Part 57 [REVISI]

844 40 0
                                    

Tiiinnn.......

Yoona dan asistennya saling pandang, mereka merasakan ada hal yang aneh bersamaan dengan suara bel berbunyi itu. Asisten Yoona sudah melangkah kan kakinya namun ditahan oleh Yoona. "Biar aku saja" Yoona memberikan isyarat menggunakan tangannya.

Yoona membuka pintu apartemennya dengan perlahan. Wanita itu secara reflek memundurkan badannya ketika melihat beberapa pria berbadan besar berada tepat di pintu apartemen miliknya. Pria berbadan besar itu menatap Yoona dengan tatapan datar, mereka membawa sebuah pistol yang mereka taruh di dekat saku celananya.

"Selamat siang Bu, apa benar dengan ibu Yoona" suara berat dan tegas itu terdengar jelas ditelinga Yoona. Wanita itu meneguk air liurnya dengan susah payah. Ia cukup tahu dari gerak-gerik para pria itu jika mereka merupakan suruhan tuan Wijaya untuk menangkapnya.

Asisten Yoona yang penasaran mengenai hal apa yang terjadi di depan, seketika berjalan menuju bosnya. Sama seperti sang ibu bos, ia pun kaget melihat orang-orang itu. 

"I-iya pak, dengan saya sendiri" Yoona menjawab dengan perlahan.

"Kalau begitu, bisa ikut dengan kami, Bu?" Polisi itu memperlihatkan surat tugas mereka. 

Yoona yang panik pun tidak tahu harus berbuat apa, ia tidak mungkin kabur dari apartemennya karena telah dikepung oleh beberapa pria di depan ini.

Asisten Yoona secara perlahan memundurkan badannya, ia berencana untuk pergi dari hadapan polisi itu.

"Stop, Anda jangan bergerak". Perintah dari polisi itu seperti sihir, asisten Yoona tiba-tiba terdiam di tempatnya.

"Silahkan Bu, ikut saya" mendengar perintah dari polisi itu membuat Yoona menganggukkan kepalanya, wanita itu sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Ia tidak cukup berani untuk berbuat nekat.

oOo

Di lain tempat, Hana kini sedang berjuang untuk melahirkan anaknya ke muka bumi ini. Wanita itu sedang bersusah payah melahirkan buah hatinya bersama Sam.

Di luar tempat bersalin Hana, sudah terdapat beberapa anggota keluarganya. Di sana sudah ada suami beserta orang tuanya dan Sam.

"Semoga Hana kuat" nyonya Wijaya memegang lengan besannya dengan kuat. Kedua ibu itu sibuk berdoa agar anak tersayang mereka melahirkan dengan selamat.

"Aku yakin Bu, Hana akan kuat". Ibu Hana berbicara penuh yakin. Ia yakin anaknya akan kuat melewati masa-masa yang sulit ini.

Tuan Wijaya memperhatikan dua besan yang sedang saling menguatkan itu dengan seksama. Ia kemudian memperhatikan putranya yang tidak kalah panik dan khawatirnya seperti kedua wanita itu.

"Ayah sudah tahu semuanya Sam, ayah sudah mengurus perempuan ular itu. Ia akan membusuk dipenjara bersama dengan antek-anteknya" Sam seketika mendongak kan kepalanya, ia tidak menyangka ayahnya akan melakukan hal itu.

Sam langsung memeluk ayahnya, ia sangat bersyukur memiliki ayah seperti tuan Wijaya.

Mendengar pembahasan anak dan ayah itu membuat papa Hana menjadi tertarik. Ia sebenarnya telah mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh anak menantunya namun, ia bukan orang yang berkuasa. Ia hanya bisa membantu sedikit dalam menjaga anaknya.

"Apakah orang dibalik kecelakaan Hana ini, sama dengan orang yang beberapa bulan lalu?" Papa Hana bertanya dengan besannya.

Tuan Wijaya menganggukkan kepalanya, membenarkan perkataan dari besannya.

Papa Hana menggenggam tangannya dengan kuat, urat-urat yang ada di lengannya pun ikut timbul seiring dengan emosi yang semakin membuncah mendengar perkataan sang besan.

"Tapi tenang saja, mereka akan mendapatkan hukuman yang pantas nantinya" tuan Wijaya berusaha untuk membuat papa Hana menjadi lebih tenang. Ia tahu bagaimana khawatir dan amarah yang papa Hana rasakan saat mengetahui sang anak telah dilukai oleh orang lain.

"Aku harap mereka tidak pernah merasakan udara segar setelah hari ini. Sudah cukup hal gila yang mereka lakukan terhadap ku dan Hana". Sam mengatakannya dengan serius, ia tidak akan membiarkan orang-orang gila itu dengan mudah keluar dari penjara. Kalau ia bisa, ia akan membuat orang-orang tersebut mati membusuk di dalam sel penjara.

Tak jauh dari sana terdapat dua sejoli yang menatap keluarga sahabatnya. Mereka adalah Fira dan Nathan. Keduanya sudah sedari tadi berdiri di ujung koridor rumah sakit namun, mereka tidak mau mengganggu keluarga yang sedang panik itu.

"Aku harap Hana baik-baik saja, aku tak sanggup bila sahabatku itu kenapa-napa" Fira mulai meneteskan air matanya, wanita itu telah membayangkan hal yang paling terburuk yang akan terjadi kepada sahabatnya itu.

"Aku yakin dia kuat, jangan bersedih. Sahabatmu itu kuat dan kau juga harus kuat" melihat tunangannya itu bersedih, Nathan berinisiatif untuk memeluk Fira agar wanita itu menjadi lebih tenang.

oOo

Yoona telah sampai di kantor polisi, ternyata di sana telah ada tuan Broto beserta istrinya. Tuan Broto dan istrinya menatap Yoona dengan penuh kesedihan dan kemalangan. Melihat adanya Tuan Broto dan istrinya di kantor polisi membuat Yoona tahu siapa yang memberi tahu para polisi ini di mana tempat persembunyiannya selama ini.

Tak lama setelah kedatangan Yoona, kedua orang tua gadis itu pun datang ke kantor polisi. Tante Vania datang dengan wajah yang dipenuhi rasa marah dan kecewa sedangkan, ayah Yoona sudah tidak peduli dengan anak gadisnya yang telah merusak semua karier yang ia bangun selama ini.

"Ma, Pa". Yoona memanggil orang tuanya, Tante Vania memalingkan kepalanya dan berjalan menjauh dari anaknya. Ia datang hanya untuk memastikan apakah yang tersebar bahwa pelaku keji itu benar-benar anaknya.

Yoona merasakan begitu sakit melihat mamanya yang selama ini lembut dan baik kepadanya kini, memandangnya dengan penuh rasa kecewa.

Yoona goblok, kau baru menyadari semuanya setelah kejadian hari ini. Setelah ini kau tidak akan bisa apa-apa. Yoona mencaci maki dirinya sendiri. Ia sudah tahu apa yang akan ia hadapi ke depannya atas semua perbuatan yang ia buat.

SAMUEL WIJAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang