Part 9 [REVISI]

2.7K 115 8
                                    

Hana menutup pintunya perlahan-lahan, ia lalu menyandarkan tubuhnya di balik pintu kamarnya itu. Semua terjadi begitu cepat tanpa bisa ia kendalikan.

Semua seperti mimpi yang menjadi nyata, mimpi yang dahulu ia inginkan ketika ia masih berpacaran dengan Sam kala itu. Kini menjadi kenyataan.

Mimpi dirinya akan di pinang oleh sang pujaan hati, kini hal itu tercapai tetapi, rasanya telah beda.

Semuanya tak sesederhana ketika pria itu belum mengkhianati atau lebih tepatnya meninggalkan dirinya dulu.

" Kenapa semua begitu rumit, aku bingung harus bagaimana" Hana begitu frustasi saat ini, hati dan pikirannya berjalan tak selaras seperti biasanya.

Sungguh ia sangat ingin menangis saat ini, pria itu sangat pintar membuat Hana kelimpungan dengan tingkahnya. Sam selalu memiliki cara untuk mengikatnya agar lebih dekat dengan pria itu.

Hilang selama sepekan dan sekarang pria itu menempati perkataan yang ia ucapkan akan meminang dirinya segera. Sungguh luar biasa pria itu, sejuta cara akan ia coba demi mendapatkan Hana kembali.

Tok tok

Sebuah suara ketukan terdengar dari balik pintu kamar gadis itu, "Hana cepetan siap-siap nya, acaranya akan segera di mulai" suara mama Hana dari balik pintu.

"Iya ma" setelah mengatakan itu Hana bergegas mengganti pakaiannya dan berdandan sedikit. Sejujurnya ia tidak memiliki persiapan apapun, dirinya pun tak mempunyai gaun ataupun pakaian yang 'pas' untuk acara ini.

Hana membuka pintu kamarnya "huft" ia lalu menarik nafas panjang dan berjalan dengan pelan menuruni tangga.

Semua orang yang berada di bawah pun sontak membalikkan badan mereka ketika mendengar suara langkah mendekat ke arah mereka.

"Cantik" itu yang terdengar oleh telinga Hana saat ini, pujian tersebut berasal dari para keluarga yang hadir saat ini.

"Sini duduk dulu" mama Hana menepuk sebuah kursi yang berada di antara dirinya dan sang suami.

Hana berjalan mendekat ke arah sang mama, ia lalu mendudukkan dirinya diantara kedua orang tuanya.

Hana tak henti-hentinya menggenggam kedua tangannya, ia begitu gugup saat ini. Saat itulah sang mama dengan sigap menenangkan dirinya, mamanya selalu menolong dirinya disaat yang tepat seperti ini.

Ayah dari Sam pun mulai membuka pembicaraan, "Kami kesini bukan serta Merta berkunjung ke rumah bapak tanpa alasan, kami bermaksud untuk melamar putri bapak untuk anak kami Samuel Wijaya" ucap ayah Sam dengan tegas.

Hana menundukkan kepalanya. Sungguh ia masih mencintai Sam namun, ia masih belum bisa menerima semua perlakuan pria itu kepadanya dulu. Terlalu sulit untuk menghilangkan kenangan gelap itu hanya dalam beberapa saat saja.

Tapi, tidak mungkin ia mempermalukan kedua orang tuanya dan orang tua pria itu ketika ia tidak menerima pinangan Sam.

Papa Hana tersenyum ketika calon besannya mengatakan niat baik mereka "Saya sebagai orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak kami, akan tetapi semua kembali lagi kepada calon pasangan ini" Papa Hana menatap sang putri dengan lembut, terdapat kasih didalam tatapan itu. Hana tak sanggup untuk menjalankan apa yang ada diotaknya saat ini.

Hana sudah menduga kalau papa nya akan mengatakan demikian mengenai pinangan pria di depannya ini. Ia menoleh kearah seluruh orang yang ada disini, ia butuh untuk memastikan suatu hal sebelum memutuskan jalan apa yang akan ia ambil nantinya.

"Boleh tidak saya dan Sam berbicara sebentar"

Semua orang yang berada disana sontak menatap Hana, gadis yang jadi pusat perhatian di ruangan itu pun berdiri dan berjalan ke perkarangan belakang rumahnya.

Sam yang melihat Hana berdiri dan berjalan menuju ke pekarangan belakang pun mengekori gadis itu.

"Kenapa?" Sam berkata ketika mereka telah sampai di belakang rumah Hana.

"Maksud kamu apa lamar aku tanpa bilang-bilang lebih dulu, maksudku kamu nggak bilang kalau bakal bawa keluarga besar kamu untuk nge lamar aku malam ini" Hana membuka pembicaraan mereka. Ia menatap Sam dengan nyalang, wanita itu kesal dengan apa yang dibuat pria itu kepada dirinya malam ini.

"Aku udah bilang kan sama kamu, kalau aku bakal serius sama kamu, aku nggak mau kamu pergi lagi dari aku Han" penjelasan Sam bukannya membuat Hana menjadi tenang malah membuat suasana wanita itu mengalami hal sebaiknya

"Aku heran dengan pola pikir kamu Sam, kamu ngilang sepekan ini nggak ada kabar dan sekarang kamu datang tanpa persetujuan aku!!" Untung saja rumah Hana ini cukup besar karena jika tidak mungkin suara Hana sudah terdengar hingga ke ruang tamu rumahnya.

"Maafin aku, aku ngilang karena aku mau ngurusin hari pertunangan kita ini, aku sengaja nggak bilang-bilang kamu supaya kamu nggak ada alasan untuk kabur atau pergi Han" Pria itu berkata dengan lirih.

"Aku rasanya ingin nangis kamu tau Sam, aku masih sakit mengingat kelakuan kamu kayak gitu ke aku dulu. Aku kira kamu bakal ngambil hatiku dulu baru kita melangkah ke jenjang yang lebih serius" kini suara isakan mulai terdengar dari  Hana.

Pria itu sontak menarik gadis itu ke dalam dekapannya, ia mengujar maaf berkali-kali.

Hana mendorong pelan badan tegap pria itu dari tubuhnya "Aku tanya sama kamu, emangnya kamu ada jaminan nggak nyelingkuhin aku lagi? Kamu ada jaminan nggak ninggalin aku lagi hah? Jawab?!" Hana menatap Sam dengan serius.

"Kalau kamu masih nggak percaya dengan aku saat ini, kita akan buat kesepakatan pranikah Han, jika aku selingkuh semua harta yang aku punya saat itu jatuh ke kamu. Kalau itu juga belum cukup bagi kamu, kamu boleh mukulin aku sampai kamu puas Han" pria itu menatap Hana dengan senduh.

Hana menganggukkan kepalanya, ia mengusap air matanya yang sedari tadi meluncur tanpa halangan "baiklah, aku pegang janji kamu" bukannya Hana matre, tapi dia tidak ingin merasakan sakit karena hal yang sama ke dua kalinya..

Pria itu menarik Hana ke dalam pelukannya untuk ke dua kalinya, ia bersyukur wanitanya ingin menerimanya walaupun dengan syarat.

"Eh, kalian di tungguin dari tadi malah enak-enakan pelukan disini" cerocos mama Hana ketika melihat pemandangan yang indah di depan matanya.

Sam menggaruk tengkuknya yang tak gatal, beda hal dengan Hana yang tertunduk malu karena ketahuan berpelukan dengan Sam.

Hana dan Sam berjalan menuju ruang tamu, mereka lalu duduk di kursi mereka masing-masing.

"Hana, jadi bagaimana nak? Apakah kamu menerima lamaran anak saya?" Tanya Ayah Sam.

Hana mengucapkan bismillah dalam hatinya "saya terima pak" ucapnya dengan kepala yang tertunduk ke bawah.

Sam yang mendengar itu pun sontak mengukir senyum tipis di wajahnya, ia berjanji kepada dirinya akan membahagiakan Hana dan tidak akan melakukan hal bodoh lagi yang dapat membuat gadis itu kecewa kepada dirinya.

SAMUEL WIJAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang