Kekasih Kecil

271 32 0
                                    

Untuk kesekian kalinya ponsel di meja terus bergetar. Pemiliknya yang dari tadi mencoba untuk mengabaikkan, sekarang merasa amat terganggu. Ini lewat tengah malam, siapa orang yang tega mengganggu tidur seorang pemuda tampan seantero Bangkok ini?

Pemilik ponsel itu menyerah. Dengan terus menggerutu, diulurkan tangannya untuk meraih ponsel di nakas. Setelah meraba-raba sejenak dia mendapatkan telepon genggam itu. Dia menggeser tanda angkat di layar sentuh tanpa melihat nama makhluk terkutuk mana yang berani mengganggunya. Dia akan memarahinya, atau kalau tega, dia akan membiarkan telepon itu terangkat lalu meletakkannya di meja tanpa repot-repot mendengar perkataan penelepon.

“Hallo!” jawabnya dengan suara malas campur marah.

‘Tar!’

Suara itu langsung mengenyahkan semua pemikiran buruknya tadi. Kantuknya pun hilang dalam sekejap.

‘Kau bisa buka jendelamu, aku ada di luar sekarang!’

Tar segera bangkit dari kasurnya. Dia tahu siapa yang sedang menelepon. Itu Mew, kekasih tercintanya. Lima bulan yang lalu mereka bertemu. Dan itu adalah pertemuan terhebat menurut Tar. Seperti kisah yang ada di TV-TV. Seorang mahasiswa bertemu pujaan hatinya di area kampus. Pujaan hatinya adalah seniornya. Ini klise sekali.

Tetapi kisah cinta Tar dan Mew tidak cuma seperti itu. Mew bukan mahasiswa, itu kenyataannya. Ketika bertemu Tar di kampus, dia sedang menyamar menjadi mahasiswa meski mukanya tidak cocok lagi sebagai siswa. Mew sedang menyelidiki pola penyebaran narkoba di kalangan anak sekolah. Dari kampus itulah Mew dan teman-temannya menangkap pengedar narkoba kelas menengah. Tar hampir saja menjadi korban benda haram itu kalau Mew tidak segera datang mencegahnya. Pertemuan pertama itulah yang membuat mereka saling jatuh cinta, lalu memutuskan berpacaran setelahnya.

“P’Mew, kenapa tengah malam begini kau datang kemari?”

“Aku perlu tempat menginap.”

“Kau mau menginap di sini?” Tar tergesa-gesa memakai sandal bulunya lalu bergegas ke jendela kamarnya. “Kenapa dengan rumahmu?”

“Kunci rumahku tertinggal di kantor. Aku baru sadar saat sudah di tengah jalan. Daripada aku kembali ke kantor, kuputuskan untuk numpang tidur saja di rumahmu.”

Rumah Mew dan rumah Tar itu berlawanan arah dari kantor polisi tempat Mew bertugas. Kalau Mew bilang lebih memilih menginap di rumah Tar daripada kembali ke kantor untuk mengambil kunci rumah, siapa juga yang akan percaya?

Tar membuka jendela kamarnya. Di luar memang ada Mew yang segera mendongak tepat setelah jendela dibuka. Mew melambaikan tangannya, tapi Tar menanggapinya dengan senyum kecut. Tar meminta Mew segera naik dan menyuruhnya berhati-hati agar tidak menimbulkan suara saat memanjat ke kamarnya.

Kedatangan Mew memang bukan hal asing di rumah ini, tapi soal menginap, tentu saja orang tua Tar tidak akan mengizinkan. Maka dari itu, setiap Mew ingin menginap, dia akan memanjat dinding belakang kamar Tar yang ada di lantai dua. Mew akan datang setelah orang tua Tar sudah mulai tidur. Dia masuk lewat jendela dan keluar pagi-pagi sekali sebelum orang tua Tar bangun.

Mew mengawasi sekitar, kalau ada orang lewat ketika dia memanjat dinding, dia bisa dikira pencuri. Setelah menurutnya aman, Mew segera mengambil ancang-ancang. Dia melompat ke papan kayu yang sengaja dibuat Tar di bawah jendela kamarnya agar memudahkan Mew masuk. Mew tinggal berdiri di papan itu. Dia hanya perlu meraih tepian jendela, mengangkat tubuhnya lalu masuk ke kamar. Setelah itu semua, Tar menutup kembali jendela kamarnya dan menguncinya rapat. Dia juga menutup gorden jendela itu.

“P’Mew, ada apa datang kemari malam-malam begini?”

“Sudah kubilang aku mau menginap.” Mew mengantongi ponselnya ke saku jaket setelah mematikannya. Dia melepas jaket itu dan melemparkannya ke kursi kayu. “Kunci rumahku tertinggal di kantor, tadi sudah kukatakan padamu.”

Mr. BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang