Bab 11 Semakin Ragu

407 49 3
                                    

*Happy Reading*

Bertemu Rara dan Kean?

Tentu saja Ina mau!

Kebetulan, Ina sudah sangat penasaran pada dua orang itu. Khususnya pada Rara, yang katanya mantan istri Sean.

Ina ingin tahu bagaimana rupa Rara itu. Apa secantik istri pertama Sean? Atau malah lebih. Ina benar-benar ingin bertemu Rara.

Selain itu, Siapa tahu Ina juga bisa dapat sedikit Info tentang masa lalu mereka?

Bukan apa-apa. Jujur saja Ina sebenarnya belum yakin pada pernikahan yang Nyonya Sulis tawarkan untuknya.

Ina bukan mau sombong. Atau tak tahu berterima kasih karena sudah di tolong, bahkan diberi tempat tinggal sekarang.

Hanya saja, bagaimanapun Ina ini tetaplah seorang wanita biasa, yang punya mimpi seperti wanita pada umumnya. Yaitu ingin menikah sekali seumur hidup.

Tidak masalah jika Ina bukan yang pertama. Karena semua orang memang punya masa lalu, dan pasti pernah salah melangkah. Yang penting baginya, meski bukan yang pertama, setidaknya Ina ingin menjadi yang terakhir.

Hanya saja, jika mendengar trade record yang Mbok Darmi tuturkan mengenai Sean barusan. Ina mulai ragu bisa menjadi yang terakhir untuk Sean.

Apalagi orangnya galak dan ketus seperti itu. Ina kan jadi curiga, jangan-jangan dulu ada KDRT di rumah tangganya.

Ih, Ina gak mau disiksa!

Maka dari itu. Ina rasa dia harus bertemu Rara, untuk bisa sedikit mengetahui karakter Sean.

Hanya saja ....

"Gimana Ina? Kamu mau, kan?"

Karena belum mendapatkan jawaban dari Ina. Nyonya Sulis pun kembali bertanya pada gadis, yang kini malah tanpa sadar sedang meremas-remas ujung kaos bututnya.

Sejujurnya Ina sangat ingin bertemu Rara. Tapi ... Ina malu!

Apalagi dengan tampilannya yang seperti ini. Lusuh, kotor, dan kumel. Mirip seperti gembel.

Bajunya saja, belum ganti dari kemarin. Karena sepertinya ada yang lupa pada janjinya, yang akan membelikan baju untuk Ina.

Nah, mengingat hal itu. Ina pun auto minder, dan ....

"I-Ina di Rumah aja deh, Bu," jawab Ina kemudian. Sambil menunduk malu.

Meski Ina belum pernah bertemu Rara, dan tidak tahu bagaimana rupa wanita itu. Tapi, Ina yakin jika Rara itu pasti.juga wanita berkelas. Seperti mendiang istri pertama Pak Sean itu.

Namanya istri kedua, tidak mungkin kalah cantik dari istri pertama, kan?

"Kenapa?" tanya Nyonya Sulis kecewa.

Padahal, Nyonya Sulis sangat ingin mengenalkan Ina dengan Rara. Agar mereka bisa sharing, dan siapa tahu Rara bisa sedikit meyakinkan Ina untuk bertahan hidup bersama Sean.

Sebagai seorang Ibu. Nyonya Sulis sangat khawatir pada masa depan putranya, yang memilih melajang semenjak Audy meninggal.

Bagaimana pun, Sean itu anak satu-satunya. Dia butuh seorang pendamping, dan anak untuk meneruskan nama keluarganya.

Meski memang ada Kean, darah dagingnya. Tapi Kean sendiri sudah menyandang nama keluarga lain. Dan tidak bisa mereka akui dengan lugas sebagai penerus keluarganya.

Ugh ... ini semua gara-gara ego si bodoh Sean.

Itulah kenapa, Nyonya Sulis sangat berharap agar Ina mau jadi menantunya, dan melahirkan seorang cucu untuknya.

Tidak masalah jika Ina miskin dan tidak berpendidikan. Penting gadis ini mau menikah dengan Sean, dan bertahan dengan semua sifat Sean yang memang sangat menyebalkan.

Untuk hal itu, nyonya Sulis yakin Rara bisa membantunya.

"Ina gak mau ganggu pertemuan ibu dan mereka." Ina mencoba memberi alasan.

"Nggak ganggu, kok. Saya justru senang kalau kamu mau ikut dan mengenal mereka, bagaimana pun kamu harus tahu siapa saja orang-orang yang pernah ada di masa lalu Sean," ucap Nyonya Sulis, seperti tahu apa yang Ina pikirkan sejak tahu.

Bagaimana ini? Ina juga sangat menginginkan hal itu. Tapi ... bagaimana cara mengucapkannya, ya?

Setidaknya, Ina ingin meminta sebuah baju bersih saat ini. Agar merasa layak bertemu dengan wanita yang bernama Rara itu.

Tidak usah baru dan bagus. Cukup baju bersih saja. Itu lebih dari cukup untuk Ina, agar sedikit PD bertemu dengan orang lain.

"Ina?" desak Nyonya Sulis lagi mulai tak sabaran.

Aduh, gimana ini? Ina malu ngomongnya.

"Uhm ... itu. Uhm ... Ina ... Ina ...." Gadis itu benar-benar bingung mengutarakan keinginannya.

Meski hanya sebuah kaos bersih. Ina takut mereka salah paham, dan nanti menganggap Ina adalah wanita matre.

Masa belum jadi apa-apa saja. Sudah minta-minta. Apalagi kalau sudah jadi menantu di sini.

Ugh ... Ina benar-benar tak mau ada yang salah paham di sini.

Lalu, gimana dong menjelaskannya?

"Sudahlah, Mah. Jangan paksa dia." Sean yang sedari tadi diam dan hanya memperhatikan, tiba-tiba saja ikut menimpali

"Tapi Sean--"

"Dia hanya akan membuat malu mama kalau sampai ikut, nanti."

Eh?

"Maksudnya?" Nyonya Sulis bertanya dengan bingung.

"Lihat saja tampilannya. Mama yakin mau mengenalkan dia sama Rara."

Degh!

Cengkraman di ujung kaos Ina pun makin kencang. Karena lumayan tersinggung dengan ucapan Sean.

Ina tahu dia seperti gembel dan tidak selevel dengan keluarga ini. Tapi ... apa harus di jelaskan sedetail itu?

Ina sungguh sakit hati.

"Sean?!" tegur Nyonya Sulis kesal.

Namun pria itu hanya menaikan bahunya dengan acuh. Sebelum kemudian pergi begitu saja dengan santainya.

Tuhan ... bisakah Ina bertahan dengan pria bermulut pahit seperti dia?

================================
Sean masih nyebelin seperti dulu ya gaes!

Enaknya di apain, ya? Kita bikin sariawan aja yuk. Biar kapok kalau ngomong pedes.

Yuk, lah ramein.

Jangan lupa like, coment dan share ya ....

Bukan yang Pertama (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang