*Happy Reading*
Tok ... tok ... tok ....
Ina baru saja selesai shalat saat ketukan itu terdengar. Masih menggunakan mukenanya, Ina pun bergegas menghampiri suara tersebut, untuk melihat siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya?
Degh!
Napas Ina pun sontak tercekat, saat akhirnya melihat Sean sudah berdiri gagah di ambang pintu kamarnya. Dengan wajah datar ciri khas pria itum
Mau apa lagi pria ini?
Mau nyakitin hati Ina lagi? Atau, apa? Dia mau apa nemuin Ina lagi?
Segala praduga pun mulai bermunculan di kepala Ina, akibat kehadiran pria, yang tadi pagi sudah kembali melukai hatinya itu.
Bukan apa-apa, sejak selesai sarapan bersama tadi pagi. Ina memang berusaha menghindari Sean, yang ternyata hari ini tidak pergi ke kantornya.
Tentu saja, hari ini kan sabtu. Pria ini tentu libur bekerja di hari weekend, kan? Makanya seharian ini pria ini ada di Rumah.
Tentu saja, hal itu membuat Ina makin membatasi geraknya. Agar tidak bersinggungan dengan pria itu. Mana, Nyonya Sulis sedang tidak ada di Rumah, ya kan?
Siapa coba, yang akan membela Ina, dan menegur pria ini, jika mulut pahitnya mulai menebar racun. Selain itu, Ina juga tidak mau makin sakit hati dengan ucapannya. Karena ucapan pria ini selalu seperti silet yang mampu mengiris hatinya.
Maka dari itu, hari ini Ina benar-benar menghindari pria ini. Bahkan, memilih mengurung diri di dalam kamar, meski sebenarnya ingin sekali membatu Mbok Darmi di dapur.
"Dapat mukena dari siapa?" tanya Pria itu, setelah sejenak tadi memindai Ina dari atas sampai bawah dengan mata elangnya.
"Hah? Apa?"
Ina yang belum sepenuhnya siap bertemu pria itu pun, malah mengerjap pelan dan bingung, mendengar tanya datar yang keluar dari bibir agak tebal pria itu.
Tadi pria ini nanya apa? Mukena? Ah, iya. Itu!
"I-ini. Da-dari Bi Darmi," jawab Ina, dengan terbata.
Entah kenapa? Ina selalu kikuk jika berhadapan langsung dengan pria yang katanya akan menikahinya ini. Apalagi kalau tak sengaja bersirobok dengan tatapan dinginnya. Jantung Ina auto kebat-kebit dan ada rasa takut yang menjalar tiba-tiba.
"Kamu sholat pakai baju lusuh kamu?" tanya Pria itu, seraya menautkan alis tebalnya. "Bukannya gak boleh, kan kotor," terangnya lagi masih dengan kening berlipat.
"E-enggak, kok. Sa-saya pakai ju-jubah mandi." Ina pun kembali menjawab. Masih dengan nada terbata.
Sean pun lalu mengangguk paham, sebelum memanjangkan tangannya ke samping, dan ....
"Pakai!"
Pria itu tiba-tiba menyodorkan sebuah paper bag ke hadapan Ina. Sedikit melempar hingga Ina jadi gelagapan menangkap benda tersebut.
"Saya tunggu di bawah, 15 menit dari sekarang," lanjutnya setelah melihat Ina berhasil menerima pemberiannya, kemudian pergi begitu saja dari hadapan Ina, yang kini masih mengerjap bingung tak mengerti.
"15 menit Ina. Kalau tidak, saya tinggal!" Pria itu mengingatkan lagi. Namun tanpa mau repot-repot berhenti berjalan, dan berbalik badan melihat Ina kembali.
Apaan sih, pria itu? Aneh banget!
Ina lalu menggaruk tengkuknya dengan bingung, sebelum melirik paper bag di tangannya, dan mengintip isinya yang ternyata ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan yang Pertama (Terbit)
RomanceSequel Istri Nomor Dua Tersedia dalam bentuk ebook dan cetak Link ada di bio💜