Part 44 [REVISI]

1.2K 53 4
                                    

Beberapa bulan berlalu.

Sam semakin frustasi dengan keadaan saat ini, dirinya hampir saja menyerah mencari keberadaan Hana selama ini.

Sam telah mencarinya ke seluruh penjuru kota. Ia telah mengerahkan banyak bawahannya untuk mencari Hana. Dari menemui teman-teman Hana dari SMA hingga kuliah namun, tidak ada yang melihat Hana.

Sam juga sudah beberapa kali mengunjungi rumah mertuanya untuk meminta info keberadaan Hana namun, sepasang paruh baya itu memilih untuk diam dan tetap teguh dengan pendirian mereka untuk tidak memberi tahu Sam keberadaan putri mereka.

Sam kini tengah berada di dalam kantornya. Pria itu semakin workholic semenjak keberadaan Hana masih belum ditemukan. Pria itu juga memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya, ia tidak sanggup sendiri di rumah tempat ia tinggal dulu bersama Hana.

Cklik.

Decitan pintu terdengar. Di depan pintu itu terlihat seseorang dengan perawakan yang besar dengan dada tegap. Pria tegap itu mengenakan stelan formal dan kacamata hitam miliknya.

"Kau sudah menemukannya?" Sam tidak perlu lagi berbasa-basi dengan orang itu, ia cukup muak dengan jawaban yang pria tegap itu berikan.

"Maaf tuan, sejauh ini kami belum menemukan keberadaan nyonya Hana. Anggota saya juga telah beberapa kali memantau rumah orang tua nyonya namun, di sana juga tidak ada tanda-tanda akan kepulangan dari nyonya Hana" pria tegap itu menjawab dengan nada datar.

"Terus, apa gunamu kemari jika tidak mendapatkan informasi apa pun? Aku membayarmu mahal bukan untuk memberikan informasi sampah seperti itu. Aku merasa ditipu setelah melihat kinerjamu beberapa bulan ini" Sam berkata dengan sinis, pria itu sudah tidak bisa menahan kemarahannya karena kinerja bawahannya yang tidak becus dalam tugas.

"Maaf tuan, saya akan melakukan yang terbaik setelah ini" pria itu masih saja berbicara dengan formal.

"Kalau begitu pergilah kau, jangan kemari jika kau tidak menemukan informasi apa pun" Sam menggoyangkan tangannya mengode pria itu untuk pergi dari ruang kerjanya.

Sam melepas kacamata yang sedari tadi dipakainya. Pria itu memijit kepalanya yang pusing akibat banyak pikiran yang selalu melandanya beberapa bulan ini.

Sam memutar ke belakang kursi kerjanya, pria itu melihat ke arah luar gedung itu. Kaca besar yang ada di ruangannya itu cukup berguna untuk menghibur Sam dengan memperlihatkannya pemandangan kota yang cukup membuat Sam menjadi tenang.

Cklik.

Decitan pintu itu terdengar lagi. Helaan nafas Sam terdengar seiring dengan decitan pintu itu.

"Sudahku katakan, jangan kembali jika kau belum mendapatkan info apa pun" ucap Sam dengan suara lantang. Pria itu cukup sensitif hari ini.

"Jika ayah mendapatkan informasi mengenai istrimu, apakah ayah boleh masuk" suara itu tidak asing bagi Sam. Pria itu lalu membalikkan kursinya menuju arah suara itu.

Ayahnya.
Pria paruh baya itu berjalan dengan santai menuju ke meja sang anak. Walaupun pria itu telah berumur namun, wajahnya tetaplah awet muda.

"Ayah, kenapa ayah tidak bilang kalau mau kesini" ucap Sam dengan sopan.

"Untuk apa aku memberi tahumu jika aku kemari, jangan lupa Sam. Perusahaan ini juga milikku" gurau ayah Sam. Pria itu lalu duduk disalah satu kursi yang berada tepat di depan meja Sam.

"Ayah tebak, kau belum mendapatkan info mengenai Hana. Bukan?" Terdapat nada sindiran di dalam ucapan pria tua itu.

"Sepertinya Sam tidak perlu menjawab pertanyaan itu, karena ayah sendiri sudah tahu akan jawabannya" jawab Sam dengan malas.

"Kau yakin tidak ingin meminta bantuan ayahmu ini?" Tanya tuan Wijaya.

"Tidak. Aku tidak ingin merepotkan ayah. Biar aku saja yang mencari keberadaan istriku" Sam menjawab dengan yakin. Pria itu tidak ingin merepotkan sang ayah.

"Kau yakin? Ayah sendiri tidak yakin kau akan menemukan istrimu itu sebelum ia melahirkan. Melihat kinerja bawahanmu yang sangat kurang itu" bukan ingin merendahkan, namun ayah Sam mencoba untuk realistis dengan keadaan.

Sam tidak menyangkal kemungkinan yang ayahnya ucapkan. Bagaimana tidak, sudah berbulan-bulan Sam mencari Hana namun informasi sedikit pun tidak diterimanya.

"Entahlah ayah. Jujur saja, aku kini sudah setengah menyerah dengan keadaan" Sam menjawab dengan senduh. Tersirat nada sedih di dalamnya.

"Kau ingat kejadian hari itu, ayah bilang akan membantumu dan kau mengatakan untuk ayah tidak usah membantumu. Awalnya ayah percaya kau akan segera menemukan informasi tentang Hana. Namun, lihatlah sekarang, kau sekarang setengah gila karena belum mendapatkan info apa pun. Kau tau Sam. Kemarin ayah sudah kehilangan kesabaran karena menunggu info darimu mengenai kau telah menemukan keberadaan istrimu. Ayah sudah cukup sabar menunggu info itu hingga akhirnya ayah menyerah dan menyuruh seluruh bawahan ayah untuk mencari keberadaan istrimu sore itu juga dan kau tau apa yang terjadi?" Ayah Sam sengaja menggantung omongannya, pria tua itu melirik anaknya yang sedari menyimak omongannya tanpa menyela apa pun.

"Apa yang terjadi, ayah?" Tanya Sam kepada ayahnya. Pria itu kini sudah sangat Penasaran dengan apa yang akan ayahnya katakan.

"Tadi pagi mereka menelfon ayah dan mengatakan bahwa mereka telah mendapatkan info mengenai Hana. Hebat bukan, mereka hanya mencarinya beberapa jam dan telah mendapatkannya" tuan Wijaya berkata dengan sombongnya, menyombongi betapa hebatnya anak buahnya yang dengan mudah dan cepatnya mendapatkan info mengenai keberadaan sang menantu.

"Kenapa ayah tidak bilang dari tadi? Kenapa harus sekarang ayah bilangnya? Di mana sekarang Hana. Aku akan menyusulnya ke sana" Sam langsung mengambil jas kantornya dan bersiap-siap untuk pergi ke tempat keberadaan sang istri.

"Tunggu dulu, jangan terburu-buru Sam. Ayah akan memberitahumu keberadaan Hana saat ini. Tapi, sebelum kau bertemu dengan istrimu sebaiknya kau merapikan wajahmu yang kini sangat tidak terawat" tuan Wijaya menahan lengan sang putra untuk tidak pergi menemui sang menantu dengan keadaan yang berantakan.

Sam tersadar dengan keadaan, pria itu lalu memegang dagunya yang telah ditumbuhi dengan jenggot. Rambutnya pun kini telah panjang, tidak rapih seperti biasanya.

"Baiklah ayah, aku akan membersihkan diriku dengan baik sebelum menemui istriku" ucap Sam dengan ceria. Pria itu kini tengah dilanda dengan kebahagiaan.

"Bagus, kau harus terlihat rapi untuk menemuinya agar ia tidak malu memiliki suami sepertimu" canda tuan Wijaya. Ia tersenyum tipis melihat kebahagiaan yang anaknya tampakkan kepadanya.

"Kau tidak ingin memeluk ayahmu ini sebagai tanda terima kasih?" Ucap tuan Wijaya. Setelah tuan Wijaya mengatakan itu, Sam langsung memeluk ayahnya dengan erat.

"Terima kasih ayah. Ayah emang yang terbaik" ucap Sam.


SAMUEL WIJAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang