Bab 3 Pahlawan, kah?

862 88 5
                                    

Sorry cu, semalam amih ketiduran. Jadi baru bisa up.

Jangan lupa klik bintangnya ya😘

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

*Happy Reading*

Ina hanya bisa berdiri kaku dan mengerjap pelan dengan napas tercekat melihat kejadian itu. Antara ingin tertawa dan ngeri melihat bagaimana Pak Joko tersungkur mengenaskan, tanpa ada satu pun yang menolongnya.

Ina bingung harus beraksi apa saat ini.

Akan tetapi, sebenarnya Ina lebih takjub pada pria gagah itu, sih. Soalnya, kedatangannya seperti oase di hidup Ina yang tadi gersang.

Bukan karena ketampanannya. Melainkan karena kehadirannya yang tepat di saat Ina benar-benar butuh bantuan.

Apa ini keajaiban?

Apa orang ini pahlawan?

Entahlah, namun satu yang harus Ina niatkan dalam hati. Setelah ini Ina harus berterima kasih pada pria itu.

"Sean, sudah!" seru wanita kaya itu, seraya menahan pria gagah yang sepertinya masih ingin menghajar Pak Joko.

Oh ... namanya Sean.

"Tapi, Mah. Dia tadi mau pukul Mama," sahut pria itu, masih dengan wajah kesal sekali.

Tunggu!

Tadi dia panggil wanita itu apa? Mama?

Astaga! Apa mungkin dia ....

"Tapi kan gak jadi berkat kamu. Sudah! Jangan teruskan lagi. Mama gak mau masalah ini sampai berbuntut panjang," sahut wanita, yang memang sepertinya Mamanya pria gagah itu.

Pria gagah itu pun mendengkus kesal. Seraya menurunkan kepalan tangannya, menuruti mau sang Mama.

"Saya akan laporkan kalian ke polisi!"

Namun sayangnya, ternyata Pak Joko masih ingin memancing keributan pada dua orang kota ini.

"Sean!" larang Mamanya, saat melihat anaknya bersiap menghajar Pak Joko lagi. "Biar Mama aja," bujuknya kemudian.

"Mau lapor? Lapor aja. Saya gak takut. Karena kami juga bisa balik melaporkan anda. Atas apa yang anda lakukan pada Ina. Ingat itu!" tantang Mama Sean, dengan gagah berani.

"Ck, itu hanya akan jadi hal sia-sia. Karena apa yang saya lakukan pada Ina. Itu memang sudah ada pada perjanjian hutang ayahnya dulu."

Degh!

Apa?

"Hutang?" Beo wanita itu dan anaknya kompak.

"Bohong!" Sebelum Pak Joko memuntahkan racunnya. ina pun dengan segera berseru membantah semua tuduhan itu.

"Apa? Kamu mau bohong kalau orang tua kamu punya hutang banyak sama saya?" Delik marah Pak Joko pun di tujukan pada Ina.

"Tidak. Untuk hutang Ibu dan Bapak. Saya tidak akan berbohong. Ya! Kami memang punya hutang pada Pak joko. Tapi, untuk perjanjian yang mengatakan bahwa saya harus rela jadi istri muda Pak joko demi tebusan. Itu bohong! Bapak saya tidak mungkin melakukannya! Tolong anda jangan fitnah, ya!" ungkap Ina berusaha menjelaskan detail masalah yang ada.

"Kamu tidak tahu apa-apa Ina. Karena waktu itu kamu sedang terbaring hampir mati. Perjanjian itu hanya antara saya dan ayah kamu saja."

Tidak! Ina tidak mau percaya! Ina yakin ayahnya tidak mungkin setega itu padanya.

Bukan yang Pertama (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang