CONGRATULATIONS 1

18 1 0
                                    

Typo bertebaran, mohon dimaklum.

Semoga suka.

Happy Reading :)

~~

Sakit hati memang sering datang dari yang namanya 'CINTA'. Tapi berlarut-larut dalam kesedihan juga bisa membuat hati tertutup. Dan lukanya akan membekas begitu dalam hingga takut untuk terbuka kembali saat sudah sembuh.

~~

"Ca, lo tahu Kak Bagas, kan?"

Perempuan yang dipanggil Eca hanya menghela napas pelan, lantas mengangguk. Namanya Resa, namun orang-orang sering memanggilnya Eca.

"Lo juga inget, kan, dia pernah nolongin lo waktu MPLS biar bisa masuk gara-gara lo nya telat?"

"Aku inget, Kiya..." jawab Eca yang mulai bosan dengan pertanyaan Kiya - sahabatnya.

"Ya, terus kenapa lo tolak? Dia sebaik itu sama lo, masih kurang apa, sih, Ca? Mantan Ketua Osis, Ganteng, Pinter, Baik. Cocok buat lo, ihh... lo nya juga kenal dia," cerocos Kiya.

"Nama dia Bagas, Kiya. Bagas!" tegas Resa.

Kiya mencengkram bahu Resa kuat, juga menatapnya dengan yakin. "Tapi beda orang, Ca. Dia bukan Bagas yang pernah sakitin hingga ninggalin lo," kata Kiya. Berharap agar Resa dapat mengubah keputusannya soal menolak Bagas.

"Sikap mereka sama, Agas dulu juga gitu. Dia baik sama aku di awal, nyampe akhirnya dia sakitin aku dan ninggalin aku gitu aja. Aku yang dia sakitin, tapi dia juga yang ninggalin aku. Kamu juga tahu itu, Ki."

Kiya menurunkan tangannya dari bahu Resa dan mengubah duduknya menjadi menghadap lapangan, seperti Resa. Sedari tadi mereka berada di luar kelas yang kebetulan kelasnya memang dekat dengan lapangan, bahkan berhadapan.

"Jangan-jangan rumor soal lo gak bisa move on dari Agas, itu bener?" tebak Kiya.

"Bukan gak bisa move on, Kiya...."

"Tapi belum bisa membuka hati kembali, iya?" potong Kiya, "semua orang tahu tentang berakhirnya hubungan lo sama Agas, Ca. Tapi bukan berarti lo harus menutup hati, Eca. Semua orang tahu kalau Bagas itu cocok buat lo. Terima dia, Ca. Mungkin dia beda," jelas Kiya.

Resa berdiri dari duduknya, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sejenak, lantas ia menatap Kiya dengan lelah.

"Mungkin dia beda. Mungkin juga kalau hati aku udah mati!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Resa segera masuk dan mengambil tasnya, lantas pergi dari sana. Sebenarnya, sekarang sudah waktunya pulang. Tapi Resa dan Kiya memutuskan untuk menonton basket terlebih dahulu dari depan kelas mereka.

"Pulang sekarang?" tanya Kiya sambil menahan tas Resa.

"Iya."

Resa segera pergi dari sana, membiarkan Kiya sendirian di sana yang menatapnya dengan ragu. Sebenarnya Kiya juga tahu dan mengerti ucapan Resa. Hanya saja, ia tidak ingin Resa berlarut-larut dalam kesedihan. Ia berharap Resa bisa melupakan Agas, dan membuka hatinya pada siapa saja.

"Kebiasaan. Kalau ngambek suka pergi duluan," gumam Kiya sambil terkekeh pelan.

"Hati-hati di jalan, Ca!" teriak Kiya yang sama sekali tak dihiraukan oleh Resa.

"Kayaknya beneran marah, deh."

***

"Kiya gak ngerti banget, sih!" gerutu Resa sambil mencoba mengambil kunci motornya dari dalam tas.

CONGRATULATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang