Menyesal Katanya

136 13 0
                                    

Beberapa masalah yang datang belakangan ini cukup membuat Kanaya stres. Berawal dari pertunangan Kanaya dengan Tio, lalu kehamilan Kanaya yang tidak pernah diduga sebelumnya, sampai restu yang belum di dapat dari Bapaknya. Jodhi sudah kembali ke Jakarta, ia memutuskan untuk memberi waktu kepada Cakra -bapak Kanaya supaya lelaki itu bisa lebih legowo dan mau menerimanya sebagai menantu. Sementara itu Kanaya kembali ke menyibukkan diri untuk melupakan sejenak masalahnya yang belum mendapat penyelesaian.

Saat ini Kanaya sedang sibuk menggambar di ipad saat pintu kamarnya diketuk dari luar. Ia melirik jam di atas meja sambil mengernyit, sekarang sudah jam 11 malam, siapa yang mengetuk pintunya semalam ini? Kalau Rajen pasti tidak akan repot-repot menunggu persetujuannya untuk masuk ke kamarnya. Kanaya kemudian menjawab. "Iya?"

Tidak ada jawaban yang didapat. Hanya sebentar sebelum Kanaya kembali bertanya, gadis itu dibuat terkejut. "Kamu belum tidur?"

Itu suara Bapaknya. Kanaya langsung meletakkan pen di atas meja, otaknya berpikir keras tentang alasan Bapaknya pergi ke kamarnya sekarang. Tidak mau dibunuh rasa penasaran, Kanaya langsung menghampiri pintu dan membukanya. Di sana ada Cakra, berdiri dengan wajah kaku. Kanaya bisa melihat lingkar bawah mata yang sedikit menghitam. Walaupun terlihat tenang, Kanaya tahu bapaknya pasti lelah dan sedang banyak pikiran. Di antaranya itu ialah dirinya. Bagaimanapun Kanaya tetap merasa bersalah telah merusak kepercayaan orang tuanya.

"Kenapa Pak?"

"Bapak mau bicara sebentar sama kamu."

Setelahnya Kanaya mengikuti Cakra yang telah berjalan duluan. Langkah kaki pria itu membawanya ke teras belakang rumah. Malam gulita sembuat suasana sepi semakin menyekat. Kanaya tahu, ini waktunya mereka berdua bicara serius tentang masa depan Kanaya.



🍊🍊🍊




Esok harinya Rara menjalani aktifitas seperti biasa. Saat ini ia sedang di kampus. Kelasnya telah berakhir satu jam yang lalu, tapi gadis itu belum berniat pulang karena masih menunggu salah satu temannya yang masih mengikuti kelas pengganti.

Sambil menunggu, ia mengisi waktunya dengan mencoret-coret notebooknya. Yang dimaksud coret-mencoret disini hanya sebuah kiasan, aslinya Rara sedang mengatur konsep juga model aksesoris yang akan Tio gunakan nanti. Seperti yang telah Rara katakan kemarin, hari ini ia akan melakukan photoshoot bersama Tio dan temannya yang -masih mengikuti kelas- bernama Titan dengan ejaan inggris 'tītn, atau yang akrabnya dipanggil Ten. Kenapa begitu? Biasalah, orang Indonesia kan lidahnya suka kepleset atau sengaja kepleset? Daripada Titan harus pasrah mendengar namanya dipanggil secara harfiah Titan, Titit, atau parahnya Setan. Alhasil Titan memperkenalkan dirinya dengan nama Ten.

Ngomong-ngomong soal photoshoot, Rara dan Titan ini punya usaha online bersama yang menjual aksesoris kekinian. Mulai dari gelang, cincin, kalung, kacamata, sampai scarf -pokoknya semua yang menunjang penampilan seseorang saat memakainya. Berhubung dia mempunyai kakak yang cakepnya nggak kalah dari oppa‐oppa Korea, jadilah Rara suka meminta Tio untuk menjadi modelnya. Kadang kala Donny dan Titan juga bersedia saat diminta jadi model. Kalau untuk aksesoris cewek, Rara biasa melakukannya sendiri ditemani Titan yang bertugas sebagai fotografer.

Awalnya dulu, Rara dan Ten hanya menargetkan pasar mereka pada kalangan teman-teman kampus mereka saja. Namun siapa sangka jika bisnis berkembang lumayan pesat hingga mereka meneruskannya sampai sekarang. Mungkin sudah berjalan hampir 2 tahun lamanya. Orang tua Rara mendukung saja, apalagi Tio, makanya cowok itu tidak pernah keberatan jika Rara meminta tolong padanya. Walau terkadang, ia juga suka jahil dengan meminta imbalan berupa traktiran pada sang adik.

CitrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang