Tiga hari yang lalu, saat Rajen sampai di rumah, pemuda itu disambut dengan suasana tegang yang ada di ruang tamu. Rajen sudah tahu kalau di rumahnya ada tamu, terlihat dari sepatu yang ada di luar rumah, tapi Rajen tidak menyangka jika tamu yang datang ternyata Jodhi. Kedua orang tuanya duduk berhadapan dengan pemuda itu, sementara Kanaya duduk di samping ibunya.
Rajen terlanjur tertangkap basah, ke empat orang itu memandangnya dengan cara yang berbeda. Jodhi dan Kanaya menatapnya sendu, mereka terlihat seperti Romeo dan Juliet yang kisah cintanya terhalang restu. Ibu dan bapaknya berbeda lagi, Riana lebih terlihat tenang dibanding suaminya. Wanita itu menyapanya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam.
"Baru sampai le? Sudah makan siang belum?" Rajen baru mau menjawab saat kemudian bapaknya menyela.
"Kamu sudah ketemu Eyang?"
"Sudah, barusan dari tempat Eyang."
"Berarti kamu sudah tahu kan kalau kamu mau dijodohkan dengan Rara?" Rajen menatap Kanaya sebentar yang tampak terkejut. Kakaknya jelas baru tahu berita ini.
"Pak.."
Rajen tahu, Kanaya pasti mau membelanya. Namun daripada membuat masalah jadi runyam, Rajen memilih untuk menjawab.
"Sudah, Pak."
"Bapak harap kamu tidak mengecewakan Bapak, Rajen."
"Pak, Bapak sama Eyang tidak boleh seperti itu!"
"Kanaya, tenang dulu."
"Ndak bisa, Bu!"
Cakra mengabaikan protes sang putri, lebih fokus untuk memburu si bungsu. "Jadi, bagaimana keputusan kamu? Kamu pasti menerimanya, kan? Kalau kamu keberatan, Bapak harap kamu bisa memikirkannya dulu." Cakra lalu melirik sebentar pada Jodhi yang ada di depannya. "Kami cuma ingin yang terbaik untuk kamu, Je."
Rajen menghela napas pelan. "Iya, Pak. Jeje tahu, tapi.."
"Tapi apa?"
"Eyang Agung bilang kalau keputusannya ada di Rara. Kalau Rara nggak mau—"
Belum selesai Rajen menjelaskan, Cakra kembali memotong. "Berarti kamu harus meyakinkan Rara supaya dia mau sama kamu."
Baiklah, ini adalah masalah baru buat Rajen. Dia dan Rara baru bertemu lagi sekitar tiga minggu yang lalu, namun sekarang dia disuruh merayu gadis itu? Terlebih lagi, Rara tak ubahnya seperti adiknya sendiri. Waktu kecil gadis mereka sering bermain bersama, bahkan Rara kadang ikut mengekori dirinya dan Tio saat bermain layangan di sawah atau sekedar keliling desa bersama anak laki-laki yang lain. Dalam pandangan Rajen, Rara hanyalah seorang gadis yang tidak pernah terbayangkan akan menjadi pasangannya di masa depan.
Sejujurnya Rajen sempat bernapas lega saat Agung —eyang Rara mengatakan bahwa keputusan ada di tangan Rara. Gadis itu pasti akan menolak perjodohan ini, Rajen bisa jamin 100%. Tapi lihatlah sekarang, Rajen dipaksa membalikkan peluang itu. Merayu Rara adalah hal yang sangat tabu untuk dilakukan.
Kendati begitu, bukan berarti Rajen tidak akan melakukannya. Untuk itulah hari ini, ia memutuskan untuk memulai aksinya. Rajen tahu ini gila, tapi masa depannya lebih penting. Ia harus mengamankan dirinya sendiri untuk saat ini. Maka dari itu, sepulang dari kantor, Rajen langsung meluncur ke rumah Rara untuk mengajaknya makan malam. Ia sudah bersiap dari kantor, menggunakan kemeja bersih dan minyak wangi yang selalu ia simpan dalam mobilnya. Rencana makan malam keluarga mereka yang kedua —dalam rangka perjodohan Rajen dan Rara— telah ditunda gara-gara masalah Kanaya yang belum kunjung selesai. Dan juga, ayah Rajen masih malu untuk bertemu kedua orang tua Tio.
Rajen mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangan. Ia menimang apakah harus mengirim pesan pada Tio karena pesan yang ia kirim ke Rara tidak berbalas. Rajen tidak tahu penyebab pastinya, apakah gadis itu memang sedang sibuk atau memang sengaja menghindarinya? Rajen bisa maklum jika memang seperti itu. Kalau ia jadi Rara, mungkin ia akan melakukan hal yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Citrus
General Fiction"Gara-gara Rara, gue jadi suka wangi Stella rasa jeruk." - Rajendra Arion Adiwangsa Start 16 February 2021 Highest rank in: #3 krystal #7 nctlokal #5 ff2021 ©tenfullsun 2021