Kacau.
Itu adalah satu kata yang mampu menggambarkan keadaan rumah Kanaya pasca ia mengaku hamil. Setelah membuat eyangnya limbung akan pengakuannya, gadis itu langsung pergi. Membuat Tio jadi tambah panik.
"Kanaya! Mau ke mana?!"
Pertanyaan Tio diabaikan oleh Kanaya. Entah apa yang gadis itu pikirkan, padahal kakeknya sedang syok gara-gara dirinya. Daripada terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, Tio akhirnya memilih fokus untuk mengurus eyang Kanaya.
"Eyang nggak apa-apa? Minum dulu eyang." Tio mengambil gelas minum yang ada di meja untuk diberikan kepada eyang Kanaya.
"Ti-tio, apa benar yang dikatakan Kanaya tadi?" dengan suara lemas eyang bertanya. Meminta konfirmasi, siapa tahu Kanaya hanya berbohong supaya perjodohannya dibatalkan.
Tio menghela napas, sedikit merasa tidak enak dengan kabar yang akan ia sampaikan. "Kanaya ndak bohong eyang. Tio sudah lihat hasil tesnya dari dokter."
Sedikit informasi, sebelum mereka berdua pergi menemui eyang, Kanaya mengajak Tio pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk membuktikan kebenaran hasil testpack milik Kanaya. Memang benar Kanaya hamil. Usia kandungannya sudah hampir berumur 4 minggu.
Selanjutnya Tio langsung menghubungi Rajen, meminta cowok itu untuk datang secepatnya bersama orang tuanya. Tio tidak mau terlalu lama terjebak dan ikut campur dalam masalah orang lain. Tio ingin segera pulang, bagaimanapun ini sudah diluar urusannya.
Mungkin sekitar setengah jam Tio harus menunggu sampai Rajen dan ibunya datang. Kedua orang itu berjalan menghampirinya dan segera menyerbunya dengan pertanyaan. Namun sebelum Tio menjelaskan, eyang Rajen langsung memotong.
"Anak kamu sudah buat malu keluarga!!" Eyang menghardik dengan suara tinggi.
"Kenapa to pak?" baik Rajen dan ibunya jadi semakin bingung.
"KANAYA HAMIL!!"
Butuh waktu beberapa saat sampai ibu Rajen paham apa yang barusan dimaksud bapak mertuanya.
"Apa maksud bapak? Kenapa Kanaya hamil?"
"Ya tanya sendiri sama anakmu itu! Buat malu keluarga saja. Sekarang cari di mana anak kamu sekarang!" Ibu Rajen hampir limbung kalau Rajen tidak menahannya.
Rajen jelas ikutan syok mendengar info dadakan yang tidak kalah dari tahu bulat itu. Otaknya langsung berpikir keras, siapa dalang dari perbuatan ini? Apakah Jodhi sang pujaan hati kakaknya? Atau ada pemain baru?
Orang-orang di kediaman Adiwangsa akhirnya berlomba mencari keberadaan Kanaya. Hpnya tidak bisa dihubungi. Rajen bahkan sudah mengontak semua teman Kanaya yang ia kenal tapi tidak ada satupun yang tahu keberadaan kakaknya. Hanya ada satu kemungkinan yang ada di pikiran Rajen, mungkin saja Kanaya pergi ke tempat Jodhi.
Soalnya Rajen juga sempat menghubungi Jodhi tapi pacar kakaknya juga tidak bisa dihubungi. Rajen kirimin DM di semua sosial medianya juga tidak ada yang dijawab. Jangankan dijawab, dibaca saja tidak!
Sungguhan, Rajen ikut pusing gara-gara masalah ini. Dia juga masih tidak menyangka kalau kakaknya sedang hamil. Orang tua mereka apalagi, tidak ada yang percaya sampai Tio menunjukkan surat bukti hasil tes dari dokter. Tadi Tio sempat meminta surat itu untuk jaga-jaga saja.
"Mbak Naya ke mana sih?"
"Masih ndak bisa dihubungi le?" ibu Rajen bertanya dengan air mata yang masih mengalir. Beliau jadi mengingat ha-hal aneh yang belakangan ini terjadi.
Tiba-tiba Kanaya jadi sering minta dibuatkan rujak, padahal dari dulu Kanaya kurang suka makanan itu, apalagi yang buahnya asam. Kanaya juga jadi suka pilih-pilih makanan. Beberapa kali beliau bahkan memergoki Kanaya yang muntah-muntah. Setiap ditanya, Kanaya selalu bilang kalau dia sedang stress karena menggarap desainnya. Ibu dua anak itu tidak menyangka jika sebenarnya sang putri tengah mengandung. Harusnya ia lebih peka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Citrus
Fiksi Umum"Gara-gara Rara, gue jadi suka wangi Stella rasa jeruk." - Rajendra Arion Adiwangsa Start 16 February 2021 Highest rank in: #3 krystal #7 nctlokal #5 ff2021 ©tenfullsun 2021