Bright Beraksi

245 33 0
                                    

Detektif Bright sudah hampir dua jam berinteraksi dengan korban tabrak lari. Selama itu juga, dia tidak melihat temannya yang ditugaskan jadi pengawal Gulf. Bright sekali lagi menjelaskan pada Gulf dan kedua sahabatnya bahwa Mew ditugaskan untuk mengawalnya, sedangkan dia yang ditugaskan untuk mengurus masalah di lapangan.

Selama bersama Gulf dan kedua sahabatnya, Bright mendapat tanggapan baik.

Bright pernah bilang kalau dia tidak tertarik dengan sesama jenis meaki lelaki itu tampan, pintar dan kaya. Pernyataan itu dicabutnya sendiri setelah melihat Gulf yang terbaring di ranjang rumah sakit. Gulf terlihat sangat menarik di matanya. Bahkan Gulf lebih menarik daripada semua orang yang dikenalnya dan yang pernah dikencaninya. Melihat muka Gulf, Bright teringat pada kekasih yang dikencaninya sebulan belakangan ini. Tiba-tiba dia merasa tidak menyukai kekasihnya itu lagi.

Ah, Bright harus segera memutuskan kekasihnya itu.

“Masih ingat wanita yang kau jadikan rebutan dengan Mild?”

“Kita tidak pernah berebut wanita!” Gulf hampir membenci Bright sama seperti dirinya membenci Mew karena menganggapnya berebut lelaki dengan Mild. Gulf tidak mau martabatnya jatuh hanya gara-gara wanita. “Perseteruanku dengan Mild itu murni masalah bisnis.”

“Mild menyukai wanita itu, tapi wanita itu suka dengan Gulf,” terang Win.

“Gulf tak menyukainya,” lanjut Tae. Tae bangga mengatakannya, seakan wanita itu memang tidak pantas disukai Gulf. Yang pantas disukai Gulf adalah dirinya.

“Bukankah kalian bersedia untuk diam tadi!” tegur Bright pada Win dan Tae. Itu perjanjiannya. Kalau mereka mau tetap di dalam ruangan, mereka tidak boleh bicara sedikit pun. “Atau kalian mau keluar sekarang!”

“Maaf. Maaf, Detektif Bai,” ucap Win dan Tae hampir bersamaan. “Kami akan diam,” lanjut Tae.

Bright kembali pada Gulf. Dia menantikan keterangan langsung dari mulut lelaki itu. Sementara fokus dengan jawaban yang akan dilontarkan Gulf, dia juga fokus memandangi wajah dan tubuh Gulf meski tanpa mengubah ekspresi wajahnya dan tanpa menggerakkan bola matanya. Gulf dan kedua temannya tidak akan tahu dia mengagumi wajah tampan itu. Dia detektif hebat, poker face sudah jadi makanannya sehari-hari.

“Namanya Eye Siwapohn. Dia tinggal di Mars apartemen.”

“Kau pernah ke sana?”

“Tidak. Dia yang menyebutkan alamatnya sendiri padaku,” terang Gulf. “Dia memang populer, tapi aku tidak mungkin menyukainya.”

Tae menepuk pundak Win dan tersenyum senang mendengar jawaban Gulf. Sedangkan Win memelototinya karena merasakan sakit dari tepukan itu. Bright mengabaikan mereka, kemudian bertanya,

“Kenapa?”

Karena Gulf punya alasan yang tidak bisa dikatakannya pada Bright. “Dia lebih tepat disebut wanita penggoda daripada wanita baik-baik,” katanya kemudian.

Bright tersenyum, membenarkan tindakan Gulf. Seorang penggoda tidak pantas untuk disukai. Bright langsung tersadar kalau kekasihnya kemungkinan adalah wanita penggoda juga. Wanita itu ditemukannya di sebuah pesta, titelnya sebagai wanita baik-baik agak meragukan. Daripada bingung, dia akan putuskan wanita itu secepatnya. Kalau perlu, keluar dari sini langsung menemui wanita itu dan memutuskannya.

“Kami akan menyelidikinya,” kata Bright, lalu menghirup udara sedalam-dalamnya. Dia mengembuskan napasnya sambil menegakkan punggungnya dari kursi. “Kau tahu kalau informasi sekecil apa pun bisa menjadi jalan untuk menangkap pelaku tabrak lari yang menimpamu ini?”

Gulf mengangguk.

“Kalau kau teringat sesuatu, apa pun itu, kau bisa ceritakan pada Mew dan dia akan meneruskannya padaku. Atau langsung menghubungiku.”

Bright menarik selembar kartu nama dari saku dalam jaketnya, lalu menyerahkannya pada Gulf.

“Waktu istirahatmu tersita terlalu banyak, aku harus menyudahi sesi ini. Terima kasih sudah bekerja sama.”

“Sama-sama.” Gulf menjabat tangan yang diulurkan Bright. Dia juga segera menariknya setelah detektif itu seakan enggan untuk melepaskan tautan tangan mereka. “Ngomong-ngomong, Detektif Mew tidak datang hari ini?”

“Aku meminta waktu khusus denganmu. Dia akan datang setelah aku pergi.” Padahal Bright sendiri tidak tahu di mana rekannya itu berada. Dari tadi pagi ponselnya tidak aktif. Setahu Bright, kalau ponsel Mew tidak aktif, tidak ada orang yang tahu keberadaan lelaki itu kecuali Tar, kekasih kecil temannya itu. “Aku pergi sekarang!”

Setelah berada di luar ruang rawat Gulf, dia segera mengambil ponsel di saku, lalu menghubungi nomor Tar. Bright hampir yakin kalau Mew ada di sana. Dia sering menyarankan Mew untuk meninggalkan pemuda kuliahan itu, tapi mereka masih saja berhubungan. Bukan Bright iri dengan hubungan mereka. Tar masih muda, terlalu baik, terlalu naif, tidak cocok untuk lelaki seukuran Mew.

Dulu pemuda itu polos, sekarang kepolosannya sudah rusak gara-gara Mew. Belum lagi identitas Mew sebagai detektif polisi, terlalu dekat dengan tindak kriminalitas, takutnya Tar jadi sasaran balas dendam kriminal yang pernah ditangkap Mew. Tar jelas tidak bisa membela diri.

“P’Bai,” sapa Tar masih dengan suara seraknya. Dia baru bangun. “Mencari P’Mew?”

Bright melihat arlojinya. Pukul sepuluh. Bright menghela napas. Dia tahu apa yang dilakukan Mew pada Tar sampai jam segini mereka baru bangun. Mew benar-benar biadab. Dia mesum dan suka memanfaatkan Tar. Sebenarnya semua detektif hampir sama biadabnya dengan Mew, termasuk Bright sendiri, tapi Bright masih tahu diri. Dia tidak mungkin bertindak mesum pada anak kecil. Anggap saja begitu, karena Tar selalu tampak seperti anak-anak di mata Bright. Itu juga yang jadi alasannya menyuruh Mew memutuskan Tar.
“Bangunkan dia. Katakan padanya, Kapten Guy menunggunya di rumah sakit.”

“Kapten Guy?” Tar terdengar panik. Mew akan dimarahi kalau tidak segera datang. “Iya, akan kubangunkan.” Tar memanggil-manggil Mew. Setelah mengatakan kalau Kapten Guy menunggunya di rumah sakit, Mew mengumpat beberapa kali.

“Kau bisa usir Kapten Guy dari sana?” pinta Mew yang berhasil mengambil alih ponsel.

“Oh, Kapten Guy tidak ada di sini. Aku cuma ingin kau bangun dan ke rumah sakit sekarang. Gulf butuh kau lindungi!” Mew mendecih di seberang telepon karena telah dibohongi. “Aku tidak yakin ini benar atau tidak, tapi firasatku mengatakan bahwa orang yang menginginkan kematiannya tak akan berhenti sebelum dia benar-benar mati.”

“Firasatmu bagus,” puji Mew.

“Gulf tidak boleh terluka. Dia terlalu tampan untuk mendapat luka lagi.”

“Kenapa kau jadi mellow seperti itu? Mengkhawatirkan Gulf pula?’

“Karena aku berubah pikiran.” Bright menebak Mew akan tertawa kalau dia bilang Gulf adalah lelaki yang menarik, tapi dia tidak peduli. “Dia lelaki yang menarik.”

Tawa Mew benar-benar pecah. Tapi Entah kenapa tawa itu menghilang begitu saja setelahnya.

“Aku mau tertawa lebih panjang, tapi Tar membungkam mulutku.”

Sekarang giliran Bright yang tertawa. Bright tahu Mew menginap di kamar Tar tanpa diketahui orang tua kekasihnya itu. Kalau Mew membuat gaduh, mereka pasti akan ketahuan.

“Itu yang membuatmu berubah pikiran?”

“Seperti yang kau bilang, tubuhnya bagus. Aku sempat membayangkan halus kulitnya sebelum mendapatkan luka-luka itu.”

Mew tertawa lagi, tapi tawanya hilang lagi.

“Dia tampan, pintar, kaya, dan tubuhnya bagus. Aku berharap dia mau jadi kekasihku setelah kasus ini selesai.”

“Dia yang tak akan mau jadi kekasihmu. Apa kau tak bisa lihat kalau kau bukan tipenya?”

“Siapa tahu setelah aku berhasil menemukan pelakunya, dia akan merasa hutang budi padaku, lalu membayarnya dengan setuju jadi kekasihku.”

“Sepertinya kau sedang bermimpi. Aku tak mau membahas mimpimu yang ketinggian itu. Aku akan segera datang. Kau akan di sana sampai aku datang, kan?”

“Aku akan pergi. Teman Gulf ada di sini sampai kau datang. Oh ya, jangan lupa mandi sebelum datang kemari. Aku tak mau Gulf mencium bau busukmu!”

“Akan kulakukan!”

Mr. BodyguardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang