Perintah Ketua Suku

170 22 1
                                    

"Kamu nyaris dijodohin?"

"Iya."

"Dan kamu baru kasih tahu aku sekarang??!!" Kanaya tersentak dengan pertanyaan itu. Ia tidak menduga kalau Jodhi akan bereaksi seperti itu.

Semua tidak sesederhana seperti yang ia pikir. Kanaya kira selama ia berhasil menggagalkan pertunangan, itu tidak akan menjadi masalah bagi Jodhi. Kenyataannya tidak, Jodhi justru marah karena baru mengetahui informasi ini.

"Jodhi, dari awal aku nggak menginginkan pertunangan ini. Toh, pertunanganku juga sudah batal kan? Jadi-"

"Batal karena kamu hamil!" Jodhi kembali memotong. "Coba kalau kamu nggak hamil? Pertunangan itu bakal terus berlanjut tanpa aku tahu. Kamu mikirin perasaanku nggak sih Nay??!"

"Justru karena aku pikirin perasaan kamu! Kalaupun aku nggak hamil, aku bakal cari cara lain untuk membatalkan pertunangan ini! Kamu kira mudah buat aku untuk kasih tahu tentang ini semua?! Nggak, Jodhi!"

"Tahu nggak kamu? Dengan kayak gini, keluarga kamu akan semakin nggak memandang aku. Mereka akan semakin nggak percaya sama aku kalau aku bisa membuat putri mereka bahagia!"

Kanaya terdiam. Ia sudah tidak punya tenaga untuk melawan. Ucapan Jodhi memang ada benarnya. Ekspektasi keluarganya terlalu besar, sementara realitanya tidak semudah itu, ditambah dengan adanya eyang dan ayahnya.

Sekarang Kanaya bingung harus bagaimana. Mengajak Jodhi untuk bertemu keluarganya sekarang sepertinya tidak mungkin. Dengan kondisi mereka yang lumayan kacau. Di rumah pasti juga tidak jauh beda keadaannya.

Kanaya lalu mengambil ponsel dan menghidupkannya. Saat baru menyala, puluhan notifikasi mulai menyerbu masuk. Di antara pesan dan panggilan yang tak terjawab itu kebanyakan berasal dari Rajen. Kanaya mengambil napas dalam untuk membuka pesan dari adiknya itu.

Dek Jeje
Mbak di mana?
P
P
P
P
Mbak Naya kenapa matiin hp sih???
Mbak Naya gapapa?
P
P
P
Mbak
Mbak
Mbak
Kabarin kek mbak, main ilang ajaaaa
Ibu bingung nih mbak, nangis terus
Eyang ngomel mulu lagi, bikin kuping panass.
Mbak Naya bls dongg!!
Kanaya lo di mana sih??? Bikin pusing gue aja!!
Lo sama cowok lo ya?
Si Jodhi akbar juga kagak bisa dihubungin
Hhhhh capek gue nyariin lo
P
P
P
P
P
KANAYAAAAA
KALO UDAH SELO KABARIN GUE TITIK.

Kanaya
Aku lagi sama Jodhi.
Jangan bilang siapa-siapa kalo aku hubungin kamu
YANG SOPAN NYET, GUE LEBIH TUA DARI LO YA!!!
Bilang aja ke ibu aku gapapa
BYE.

"Kamu ngapain?" Jodhi bertanya saat menyadari Kanaya sudah berhenti menangis dan malah bermain dengan ponselnya.

"Lagi kabarin Jeje."

Jodhi lalu mengusap wajah, dirinya sedikit merasa bersalah sekarang karena sudah membentak Kanaya tadi. Padahal pacarnya itu sekarang sedang mengandung anak mereka. Jodhi seharusnya tidak berbuat seperti itu.

Pemuda itu lalu mendekati Kanaya dan meraih kedua tangannya yang sudah tidak memegang ponsel. Perlakuan itu membuat Kanaya reflek mendongak, membalas sang lawan bicara yang menaruh atensi padanya. Ibu jari Jodhi juga bergerak lembut untuk mengusap tangan Kanaya.

"I'm sorry darl," Jodhi berujar lembut. "Maafin aku, aku nggak seharusnya marah sama kamu kayak tadi. Maaf Naya.."

Mau tidak mau, Kanaya mengulas senyum tipis. Ia lega jika Jodhi akhirnya mengerti dengan situasinya. Ia juga sebenarnya tidak mau merahasiakan ini dari awal. Akan lebih mudah memberitahu Jodhi jika mereka berdua bertemu langsung. Keterbatasan jarak membuat Kanaya bingung harus bagaimana menyampaikan hal tersebut kepada Jodhi.

CitrusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang