kebenaran

1K 72 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang sangat-sangat lama menurut Alvin, sekarang Alvin dan Ari sudah berada di kantor-nya.

"Welcome Mr Alvin" sapa para karyawan yang di balas senyuman singkat dari Alvin lalu kembali berjalan ke lif.

"Terimakasih atas kerja sama-nya" ucap Alvin tiba-tiba.

"Santai bro, tapi gaenak juga jadi asisten lu" ucap Ari.

"Kenapa dah?" tanya Alvin dan tepat pada pertanyaan itu lif berhenti tepat di depan ruangan Alvin.

"Bentar buka pintu dulu" ucap Ari sambil membuka pintu ruangan Alvin lalu mereka masuk dan gantian Alvin yang menutup.

"Oke tadi lu nanya kenapa gaenak? Karna bahasanya terlalu formal, dan itu bikin gua risih" ucap Ari jujur.

Sedikit informasi Ari adalah sahabat kecil Alvin yang menyamar menjadi asisten pribadi demi suatu misi.

Alvin mengangguk paham sebelum berkata.

"Jad-

"HALO GAISS ADAM DAPET BANYAK INFORMASI!" teriak Adam dari pintu.

"Berisik lu cendol" sentak orang yang ikut bersama orang itu.

"Eh Arii" ucap Adam.

"Haii, Hai Farhan kuu" sapa Ari menggoda.

"Sejak kapan disitu lu?" tanya Farhan orang yang tadi bersama Adam.

"Sejak em beberapa menit lalu" jawabnya.

"Bawa informasi apa lu?" tanya Alvin sedari tadi mendengar segala pertanyaan dan perbincangan singkat sahabat kecil-nya itu.

Adam mengalihkan pandangan-nya kearah Alvin sebelum berkata..

"AA IYA-IYA LU HARUS TAU NI, BINI LU..." jeda Adam yang membuat Alvin penasaran.

"Bini gua kenapa?" tanyanya.

"Bini lu punya trauma yang membuat dia hampir gila waktu umur dua puluh tahun, traumanya belum sembuh total" jelas Farhan.

"Trauma" gumam Alvin antara percaya dan ga percaya.

"Trauma apa?" tanya Ari.

"Eittt sebelum di lanjut lu ada meeting ga?" tanya Adam.

"Engga, gua cuma boong sama papah biar bisa tau segala informasi tentang bini gua" ucap Alvin yang di angguki oleh Adam dan Farhan.

"Oke lanjut" perintah Adam kepada Farhan

"Dulu sebelum nikah sama lu Aisyah pernah punya calon, tapi dua hari sebelum menikah sang calon suami mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya melayang, udah gitu doang" ucap Farhan.

"Seriusan?!" tanya Alvin dengan volume yang sedikit menaik.

"Pala kotak dia mah han, susah di kasih tau" ucap Adam sinis.

"Iya serius" ucap Farhan dengan malas.

"Tapi ko... Dia gapernah cerita?" tanya Alvin.

"Lah? Sebelum lu lamar dia emang lu ga di ceritain?" tanya Ari heran.

"Engga, bahkan gua kira gua calon pertama-nya" ucap Alvin jujur.

"Pft HAHAHA MAKAN-NYA JANGAN KEPEDEAN, HAHA" ejek Adam dengan tawa yang sangat kencang.

"Makannya cari tau dulu informasi orang yang mau lu nikahin" ucap Farhan sambil mendudukan badan-nya di sofa samping Ari yang di ikuti oleh Adam yang sudah berhenti tertawa.

"Lah gua kira gua cowo pertama, soalnya dia nunduk-nunduk gitu kalo ketemu gua jadinya ya..gua pede aja kalo gua calon pertama-nya" ucap Alvin malu-malu.

"Yaudah nanti tanyain aja ama istri lu kalo perlu suruh dia cerita" usul Ari.

"Nahhhh setuju tuu"

"Lu dapet informasi apa?" tanya Alvin kepada Ari.

"Kita rugi bandar" ucap Ari dengan raut serius.

"Rugi bandar?" gumam Adam.

"Pengiriman senjata kita di tolak" jelasnya.

Alvin, Farhan, dan Adam sontak melotot kaget sebelum berteriak..

"DI TOLAK?!"

"K-ko bisa?" tanya Adam.

"Gua gatau, tapi kata-nya si ada yang gagalin" ucap Ari.

"Argh! Padahal sedikit lagi kita berhasil!" geram Farhan sambil mengepal kuat kedua tangan-nya.

"Astagfirullah baru aja selesai urusan rumah tangga, malah dapet masalah baru lagi" ucap Adam sedih.

"Kira-kira siapa yang gagalin ya?" tanya Farhan.

"Jangan bilang...

"PAPAH AZKA?!" teriak semua-nya.

"Papah Azka gagalin lagi?!" tanya Adam heboh.

"T-tapi kan.. Kita udah diem-diem jual-nya kenapa masih ketauan juga?" tanya Ari heran.

'Drt drt

"Siapa?" tanya Ari saat ponsel Alvin berbunyi.

"Papah" jawabnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Gimana kiriman senjata? Masih di terima atau udah ga diterima? Ga di terima ya? Kasian deh, makannya tobat! Udah punya istri! Sebentar lagi punya anak! Masihh aja mau jadi mafia, kalian berempat tu harus-nya fokus sama kehidupan kalian! Jangan tau senjataaaa aja! Gimana nanti anak-anak kalian? Punya bapak seorang mafia? astagfirullah seharusnya tu tentara, bukan mafia! Apa untungnya jadi mafia? Kaya harta si iya tapi kaya dosa juga iya! Kalian jangan maruk dong! Papah juga mau kaya harta!" ucap Azka panjang lebih lalu mematikan telfon itu dengan sepihak.

Mereka berempat cengo mendengar ucapan panjang dari Azka barusan, layaknya orang bego.

"I-itu p-papah Az-ka?" tanya Adam gugup.

"K-kayak-nya lagi kerasukan" ucap Ari.

"Papah Azka yang batalin kiriman senjata lagi? Papah Azka kayaknya emang ga kasian sama kita deh" ucap Farhan.

"Kayak-nya iya deh" setuju Alvin.

"Yaudah ya brader mending kita tobat dehh jangan jadi mafia lagi" ucap Ari.

"Terus mau jadi apa lu?" tanya Adam.

"Heemm gatau sii, tapi yang penting jangan jadi mafia, kata emak gua anak itu sifat-nya dapet dari bapak-nya, nahh lu pada bayangin dah anak kita baru lahir langsung bunuh orang, gamau kan? Jadi mending tobat dahh" ucap Ari dengan nada ketakutan.

"Bener juga si" gumam Alvin yang dapat di dengar oleh semua.

"Yaudah, sekarang kita tobat! Gua juga gamau anak gua baru lahir langsung bunuh orang" ucap Farhan yang di angguki oleh semua.

.
.
.
Jika ada typo dan kelebihan cerita mohon di maafkan.

A&A Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang