lakukan hanyalah mencari nafkah. Membuat kue dan menjualnya.

Yuri terdiam di kursi dengan lamunannya. Tapi kali ini dia tidak menangis. Yah, hanya karena tidak menangis bukan berarti tidak sedih.

Laki-laki kemarin datang untuk membeli kue, tapi niatnya ingin meminta maaf dengan Yuri.

''Permisi, kue mini strawberry satu, ini uangnya.'' Setelah menerima kue, laki-laki itu melihat Yuri yang sedang melamun tadi. Dia pun mengampiri Yuri. Tetapi, lagi-lagi dia terjatuh dan kue melayang dan jatuh kewajah Yuri.

Yuri tidak terkejut sama sekali. Dengan wajah dinginnya, Yuri bergumam dalam hatinya. ''akhirnya aku dapat merasakan kue strawberry walaupun dengan cara yang tidak biasa.'' Yuri berdiri dan berlari masuk kedalam.

''Tunggu''. Teriak laki-laki itu tapi Yuri tidak dengar. ''Huft, aku membuat kesalahan kedua sebelum permintaan maaf pertama tersampaikan. '' Sambil membersihkan kekacauan yang dia buat dan pergi keluar dari kafe.

Setelah Yuri membersihkan wajahnya dia terdiam di kamar mandi dan menangis hingga matanya memerah dan bengkak. Yuri keluar dari kamar mandi dan dan masuk ke kamar Ibunya.

Ketika hendak membuka pintu, Bu Jihan keluar dan tidak menatap mata Yuri.

''Rasanya sangat tidak nyaman, pertemuan yang di tunggu-tunggu menjadi patah karena takdir yang membuat semua berubah.

Malam pun tiba, kafe sudah tertutup. Bu Jihan dan Yuri tertidur lelap di kamar masing-masing. Tidak ada yang bisa menjadi pelampiasan Yuri selain tertidur.

Keesokan harinya Yuri menyiapkan sarapan karena hari ini dia harus ke sekolah, kemudian Ibunya keluar dari kamar dan sarapan.

''Ibu sudah bangun, aku sudah menyiapkan sarapan untuk ibu, mari makan bersama.''

Ibu Yuri mengambil piring yang sudah disiapkan Yuri tetapi piring Yuri juga diambil, entah apa yang ada di pikiran bu Jihan saat itu, dia melempar piring hingga pecah.

TRAKK......

Yuri berusaha untuk tidak terkejut dan membersihkannya, '' apakah ibu terluka?'' tanya Yuri sambil memegang tangan ibunya, tetapi ibunya justru mendorongnya hingga jatuh lalu pergi ke kamar tanpa bicara sedikit pun.

''Bagaimana aku bisa ke sekolah hari ini jika kondisi ibu tidak baik-baik saja, aku teringat seragam ini adalah milik tetangga dan ibu sudah menyuruhku meminjamnnya, ya aku harus sekolah, jika tidak kondisi ibu akan menjadi lebih buruk.''

Setelah membersihkan kekacauan, Yuri bergegas ke sekolah karena mungkin dia akan terlambat karena kekacauan tadi, dia berlari kemudian berhenti. ''Tapi aku tidak tahu arah sekolahku, haduh bagaimana ini.'' Tiba-tiba seseorang berlari dengan kencang melewati Yuri hingga membuat angin mengangkat rambut Yuri.

''Hoh, seragamnya sama denganku, aku harus mengikutinya.'' Yuri berbicara sendiri dan mengikuti orang itu dan berlari. 

WHAT'S GOING ON?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang