*Happy Reading*
Ina mengerjap bingung, masih mencoba mencerna maksud Sean sebenarnya.
Sementara Sean sendiri, malah kini terdiam kembali sambil menatap Ina lekat.
Zaina Rahayu. Gadis polos yang baik hati, meski tidak begitu cantik tapi sepertinya gadis ini pintar membuat orang nyaman di sekitarnya. Termasuk Sean.
Namun, justru hal itulah, yang membuat Sean merasa jika dia tidak cocok menjadi pasangan Ina. Karena Sean tidak ingin ada Rara kedua dalam hidupnya.
Itulah sebabnya, sepertinya Sean harus memastikan lagi keputusan Ina terhadap pernikahan ini.
"Kamu harus tahu, Ina." Sean kembali membuka suara. "Saya ... benar-benar bukan pria baik." Pria itu ingin mencoba jujur, namun rasanya berat sekali.
"Karena sudah dua kali gagal dalam pernikahan?" ulang Ina memastikan alasan Sean.
"Mungkin ... itu salah satunya. Tapi, saya juga setuju sama kamu, jika perceraian tidak selalu bisa dijadikan tolak ukur untuk baik buruknya seseorang."
Lalu?
"Hanya saja ...." Sean kembali ragu untuk jujur. "Kamu ... harus tahu, Ina. Saya ... dulu pernah menempatkan istri kedua saya, dalam pernikahan penuh luka."
Meski Ina terlihat sedikit terkejut dengan pengakuannya, tapi gadis itu tidak berkomentar apapun.
"Saya ... bukan hanya menyakiti hati dan batinnya selama pernikahan, tapi saya juga menyia-nyiakannya." Mungkin, Sean memang harus jujur tentang masa lalunya.
"Bahkan ...." Sean tiba-tiba menggantung ucapannya, saat rasa ragu mulai menguasainya lagi.
Tetapi tidak! Sean memang harus jujur, karena dia tidak ingin gagal untuk kesekian kalinya.
Jadi, jika memang harus berakhir. Lebih baik dari awal seperti sekarang. Sebelum terlanjur dalam dan malah menyakiti mereka lagi. Khususnya untuk Ina, yang memang Sean kenal sebagai gadis baik hati.
Ina berhak dapat pangeran impiannya sendiri!
"Saya pernah memperkosa Istri kedua saya saat mabuk, sambil membayangkan orang lain."
Degh!
Ina pun langsung tercekat, mendengar pengakuan Sean barusan.
"Parahnya, saya bahkan mengusirnya saat dia hamil, dan--"
"Ba-bapak memperkosa istri Bapak?" sela Ina tiba-tiba dengan gagap.
Terlihat shock sekali dengan pengakuan Sean. Bahkan, wajahnya mulai memucat dengan kenyataan itu.
Lalu, saat Sean akhirnya mengangguk pasrah. Ina pun terhuyung kebelakang, hampir terjatuh jika saja tak segera berpegangan pada kursi yang ada di sana.
"Ina? Kamu--"
"Berhenti!" seru Ina lantang sambil mengangkat tangannya, saat Sean baru saja ingin menolongnya agar tidak sampai jatuh.
Tidak! Ina tidak mau disentuh pria itu!
Memperkosa!
Ya ampun! Entah kenapa dari semua penuturan Sean. Kata itu benar-benar terasa menganggunya.
Memperkosa! Tidak Tuhan! Ina tidak mau hidup dengan seorang pemerkosa!
"Ina--
"Ina gak mau nikah sama bapak!" putus Ina akhirnya, seraya bergegas pergi meninggalkan Ruangan itu. Meninggalkan Sean yang terdiam kecewa, sambil mendesah penuh beban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan yang Pertama (Terbit)
RomanceSequel Istri Nomor Dua Tersedia dalam bentuk ebook dan cetak Link ada di bio💜