"Teman, meski terkadang mereka tak bisa mengobati luka yang dirasa, setidaknya segaris senyum akan terukir ketika di dekat mereka."
[ Ain't Gonna Fine ]
• • •
Setelah mengambil buku dari dalam loker tadi, kini Raja sudah kembali melangkahkan kaki di dalam kelasnya, kelas 12 IPA-2.
Ia bergegas mengerjakan tugas Fisika itu tanpa membuang waktu lagi. Pelajaran Fisika akan dimulai di jam kedua, karena tidak mungkin juga jika ia harus mengerjakannya di sepanjang jam pelajaran pertama.
Mengecek catatan tugas yang ada, pemuda itu mulai menulis jawaban dari soal yang dibacanya. Untungnya Raja adalah siswa yang pintar, jadi tugas Fisika bukanlah hal yang begitu menyulitkan.
"Bodoh! Mana ada pilihannya ngaco begini, anjir!" gerutunya. Bagaimana tidak? Jawaban yang ia hasilkan tidak terdapat dalam pilihan ganda, bahkan setelah berulang kali pemuda itu mengeceknya.
Tak mau membuang waktu, pemuda itu menuliskan jawaban yang benar di bukunya dengan pesan, "Pilihan jawabannya minta disleding, Bu."
Sekitar lima belas sampai dua puluh menit ia menyelesaikan tugas itu. Dengan meregangkan otot jarinya, pemuda itu menguap sebab mengantuk. Tadi malam, kan, ia nongkrong sampai tengah malam.
Tak disadari, kini ruang kelas sudah diisi banyak siswa, tetapi teman sebangkunya malah menghilang entah ke mana.
Mencoba memejamkan mata, pemuda itu seketika mengerjat kala suara bising tiba-tiba masuk ke ruang kelasnya.
"Hahaha anjir ngakak!" seru para pemuda yang baru masuk ruang kelas itu.
"Berisik lo, trio ubur-ubur! Baru juga merem gue, anjir!" seru Raja.
Mereka adalah Andra, Rega, dan Devano. Tiga pemuda yang bernotabene sebagai teman dekat Raja sejak pertama kali ia masuk sekolah ini. Merekalah pengisi hari-hari Raja meski tak mengobati luka yang ia rasa. Tak apa, setidaknya segaris senyum selalu terukir ketika ia di dekat mereka.
"Nulis apaan maneh, Ja?" tanya Andra kala melihat beberapa buku di atas meja.
"Ngerjain Fisika."
"Lah anjir? Ada tugas? Kok aing nggak tau, Sat!" Membulatkan mata, Andra terkejut mendengarnya. Pemuda itu tanpa mau membuang waktu dan tanpa izin, lantas menyambar buku tugas Raja untuk menyalinnya.
"Enak lo, ya. Dateng-dateng tinggal nyalin," cibir Raja yang tidak dipedulikan temannya itu.
Raja mendengkus, membiarkan temannya itu menulis dengan terburu-buru. Lagipula jika ia larang, pemuda itu akan tetap memaksa. Biasalah.
"Untung gua udah," ujar Rega.
"Udah nyontek dari gue," sela Devano.
Selain Raja, Devano memang salah satu siswa unggul di antara mereka berempat. Devano merupakan siswa berpenampilan teladan, menjabat sebagai ketua kelas 12 IPA-2. Berbeda dengan Raja yang bahkan nampak persis seorang badboy di beberapa waktu.
"Teu solid anjir, ah! Teu ngajak-ngajak!" protes Andra dibalas kekehan ketiganya.
*
Selang beberapa waktu, Andra sudah selesai dengan tugas fisika itu. Tangannya ia regangkan sebab menulis dengan kecepatan cahaya.
"Beres, sip. Nih. Hatur nuhun!" Ia segera beranjak dari tempatnya seraya menyodorkan kembali buku Raja. Sedetik kemudian, pemuda itu sudah sampai di ambang pintu sembari merangkul Rega.
"Temen laknad," gumam Raja.
"Sabar, Bro!" Dengan menepuk punggung Raja cukup keras, Devano mengikuti kedua temannya.
"MASOK LO BERDUA! GUE NGGAK MAU YE DIHUKUM GEGARA BIARIN LO PADA!" Siapa yang mengira Devano ikut keluar? Lihat, sang ketua kelas itu nyatanya malah berteriak. Sedangkan yang dituju hanya cengengesan lantas saling menyalahkan satu sama lain.
*
Tak ada yang tahu, pikiran raja masih ruwet dengan segala macam hal yang mengisinya. Hingga tak terasa, hitungan jam berlalu begitu cepat, kini bagaskara sudah nampak sepenuhnya di atas kepala.
Dua mata pelajaran pertama di hari ini sudah terlewati, begitu pula dengan Fisika yang sangat dibenci sebagian siswa terutama Andra Syahreza. Sekarang apalagi? Tentu saja waktunya untuk siswa SMA Cakrawala beristirahat.
Kini Raja dengan ketiga temannya itu sudah mendahului siswa-siswi lai untuk mengisi jam istirahat, berkumpul di salah satu meja kantin. Mereka sedang menunggu pesanan mereka disiapkan.
"KALA KUPANDANG NENG ANITA NAN JAUH DI SANA."
Seperti biasa, senandung Andra yang tidak jelas selalu terdengar kala mereka merasa bosan dan tidak ada kerjaan. Pemuda itu bersenandung seraya tak lupa memukul-mukul meja di depannya.
"SEMAKIN ADUHAI SEMENJAK KITA UDAHAN."
Melanjutkan lagu abal-abalnya, pemuda itu malah mendapat geplakan gratis dari Rega di sebelahnya.
"Berisik, bangsul! Galmop aja lo sebar-sebar!" sembur Rega, membuat Andra mendelik lantas memukul meja kantin satu kali.
"Aya wae nu ngaganggu teh aing mah!" protesnya.
(Ada saja yang mengganggu tuh, ya!)
Rega tergelak melihat ekspresi kesal Andra, begitu pula Devano yang sedari tadi hanya menyaksikan keduanya. Sedangkan Raja, pemuda itu justru hanya tersenyum tipis dan kembali tanpa ekspresi.
Entah mengapa, tiba-tiba saja ia teringat kejadian semalam. Ia tak tahu mengapa kini ia kembali memikirkan tentang sang ibu, padahal sudah susah payah ia melupakan hal itu berkat trio ubur-ubur dalam hidupnya.
Memang, setiap hari sosok ibunya tak pernah terlewat untuk ia pikirkan bahkan doakan. Tapi kali ini, rasa rindu dan penasarannya kian menggebu. Karena membahas tentang ibunya dalam keadaan kesal kemarin malam, ia menjadi lebih emosional.
"Apa ibu masih ada?"
"Ibu mikirin Raja nggak, sih?"
Berbagai pertanyaan muncul di benak pemuda itu, sampai suara keras seperti piring pecah berhasil membuyarkan lamunannya.
Dari arah sudut kantin yang berlawanan dengan sudut tempat Raja dan kawan-kawan, tiga orang siswi nampak tengah melakukan perundungan pada seseorang di hadapan mereka.
"Apaan itu anjir," tanya Andra penasaran.
Menyipitkan matanya, Raja merasa mengenali gadis itu. Tapi cukup asing untuk ia kenali dengan singkat.
"Anjir pembuian ini namanya!" seru Andra kembali melanjutkan.
"Pem-bully-an, bego!" sembur Rega.
"Berisik lo anak pungut! Gue tahu lo caper, kan!"
"Bocah sok-sokan emang, ya, njir."
Brak!
• [ T B C ] •
kenapa kalo di awal gini gua bingung sama pengembangan karakter :(
isi part jg gajelas anjer. bingung ama judul elah.
sorry for typo/'s
thx n see u next,
w love, navi scheera.on IG: nvllrchi
Created: July 16, 2021
Published: September 1, 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Gonna Fine | ON GOING
Teen Fiction[ Teen Fiction - Life Story ] Ini tentang ia yang pandai menyembunyikan, sehingga tidak ada orang lain yang dapat melihat semua derita yang ia rasakan. Sejujurnya ia ingin mengungkapkan, tapi sosok yang tepat belum juga ia temukan. Entah ia tak meny...