Satu

60.9K 3.5K 48
                                    


Mia membanting ponselnya ke ranjang dengan kesal. Berulang kali dia menghubungi seseorang namun nomer yang ditujunya selalu tidak aktif.

Kemana sih anak itu? Gerutu Mia kesal.

"Nara kemana sih?" Mia menatap hampa ponselnya.  "Nomer nggak aktif sampai 2 bulan gini..." Mia menggerutu sambil menggigit bibir bawahnya, mengingat kembali apakah ada yang salah?

Sepertinya tidak. Tapi kenapa tiba-tiba saja sahabatnya itu menghilang?

"Ada apa?"

Mia terkejut mendapati suara bariton milik kakaknya, Sean.

Pria itu menyadari perubahan ekspresi Mia yang sedang tidak baik-baik saja.

Gadis berusia 19 tahun tersebut menoleh ketika kakaknya berjalan mendekat. "Nomer Qinara nggak bisa di hubungi.. hapenya nggak aktif," sahut Mia pelan.

"Mungkin rusak..." Sean duduk di sisinya dengan santai.

Ini sulit di percaya, jika benar rusak. Tapi kenapa Nara tidak menemuinya?
"Tapi nggak selama ini juga kan?" Mia membrengut sebal memikirkan Nara yang menghilang hampir 2 bulan.

Sean mengangkat bahunya tak acuh. Mana tahu pergi kemana sahabat adiknya itu. Ketika ia mencoba menghubungi nomernya pun, Sean hanya mendengar suara operator dari telepon selularnya.

"Mami suruh kamu turun. Kita sarapan..." ucap Sean, menyampaikan pesan maminya. Merasa Mia tidak juga turun ke bawah untuk sarapan, wanita itu meminta anak sulungnya untuk melihat sedang apa putri bungsunya itu. 

"Iya sebentar," jawab Mia. Moodnya benar-benar hancur di buatnya karena memikirkan kondisi Nara.

Usai mendapat jawaban dari Mia, Sean berbalik pergi. Melihat kakaknya di ambang pintu, gadis itu berkata, "Sean," panggilan tersebut menghentikan langkah kaki pria berusia 25 tahun itu.

Sean menoleh dengan kening berkerut, "Iya, Mia?"

"Apa kalian ada masalah?"

Mengernyitkan alisnya, Sean menggeleng. "Nggak..." jawabnya. "Mungkin dia sedang pergi ke suatu tempat. Kamu tahu sendiri kan, kalau Nara sedikit tertutup?"

Mia mendesah dan mengangguk. Nara mempunyai pribadi yang sedikit tertutup. Jadi sangat sulit menebak keinginannya. "Tapi ini sudah dua bulan, Sean. Kemana perginya Nara, dia kan nggak punya saudara..." raut cemas Mia tidak bisa gadis itu tutupi dan Sean mengerti itu.

"Jangan khawatir. Dia sudah besar, dia tahu apa yang harus dia lakukan tanpa kendali kita..."

"Ya sudah.. nanti aku turun..."

"Hmm," sahut Sean yang berlalu pergi. Pintu tertutup, dan Sean hanya terdiam di sana.

Apa ada masalah?

Entahlah, menghilangnya Qinara pun membuatnya bertanya-tanya, kemana gadis itu pergi?!

***

Matahari sudah mengintip dari balik jendela ruangan rawat inap milik Qinara. Pagi itu, temannya sudah berada disana untuk membawakan sebungkus bubur ayam untuknya.

"Makan, Ra... kamu harus sehat." Wanita berusia 30 tahun tersebut menyodorkan bubur yang di bawanya. Namanya Dita, sama seperti dirinya, wanita itupun berstatus pegawai Bu Lisa.

Lisa membuka jasa Wedding Organizer, dan nama beliau cukup terkenal. Nara beruntung  bisa bekerja di tempat wanita itu.

Nara tersenyum sungkan. "Makasih ya, Mbak. Jadi merepotkan.."

"Nggak masalah, Ra. Kalau saja Ibu nggak datang, gimana keadaanmu pun aku nggak tahu. Bayimu juga pasti nggak selamat. Ini pasti karena kamu terlalu lelah dan banyak pikiran..."

Our Secret || REPOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang