Part 9: Lia

6 1 0
                                    

"Semua yang terjadi akan selalu berada di bawah pengawasan-Nya. Itu berarti, Tuhan memang mengizinkan kita untuk mengalami hal ini. Ingat, Tuhan tidak memberi cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Jadi, kita harus percaya, kita harus berbaik sangka sama Tuhan. Barangkali, hal-hal baik memang datang belakangan."

[ Ain't Gonna Fine]

***

"Izin masuk, Bunda."

Dami mengangguk. "Silakan, Sayang."

Lia lantas menyusuri bangunan ini diikuti Raja di belakang. Raja memiliki banyak pertanyaan di benaknya yang ingin langsung ia tanyakan kepada Lia. Tetapi ia tak mungkin lancang dengan tidak menunggu saat yang tepat. Raja bahkan masih belum paham untuk apa Lia membawanya ke taman belakang.

Di sisi lain, Dami dengan segala pertanyaan di benaknya lantas berpikir keras. Apa yang sebenarnya dialami gadis itu? Apa yang sebenarnya terjadi hingga ia memutuskan kembali? Namun, pertanyaan itu Dami simpan rapat-rapat sebab kepercayaannya kepada Lia yang cukup besar. Ia yakin nanti anak itu akan bercerita tanpa diminta.

Setelah cukup jauh berjalan dari gerbang depan, Lia akhirnya mempersilakan Raja untuk duduk di sebuah saung di taman belakang bangunan ini. Keduanya saling diam, menikmati pemandangan sekitar mereka yang masih diselimuti gelap malam.

"Raja," panggil Lia.

Raja menoleh, tidak menyahutinya dengan sepatah katapun.

"Sebenernya apa alasan kamu nolongin aku sejauh ini? Maaf, kamu dibuat repot sama aku." Lia sejujurnya merasa bersalah, mengapa semesta lagi-lagi membawa Raja untuk menjadi penyelamatnya. Padahal, pemuda itu tak salah apa-apa.

"Gak ada alasan spesifik buat nolong orang selama kita bisa, Lia. Singkatnya gue lagi bisa nolong, itu aja." Raja menjelaskan.

Lia menarik napas dalam-dalam. "Makasih, selama ini, belum ada yang sebaik kamu dateng di hidupku, selain Bunda Dami."

"Mm ... gue boleh tanya gak, Li?"

"Iya?"

"Ini, sebenarnya lo ada masalah apa sama si Zoe Zoe itu?"

Lia terdiam, seolah enggan untuk bicara.

"M-maaf, gak usah dijawab kalau berat."

Lia menggeleng. "Gak, aku udah janji tadi aku bilang mau cerita. Tapi sebelum itu, aku pengen kamu janji untuk gak kasih tahu siapapun tentang hal ini. Boleh?"

Raja mengangguk sempurna. "Boleh, gue gak pernah punya keinginan nyebar cerita hidup orang."

"Terima kasih."

"Aku dulu tinggal di sini," lanjut Lia. Raja tidak menyahut, melainkan menunggu kalimat lain keluar dari mulut gadis di sampingnya.

"Aku sejak kecil tinggal di sini, dan yang aku tahu, ibuku adalah Bunda Dami. Aku hidup bersama puluhan anak yang sama-sama tidak lahir dari rahim Bunda Dami, tapi menganggap beliau sebagai satu-satunya ibu kami."

"Sampai suatu hari, seorang pebisnis sukses dateng dengan mobil mewahnya. Mengagetkan semua orang di panti ini."

***

"Ada apa, ya, Pak?" tanya Dami dengan sopan. Pria itu membuka kacamata hitamnya dan mendekat ke arah Dami. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Dami tanpa ragu meraih uluran tangan itu.

"Saya Erik Permana, sebelum itu boleh izinkan saya masuk?" Dami mengangguk, mempersilakan masuk seraya melepas genggaman tangannya.

Ain't Gonna Fine | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang