08 HANYA KARENA PERINGKAT KELAS

5 3 0
                                    

Semua berjalan seperti biasa, tetapi di sekolah semua orang mendadak bersahabat dengan buku mereka, Yuri sedikit heran melihatnya, karena di sekolah lamanya berbanding terbalik, Yuri sedikit mengingat masa lalunya, di kota hanya sebagian orang yang bersahabat dengan buku mereka sedangkan yang lain banyak beramain dan masa bofoh dengen ujian. Yuir merasa beruntung sekolah di sini. Yuri mulai beradaptasi di lingkungan desa dan belajar dengan rajin seperti teman-teman yang lain. Sepulang sekolah, Yuri tetap membuka kafe miliknya bersama kak Manda.

Setelah dua minggu berlalu, hari ujian pun tiba, semua siswa merasa gugup dan tidak percaya. Sebelum ujian di mulai, Yuri datang menemui Indah.

"Indah bagaimana persiapanmu, hanya kau yang terlihat tidak gugup di kelas ini."

"Seperti biasa, aku pasti dapat peringkat pertama lagi. Apalagi aku tak pernah bolos les matematika, huh aku sangat menunggu ujian matematika itu."

"wah, aku salut dengsn kepercayaan dirimu."

"Anak baru, ini adalah rahasia antara kau dan aku. Setelah pengumuman peringkat nanti aku akan menyatakan perasaanku pada robi. Oh aku jadi gugup."

"Benarkah? Semoga berhasil Indah, aku mendukungmu." Ucap Yuri. Indah tersenyum melihat Yuri. Ujian pun di mulai dan terlaksana selama seinggu. Akhirnya penumuman hasil ujian tiba. Pak hans datang dengan ekspresi seperti biasa pada wajah tampannya itu.

"Bapak tidak perlu berlama-lama,, akan bapak umumumkan langsung hasil ujian kalian semua. Karena bapak guru matematika, bapak juga akan umumkan nilai kalian."

Semua orang sangat gugup. "Untuk petama kali aku merasa gugup menunggu hasil ujianku, padahal waktu di kota tidak sama sekali. Mungkin saja karena persaingan di sini ketat sekali." Ucap Yuri dalam hatinya."

Pak Hans melanjutkan pengumuman. "Bapak mulai dari peringkat ketiga silahkan ambil buku rapornya. Robi dengan nilai 98 silahkan maju."

"Peringkat robi turun lagi, hmm. Sepertinya aku yang naik." Kata siswa lain yang ada di kelas.

"Perngkat kedua, Indah pangela dengan nilai 98, silahkan maju." Lanjut pak Hans. Semua orang terkejut dan salah satu berkata "Siapa di posisi pertama?"

"Peringkat pertama jatuh kepada Yuri denga nilai 100, silakhkan maju."

Semua orang ternganga dan melihat Yuri, Yuri pun maju dengan percaya diri, karena dia memang sudah tau kemampuannya. Selama Yuri di kota, dia juga selalu mendapat peringkat pertama.

Saat Yuri hendak kembali ke kursinya, dia melihat Indah menahan tangis. "Indah apa kau baik-baik saja?" tanya Yuri

"Bagaimana ini, Ibuku pasti marah dan akan memusuhimu anak baru. Mengapa kau harus diperingkat pertama."

"Ibumu? Maaf Indah aku tidak tau akan terjadi seperti ini."

Robi yang mendengar percakapan mereka datang dan berkata. "persaingan tetaplah persaingan, peringkat tetaplah peringkat."

Indah pergi karena perkataan Robi, dia pulang dan Arman langsung mengejarnya.

Pak Hans langsung menghampiri Yuri. "Selamat Yuri, ini adalah rekor pertama sekolah kita. Karena Yuri sudah membanggakan sekolah dengan prestasi akademik, bapak akan memberikan les matimatika privat kepada Yuri secara gratis. Bapak akan datang kerumah Yuri. Apa Yuri tidak keberatan."

"Tentu tidak, terimakasih banyak pak Hans."

Semua siswa berjalan pulang dari sekolah, hari itu Yuri sengaja mengandarai sepedanya karena dia tidak langsung pulang kerumah tetapi ke makam Yura dan ibunya.

"Ibu, Yura. Yuri dapat peringkat pertama lagi. Sudah saatnya Yuri mencari orang yang sudah membuat Yuri kehilangan kalian. Yuri masih curiga dengan Indah. Tolong bantu Yuri memecahkan masalah ini dan membuat pelaku meminta maaf." Gumam Yuri di makam Ibu dan Yura.

Rumah Indah dan Arman

Terlihat Indah sedang duduk di kursi bersama Ibunya yang sedang melihat rapor Indah dan mengetahui bahwa peringkat Indah turun.

"Siapa orangnya? Siapa yang sudam membuat peringkat anakku turun? Cepat katakan," Ucap Ibu Arman dan Indah sambil berdiri membelakangi Indah.

"Ini semua salah Indah Ibu, maafkan Indah."

"Kenapa begitu, Ibu sudah mentransfer semua uang yang Ibu miliki agar kalian hidup dengan nyaman dan rajin belajar. Apa yang salah?."

"Indah yang salah Ibu, Indah tidak bisa mengatur jam belajar Indah karena terlalu banyak les di luar rumah."

"Lalu, sekarang kau menyalahkan Ibu karena menyuruhmu rajin belajar?." Sambil melempar rapor ke kepala Indah dan mengangkat dagu indah dengan jari telunjuknya dan berkata. "Benar, kali ini bukan sainganmu yang salah, ingatlah, ibu tidak akan pernah memaafkanmu atas kekacauan ini. Apa yang harus ibu katakan dengan teman-teman Ibu jika anak Ibu bodoh."

Indah memalingkan wajahnya dan berkata "Kalau begitu Indah sudah tidak punya Ibu lagi." Lalu Indah berlari ke kamar dan mengunci pintu kamar itu. Indah menangisi apa yang ia perbuat.

Rumah Yuri

Yuri baru saja sampai di rumah setelah mengunjungi makam. Yuri mulai merasa lapar dan melihat tidak ada makanan di rumahnya. Arman datang kerumah Yuri dan mengajak Yuri keluar. "Yuri, kamu pasti belum makan Yow, kebetulan aku juga belum, padahal hari ini orang tuaku ada di rumah tetapi Ibu tidak memasak. Ayo kita cari makanan di luar yow"

"Tapi......"

Arman langsung menarik tangan Yuri dan mereka pergi. Tanpa disdari mereka berpegangan tangan selama di perjalanan. Saat tersadar, jantung Yuri berdetak kencan dan refleks melepaskan tangan Arman.

"Maaf Yuri, hehe" Kata Arman

Mereka sudah sampai di warung makanan yang sederhana. "Kau tau, makanan di sini sangat nikmat. Biar aku pesankan." Kata Arman

"Benarkah? Terimakasih"

Mereka makan bersama dan Arman berkata "Kak Indah mengunci kamarnya dan tidak mau keluar."

"Apa yang terjadi?''

"Karena peringkatnya turun Ibu memarhinya dengan keras hingga dia menangis lalu masuk ke kamar. Ini bukan pertama kali ibu memarahinya. Kemarin sebelum ibu berangkat ke luar negeri, ibu sempat memukul kak Indah dan melemparnya dengan gelas kaca."

"aku jadi merasa bersalah dan tidak tahu hal ini akan terjadi. Lalu, bagaimana denganmu Arman?

"Ibu tidak begitu peduli dengan nilaiku karena aku laki-laki dan anak bungsu. Ibu bilang aku hanya perlu melakukan yang terbaik untuk mewujudkan impianku."

"Impian, memangnya apa cita-citamu?"

"Aku ingin jadi atlet sepak takraw. Oleh karenanya aku sering berlatih di dekat rumahmu"

"Tapi aku tidak melihatmu."

"Bukan tidak melihat, tetapi kau terlalu sibuk bekerja membuat kue. Tidak mugnkin aku datang, pasti akan mengganggu."

"Benar juga" jawab Yuri sambil tersipu malu. Dia sempat memikirkan Indah. "Mungkin ini karma bagi Indah karena telah membunih adikku, meski belum ada bukti." Pikir Yuri

"Aku ke toilet sebentar ya Arman." Kata Yuri. Arman mengangguk dan melanjutkan makan siang.

SIUUUT.... saat Yuri keluar dari toilet, dia mendengar suara orang bersiul dari toilet sebelah.

WHAT'S GOING ON?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang