👑Draf 13👑

88 12 4
                                    

👑 👑 👑

"Hyung hyung hyung" panggil si adik berulang kali, sang kakak jengah dan akhirnya menggubrisnya. Bukan tanpa alasan ia mendiami adiknya, hanya saja ia tengah kesal.

"Ya" jawab sang kakak singkat tanpa melihat adiknya.

"Hyunggggg!!!!!"

"Astaga Kook! Telinga Jin hyung bisa tuli mendengar rengekan mu itu" Jimin datang sebagai penyelamat telinga Jin. Jimin menutup telinga Jin dengan telinganya. Mengabaikan Jin yang hanya diam, asik membaca buku sejarah ditangannya.

"Suaramu bahkan mengalahkan pendeta yang biasa berjaga depan kuil" celetuk Taehyung membuat adiknya itu merengut kesal lebih memilih memeluk kaki Jin yang menjuntai. Walau diabaikan sejak tadi.

"Hyung membaca buku mitos lagi?" Taehyung kembali berucap dan mengusik Jin lebih dari Jungkook.

"Ini bukan mitos Tae, ini sejarah" Jin menutup bukunya. Beranjak dari kursi empuknya menuju rak rak menjulang yang berisi ribuan buku. Lalu mengambil satu buku yang menarik perhatiannya.

"Hyung! Jendral Vernon akan pergi" saut Taehyung.

"Lalu?" Jawab Jin acuh, terkesan tak peduli.

"Kau harus menggantikannya berpatroli" pekik adiknya itu

"Ahhh malas!" Jin menyandarkan punggung kokohnya pada kursi dan menghela nafas.

"Ayo hyung aku temani!" Taehyung berucap antusias sembari menarik narik tangan Jin.

"Tidak tidak tidak! Aku lebih baik pergi bersama Jimin" penuturan Jin membuat Jungkook dengan puas menertawakan Taehyung yang ditolak.

"Ayo Jim!" Jin dan Jimin pun segera keluar dari perpustakaan.

🌍🌏🌎

Kini Jin dan Jimin tengah mengendarai kudanya santai, tanpa ada pasukan atau pengawal yang mengikuti.

Padahal dengan status mereka yang seorang 'Pangeran' tidak seharusnya keluar tanpa pengawasan. Apalagi berbatasan langsung dengan hutan.

"Hyung lihat!" Jimin turun dari kudanya diikuti Jin.

"Sepertinya pernah terjadi pertempuran disini" Jimin melihat semak semak berdarah yang terinjak serta banyak jejak tapal kuda. Juga beberapa anak panah dan pedang

"Pasukan jendral Boby"

"Hyung yakin?" Tanya Jimin mendengar hipotesis kakak sulungnya.

Jin menunjukan sebuah anak panah dengan mata pisau berwarna emas terang. Khas kerajaan Eden, kerajaannya.

"Hyung. Sepertinya disana" Jimin membuyarkan lamunan Jin. Semakin dekat mereka dengan tempat yang ditunjuk Jimin, semakin menyengat bau busuk yang tercium.

"Ouh...Kita menemukan mereka sepertinya"

"Iyap. Bahkan seluruh pasukan ada disini" jawab Jin pelan. Mereka melihat sekeliling. Mayat mayat pasukan Jendral Boby, para kaum Eiden.

Termasuk Jinhwan yang merupakan tangan kanan dan Jendral Boby sendiri. Mereka mati mengenaskan dengan sayatan panjang pedang di dada.

"Hyung ayo pergi! Aku mual" Jimin tak tahan bau ini. Rasanya seluruh isi perutnya bisa keluar sekarang juga.

"Tunggu sebentar Jim" Jin menahan Jimin yang hendak pergi. Lalu menghampiri salah satu mayat yang ada disana. Jimin melihat kegiatan hyungnya dengan pandangan jijik.

"Sepertinya aku mengenali luka ini" Jimin menatap Jin tidak percaya.

"Luka acak seperti ini hyung bisa mengenalinya? Hyung sepertinya mulai gila karna bau busuk ini" Jimin tidak habis pikir dengan kakaknya ini. Apakah hyungnya terlalu pintar hingga rentan menjadi bodoh. Atau memang dia yang bodoh??

Tak sadar Jimin mendesah akan pikiran bodohnya.

"Ini bukan sekedar luka acak Jim. Ini luka yang hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli pedang. Dan hanya ada 1 orang yang dapat melakukannya seperti ini"

Jin melihat lukanya yang rapih, seperti ditebas dengan penuh amarah namun tetap penuh perhitungan. Sehingga dapat membunuh korban hanya dalam satu ayunan pedang.

"Si Tan dari Timur" ucap Jin tiba tiba

"Hah?!"

"Si Tan dari Timur Jim! BangKai!"

"Apa yang hyung bicarakan sebenarnya. Bangkai? Hyung kita bahkan tengah dikelilingi bangkai saat ini"

"Bukan itu bodoh! Seharusnya kau lebih banyak membaca buku. Otakmu itu hanya penuh dengan makanan tanpa tau pengetahuan sedikitpun"

Jimin memutar bola matanya kesal sembari mencibir Jin hyung dan kepintarannya yang menyebalkan. Oh jangan lupa mulutnya juga menyebalkan.

Seperti ayah mereka, kakak pertamanya ini mewarisi otak cerdas ayahnya dan sifat menyebalkan kakeknya.

TBC

Sabar gais, penyelidikan detektif Jin dan pesuruhnya Jimin belum berakhir ㅋㅋㅋㅋㅋ

Tolong nantikan di chapter selanjutnyaa









One Hundred Jopping [SuperM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang