Chapter 10 : Hyunmi dan Bangtan

17 0 0
                                    

**
Kim Seokjin memijat pelipisnya tenang kelewat kuat. Ntah apa yang tengah bercokol difikirkan lelaki dewasa pun ceria itu. Yang jelas tidurnya malam ini sangat tidak tenang. Hingga suara ketukan dari pintu membuatnya harus bangkit dari duduknya dan membuka pintunya.

"Hyung.."

Dan disinilah Seokjin pun Jimin duduk. Diatas tempat tidur nyaman milik Seokjin. Tidak ada yang mengawali. Jimin terus saja menangis sembari meremas celana kebesaran Seokjin. Hingga satu helaan nafas lolos dari bibir Seokjin.

"Kenapa?" tanya Seokjin datar-namun hangat.

"Aku takut Hyung..." lirihnya disela Isak tangis.

"Kenapa baru sekarang takutnya? Kemarin-kemarin kemana saja?" Menohok memang. Tapi itulah faktanya. Ah, Seokjin memang tau bagaimana cara meluluh-lantakkan hati adik-adiknya.

"Apa yang kau takuti?" Seokjin terus bertanya tanpa menunggu Jimin menjawab. Tidak membombardir pun tidak memaksa. Suaranya kelewat dalam dan tenang. Namun itu justru sisi Seokjin yang membuat Jimin semakin menunduk dan semakin menangis-tanpa raungan dan hanya isakan.

"Seharusnya saat itu juga kau cerita kepada kami, Jim. Setidak percaya itukah kau kepada kami?"

Lanjutkan Kim Seokjin. Lelaki itu benar-benar membuat pertahanan Jimin sebagai seorang lelaki jantan runtuh. Jimin bahkan tidak memperdulikan lagi punggung tangannya atau kausnya yang basah dengan ingus dan air matanya. Jimin ingin menangis saja.

Benar memang, menangis di depan orang yang tepat akan membuat beban serasa lebih ringan. Sekalipun dia tidak melakukan apa-apa. Dan itulah yang tengah Jimin lakukan saat ini-menangis sesenggukan didepan Seokjin sedangkan Seokjin hanya menatapnya.

"Lalu bagaimana sekarang?" Sepertinya pertanyaan kali ini Seokjin membutuhkan jawaban. Lantas Jimin kembali mengusap wajahnya dan menggeleng pelan.

"Aku hanya melakukan kewajiban ku sebagai ayah dari bayi yang Hyunmi kandung." Jimin menjawab meski masih sesenggukan-seperti anak kecil yang dimarahi karna mencuri permen.

"Kewajiban seperti apa? Menikahinya?"

Jimin sontak terdiam. Stagnan ditempatnya. Menikahi Hyunmi? Dia bahkan tidak terfikir kesana. Perlahan Jimin menggeleng.

"Bisa kau jelaskan apa maksud gelengan mu? Aku lelah dari tadi bertanya tapi kau terus saja menangis begini, celanaku basah tau!" Ya memang dasarnya Seokjin bukalah kakak yang kejam kepada adik-adiknya. Hanya saja dia merasa bertanggung jawab atas kesalahan yang adik-adiknya perbuat. Apalagi perbuatan Jimin kali ini bukan masalah sepele. Menyangkut segala hal tentang hidupnya.

"Tidak bisakah kami tetap begini Hyung? Tetap diam dari semua orang dan kalian membantu ku diam?" Kali ini Jimin mengangkat kepalanya dan menatap Seokjin sayu.

"Kau masih memikirkan karier mu yah?" tanya Seokjin. Sekilas Jimin menangkap nada ejekan disana. Seakan dia adalah makhluk menjijikan yang tengah memohon pada lelaki didepannya. Ah dia lupa, dia memang sudah menjijikan sekarang dimata siapapun.

"Aku tau, sebenarnya kau juga mengumpat kan ketika mengetahui kau lah yang menghamili Hyunmi?" Lagi-lagi, Jimin sukses dibuat terdiam. "karna kau melakukannya juga bukan atas kemauan mu. Hyung tau kau juga tertekan."

Jemari tangan Seokjin terangkat dan menelusuri rambut coklat Jimin. Mengusapnya halus lantaran tidak ingin membuat Jimin menangis lebih keras dari sebelumnya. "aku tidak yakin akan kuat jika berada di posisimu." Ucapan Seokjin sukses membuat Jimin menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Seokjin. Memeluk kakak tertuanya manja dan kembali menangis.

Seokjin terkekeh kecil kendati hatinya masih miris. Tapi dia tak ingin Jimin semakin merasa terpuruk. Lantaran pribadi manis ini butuh kekuatan. Bukan hujatan. Seokjin percaya Jimin bukanlah pria jahat. Hampir 10 tahun hidup bersama dan dia tau betul bagaimana sosok yang sedang berada di pangkuannya ini. Terlebih rasa tanggung jawab yang tertanam dihatinya sejak dulu. Jin yakin Jimin sesungguhnya sangat tertekan.

BE MY SIDE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang