Enam Belas

20.5K 1.3K 81
                                    

HALLO

Ebook sudah tersedia di playstore ya..

Pdf jg  bisa d order via wa ke 089633021705 / 088973689642 dgn harga 40k saja...

Dan Kbm aplikasi jg Tersediaaaa

Yg mau ikutan promo 100k juga bowleh ya.. paket hemat, bisa baca cepat 🫶

Happy Reading 😊

***


Nara menggeliat, tiba-tiba ia membuka matanya saat di rasa perutnya perih. Nara mendesah sambil bangkit dari posisinya. Ia mengerjapkan matanya pelan ketika menyadari bahwa dia tidak tidur di kamarnya. Nara melihat Arsen terlelap di sofa yang tidak jauh dari ranjang yang ia tempati.

Gadis itu menurunkan kakinya ke lantai. Mengusap perutnya lembut dan penuh kasih, Narapun menatap bagian tersebut. "Kamu lapar, ya?" Nara bicara pada bayinya, ada gerakan dalam perutnya—balasan atas respon ucapan sang ibu, Nara tahu bayinya mendengarkan ucapannya. "Mama akan turun dan ambil makanan. Kita makan, ya?" Bisik Nara lirih.

Seringkali, Nara memang akan bangun di tengah malam untuk makan.

Merasa jika Arsen tidur dengan nyenyak, Nara berjalan dengan pelan. Membuka pintunya dengan hati-hati takut menganggu tidur pria itu.

Nara mendesah lega saat ia berhasil keluar sambil mengendap-endap.

Gadis itu berjalan pelan meski penerangan temaram. Beberapa lampu di matikan menyisakan di beberapa sudut.

Nara sampai di dapur, mengambil beberapa makanan di lemari es untuk ia santap di meja pantri sendirian. Nara menikmati makanannya. Rutinitas yang kadangkala mengganggu waktu tidurnya ini sangat ia nikmati.

"Nara?"

Panggilan itu membuat gadis itu tersentak, jantungnya berdegub kencang sekali menyadari bila seseorang memergokinya bangun tengah malam.

Nara menoleh dengan ekspresi dingin. Pria itu berdiri disana sambil menatapnya.

"Ya?"

"Sedang apa?" Tanya pria itu basa basi. Kemudian mata Damian tertuju pada makanan di atas meja. "Lapar tengah malam, heh?" Senyuman pria itu membuat Nara sedikit mual. Apa yang pria itu lakukan tengah malam begini?

Nara melirik makanannya sejenak. "Ya," balas Nara tak acuh. Rasa laparnya tiba-tiba saja hilang mengetahui jika pria itu mengganggu aktifitasnya.

Damian berjalan lebih dekat. Menarik kursi, hingga duduk tak jauh dari gadis itu. Ia mengerti Nara menjaga jarak darinya, jadi dia memilih duduk tidak begitu dekat.

"Aku tidak bisa tidur..." ungkap Damian, berbicara santai seolah pria itu tidak pernah berbuat kesalahan.

Mata Nara menatap Damian, terlihat jelas dari tatapannya jika pria itu sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Lalu, kenapa dia harus tahu?

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus rasa bersalahku, Ra? Aku bisa paham kalau kamu sudah menikah dengan Arsen, tapi kehamilanmu, aku masih merasa kalau dia anak Sean.."

Our Secret || REPOST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang