3-31 || [Akhir] Pemberontakan (c)

959 356 22
                                    

Pertempuran antar dua pemilik bibit pohon purba ini masih berlangsung. Keduanya sama-sama tangguh, tapi pada akhirnya Lepido yang terdesak. Bagaimana pun pria ini sudah cukup tua dan tidak memiliki semangat hidup. Karena itulah berulang kali ia harus terhantam akar yang dikendalikan oleh Hickory sampai membuatnya terlempar jauh—lalu mendarat tepat di batang pohon lain. Bagian dalam tubuhnya remuk bukan main, dia pun batuk darah. Selama puluhan tahun, baru kali ini dia mengeluarkan darah. Semangat hidupnya semakin menipis sehingga kemampuan regenerasinya menurun.

Di sisi lain, Hickory semakin dipenuhi kemarahan, jiwanya berteriak kencang, menggila dna tidak terima. Alhasil dia melampiaskan amarahnya terhadap Lepido. Pikirannya hanya dipenuhi Pera yang mendadak tewas karena ditembak oleh Rodhes. Dia tidak terima ini. Niat membunuh yang dia pancarkan terlalu hebat sampai-sampai seluruh tanah di hutan ini ikut bergetar.

"Peraaa!" teriaknya tidak berhenti sembari meremas kepalanya sendiri. Dia tidak peduli dengan pertarungannya lagi. Meskipun begitu ternyata akar-akar yang ikut marah malah semakin gencar menyerang Lepido, menghantamnya berulang kali sampai membuatnya patah tulang dan tidak berdaya.

Binatang-binatang buas yang ada disitu, termasuk kelompok serigala besar melarikan diri dan bersembunyi di dalam gua. Iya semua makhluk hidup tampak ketakutan karena suara teriakan Hickory seolah ingin meledakkan kepala mereka.

Ketika Hickory mendongak ke atas, tampak ranting-ranting pepohonan sekitar menyingkir sehingga langit pagi ini terlihat. Biru dengan sedikit putih—seperti biasa, matahari masih belum terlihat. Akan tetapi melihat langit sudah cukup cerah, sebentar lagi musim dingin akan berakhir.

"Aku akan menyusulmu nanti," katanya lirih.

Tangan raksasa yang berasal dari sekumpulan ranting menerjangnya dari depan. Tapi dalam hitungan detik, sebuah akar raksasa menyeruak dari depan Hickory dan langsung menghangtam tangan tersebut. Akibatnya angin berhembus kencang di situ, sebuah pohon sampai hendak tumbang. Namun, Hickory nyatanya masih berdiri bagaikan pohon kokoh. Angin kencang, serangan apapun yang berusaha menerjangnya selalu dihalangi oleh ribuan jenis akar yang dia kendalikan.

Sementara itu, akar-akar lain sudah mendesak Lepido. Bahkan, Hickory tidka melakukan apapun, tapi seolah-olah seluruh akar ini adalah seluruh tubuhnya. Dia bisa melihat apapun dari permukaan kulit akar itu, lalu menggerakkannya lebih leluasa. Sebagian besar akar telah melilit tubuh Lepido sampai-sampai tidak kelihatan sama sekali. Lilitan itu semakin kuat dan pada akhirnya menghancurkan tubuhnya hingga menjadi potongan kecil. Darah segar terlihat membasahi akar-akar itu.

Pertarungan berakhir.

Hickory kembali menggendong tubuh Pera, lalu berjalan ke tengah pepohonan Lepidodendron ini, tepatnya ke pohon paling tua dengan batang dua kali lipat lebih besar. Ia sengaja mendudukkan Pera, dan menyandarkanya di batang pohon tersebut. Ia mengecup kening gadis itu, lalu membelai pipinya. "Aku mencintaimu, Periwinkle Sterling."

Dia kemudian berdiri sembari meregangkan jemarinya. Hatinya sakit. Baik pemeritnah, warga ataupun pihak pemberontak sama sekali tidak bisa diselamatkan. Para pemberontak menyuruhnya untuk bertanding di arena pembunuhan itu, tapi mereka tidak berusaha menyelamatkan Mignon—segalanya terlambat sekarang. Dia sudah gelap mata.

Semuanya adalah musuh.

***

Harkin menjejak tubuh Mignon untuk yang kesekian kalinya. Dia benci sekali melihat Mignon yang dalam kondiri tangan terikat masih sanggup merangkak ke arahnya. Dan, sekali lagi dia menendangnya sampai terjatuh ke lantai kembali.

"Berhentilah merangkak ke arahku! Kau sangat kotor!" bentaknya.

Baju putih Mignon telah kotor oleh tendangan demi tendangan pria itu. Dia tidak betah lagi berada di dalma ruangan serba putih yang sebenarnya ruang tahanan khusus ini. Dia kembali merangkak dan berusaha melewati Harkin agar bisa pergi ke pintu keluar. Wajahnya semakin pucat, matanya sembab akibat terlalu banyak menangis.

"Kenapa kalian membunuh Pera! Jika kau tidak mau membebaskanku untuk melihatnya, bunuh saja aku!" bentak balik dirinya. Biasanya dia akan jatuh pingsan setelah dipukuli sampai seperti itu, tapi setelah mendengar kematian adiknya—rasanya seperti dia tidak terkontrol lagi.

Harkin menjambak rambut panjang Mignon dengan amat kasar, lalu mengatakan, "Denga, Gadis kotor, aku juga ingin sekali melenyapkanmu, tapi kau adalah satu-satunya senjata melawan manusia pohon brengsek itu, kau saudari kembar dari Pera, dan manusia pohon itu pasti akan lemah melihat wajahmu. Dia sedang berencana sesuatu pada negara kita, jadi—kau sebagai warga negara, setidaknya bergunalah sebelum mati."

Dia kemudian menyeret gadis itu keluar tanpa ampun. Iya, tidak peduli walaupun Mignon menjerit kesakitan, dia tetap menyeret rambutnya.

"Lepaskan aku!" Mignon berteriak sepanjang jalan. Rasa sakit di kepalanya menjalar hingga tengkuk. Sekalipun dia menahan agar berhenti, tapi tak sanggup melawan kekuatan Harkin. Dia diseret sampai hendak terjungkal.

***

Ry, Zero, dan Allo tampak berada di dalam pondok terdekat dari hutan purplewoods. Di pondok tersebut, mereka bisa mengintip lewat jendela area hutan terlarang dan mendengar kegaduhan di sana. Ry, dengan wajah penuh penyesalan, bisa merasakan kalau Hickory dan mayat Pera ada di dalam.

"Ini salahku, aku seharusnya tetap di dalam arena tanding dan memisahkan mereka agar tidka bertarung, aku harusnya di sana dan membunuh Rodhes," kata Ry menyentuh dadanya yang sakit karena penyesalan.

Zero, pria paruh baya mantan eksekutor, tampak memasang wajah tidak kaget sama sekali. "inilah yang aku takutkan, tapi tak kusangka kalau terjadi secepat ini, jelas karena mereka takut pada Hickory, Rodhes brengsek, sekalipun sudah mati—tetap saja aku merasa ingin membunuhnya lagi."

Mata Allo masih merah akibat tangisan yang terjadi sepanjang malam. Dia sudah hampir gila sekarang, nasib kedua adiknya sudah hancur. Bahkan sekarang pihak pemberontak tidak mau menyusahkan diri dengan mencari tahu keadaan Mignon. "Pera ... " Dia menggelengkan kepala tidak mau percaya. "Aku hanya ingin pulang dengan adik-adikku."

"Sekarang masalahnya adalah ... kejiwaan Hickory tidak stabil, padahal dia selalu kelihatan pendiam, aku tidak menyangka akan sekacau ini, dia membunuh ratusan orang dalam semalam." Zero mengintip ke jendela yang tepat menuju ke bagian barat dari hutan Puprlewoods. "Bagaimana ini? Aku yakin dia kan menghancurkan semua orang."

"Aku mendadak putus asa. Walaupun kami sering bersama, tapi aku tidak paham jalan pikiran Hickory, jujur saja—dia sangat aneh. Saat pertama kali melihatnya, dia selalu melihat Pera saja, entahlah, dia bahkan tidak serius saat mendengarkanku, dan lebih fokus melihat Pera. Tadinya aku mengira dia ada kelainan jiwa, tapi ternyata dia memang aneh. Dia terlalu menyukai adikmu, Allo."

Zero menunduk. "Dulu aku sakit hati karena istri dan anak-anakku dibunuh, rasanya ingin balas dendam pada semuanya, jadi aku paham rasa sakitnya, hanya saja—kurasa Hickory memang keterlaluan. Dia tidak stabil."

Ry melihat keluar jendela. Dia kaget ketika tahu bahwa pepohonan yang ada disana mendadak bergerak-gerak. "Ini perasaanku atau pepohonan sialan itu bergerak—astaga, aku tidak mau lagi berhadapan dengan makhluk-makhluk aneh itu."

Zero dan Allo mendekat ke jendela, melihat situasinya. Mata mereka juga melihat ada gerakan di pepohonan. Semua ini berarti bahwa Hickory sudah tidak mau membuang-buang waktu, dan waktunya untuk menghancurkan segalanya.

***

Winter Hunting [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang