Takut

122 12 2
                                    

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya. Tio, Rara dan Ten sudah berkumpul di rumah, lebih tepatnya di teras belakang kediaman Pramana. Di area teras yang cukup luas itu memang sebagian sudah Rara sulap menjadi tempat pemotretan. Kegiatan ini rutin dilakukan dua minggu sekali di rumah Rara. Maka dari itu orang tua Rara sudah tidak heran jika Ten kerap berkunjung ke sana, bahkan lebih sering dari Donny yang notabene adalah pacar Rara.

Sementara Rara mengatur produk yang akan digunakan, Ten sedang mengatur kameranya. Mereka tengah menunggu Tio yang sedang mengatur rambutnya menggunakan gel. Tio memang selalu total saat membantu adiknya, pria itu tidak segan untuk berdandan semaksimal mungkin. Bahkan jika perlu menggunakan make up, pemuda itu tidak akan malu.

"Bang, kita mau foto kacamata. Bukan promosi gel rambut, jadi ga perlu rapi-rapi amat." Ten melayangkan protes karena Tio yang terlalu perfeksionis. Pemuda itu lelah menunggu, apalagi energinya sudah terkuras seharian karena kuliah. Kalau ia tidak memikirkan Rara, Ten pasti sudah membiarkan gadis itu melakukan pemotretan sendiri.

"Ck, ga usah banyak protes deh. Udah dibantuin juga." Ten tidak bisa membantah sekarang. Ia cuma melirik jengah pada Rara yang tengah tertawa.

"Mas Tio, sekalian pakai kalung ini dong." Rara menyerahkan sebuah kalung berbentuk rantai yang terlihat sederhana namun cukup elegan.

"Untung wajah lo ini ganteng macam model papan atas ya bang. Kalo kayak jamet, bisa dikira pake model preman pasar kita." Ten berkomentar ringan yang hanya ditanggapi dengan tawa oleh Tio.

"Kalau mas Tio yang pake jadi macam anak genk motor idaman para cewek SMA ga sih, si Boy aja kalah." Rara ikut menimpali. Sengaja mereka berbicara manis seperti ini supaya Tio tidak mengungkit-ungkit terus perihal bayaran menjadi model.

"Hilih, lambemu mbel, mbel." Tio mengusap wajah Rara. Ia tahu niat terselubung sang adik memuji tinggi dirinya. "Gue tau akal-akalan kalian!"

Ten dan Rara tidak bisa mengelak, mereka malah tertawa puas sampai sakit perut. Yah, seperti itulah gambaran suasana pemotretan yang biasa mereka lakukan. Akan lebih pecah lagi kalau Donny juga ikut. Walau itu cuma membuat Rara pusing pada akhirnya karena jika Tio, Ten dan Donny sudah berkumpul, otomatis perang dunia sudah dimulai.

*hasil potosyut Mas Tio sore ini*

*hasil potosyut Mas Tio sore ini*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



🍊🍊🍊


Rajen tiba di rumah sakit tepat saat Bapaknya dipindahkan dari ruang IGD ke ruang perawatan biasa. Ia tersenyum saat ibu memandang dirinya. Wajah wanita itu tampak sembab. Rajen segera menghampiri sang ibu lalu memeluknya. Pemuda itu tidak langsung menanyai ibunya perihal kronologi kecelakaan tersebut. Melihat kondisi Bapak yang kepalanya diperban dan tangan menggunakan gibs, Rajen bisa menyimpulkan kecelakaan ini cukup parah. Beliau mungkin tertidur atau memang karena efek obat.

CitrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang