*Happy Reading*
"Bibi lagi ngapain? Ina bantu, boleh?"
Mbok Darmi yang sedang menyiapkan bahan masakan untuk sarapan pagi itu pun langsung menoleh ke arah Ina, dan terlihat cukup terkejut melihat kehadiran gadis itu di sana.
"Loh, Non Ina kok udah bangun? Ini kan masih pagi, Non?" tanya Mbok Darmi kemudian.
Ina tak langsung menjawab. Memilih makin mendekat ke arah Mbok Darmi, dan melihat bahan apa saja yang sedang di siapkan oleh orang, yang juga sebagai kepala pembantu di Rumah itu.
"Di kampung Ina udah biasa bangun sebelum subuh, Bi. Soalnya harus membantu Ibu Warteg buat masak juga biar dapat uang lebih. Sejak itu malah jadi kebiasaan sampe sekarang." Ina kemudian bercerita dengan riang pada Mbok Darmi.
"Oh, begitu ...." Mbok Darmi hanya bergumam menanggapi Ina.
"Mbok mau masak apa, sih? Kok banyak banget bahan masakannya?" tanya Ina lagi, setelah memperhatikan bahan-bahan di atas meja.
Karena apa?
Ya, Karena seingat Ina, di rumah ini kan cuma ada Nyonya Sulis, Ina, dan para pembantu. Tapi, yang di siapkan Mbok Darmi tuh banyak banget.
Mengingatkan Ina pada Warteg tempatnya bekerja dulu, tapi .... Nyonya Sulis emang punya Warteg?
"Mau masak ayam kencur, Rendang sama mpek-mpek."
Hah?!
Ini masih pagi, loh. Kok, masakan Mbok Darmi berat-berat begitu? Apa ... memang kebiasaan keluarga ini sarapan dengan makanan berat?
Kok, aneh? Bukannya orang kaya itu biasanya sarapannya sama roti dan susu aja. Yang Ina lihat di Sinetron sih, begitu. Tapi, keluarga Abdilla kok beda, ya?
"Itu semua buat sarapan, Mbok?" Ina pun tak kuasa untuk tak menyuarakan uneg-unegnya.
"Bukan, sih. Kalau untuk sarapan, biasanya Bu Sulis makan sereal saja. Sementara Den Sean lebih suka nasi goreng."
"Loh, terus makanan ini buat siapa?" Ina kembali bertanya dengan bingung.
"Untuk non Rara sama Den Kean."
Eh? Rara? Kean? Siapa itu? Kayaknya Ina belum kenalan, deh.
Tetapi ... tunggu, deh! Yang namanya Rara Itu, sepertinya Ina udah pernah dengar. Cuma ... kapan dan di mana, ya?
"Bi?"
Sedang asik memutar memory, sebuah suara pun mengintrupsi. Membuat Ina langsung menoleh, meski sebenarnya bukan dia yang di panggil.
"Iya, Bu?" Yang punya nama pun menyahut pada sang Nyonya yang tiba-tiba muncul sambil menggulir ponsel.
"Pesanan saya-- loh, Ina? Kamu sudah bangun, Nak?" Nyonya Sulis baru menyadari keberadaan Ina.
"Ah, iya, Bu. Ina gak bisa tidur lagi sejak sholat subuh tadi." Ina menjelaskan tanpa di minta.
"Kenapa? Kamu gak nyaman sama kamarnya? Mau pilih yang lain?"
"Eh, nggak, nggak, Bu. Bukan itu maksud Ina." Ina langsung menggoyangnya tangannya dengan cepat, membantah dugaan Nyonya Sulis barusan.
Mana ada Ina gak betah sama kamarnya yang di sini. Wong kamarnya gede dan wangi, lagi. Ina pasti nyaman, lah.
Apalagi, di kamarnya yang sekarang juga ada AC-nya. Wuih! Kamar Ina jadi dingin banget kek kulkas. Tapi, jadinya Ina makin betah di kamarnya.
Soalnya dulu Ina gak punya kamar dan biasa tidur di ruang tengah beralaskan tikar. Di temani kipas angin butut yang bunyinya sudah krek krek gitu. Juga tikus yang suka sekali hilir mudik di bawah kaki Ina.
Maka dari itu, Ina harus membantah keras tuduhan Nyonya Sulis barusan. Karena itu hoax.
"Lalu kenapa kamu gak tidur lagi setelah sholat subuh? Kamu takut atau--"
"Ina cuma udah biasa bangun pagi aja, Bu." Ina pun memotong dengan cepat, agar Nyonya Sulis tak makin salah duga.
"Oh ...." Akhirnya Nyonya Sulis pun bergumam panjang, tanda mengerti.
"Ya, udah. Nonton TV aja kalau gitu. Jangan main di sini, ya?"
Apaan? Main di sini? Lah? Orang Ina mau bantuin Mbok Darmi kok, malah di katain main, sih?
"Ina katanya mau bantu saya masak, Bu." Mbok Darmi pun akhirnya membantu Ina menjelaskan keberadaannya di sana.
"Masak? Emang kamu bisa masak, Na?" tanya Bu Sulis lagi seakan meragukan Ina.
"Masak yang ringan-ringan aja sih, Bu. Kalau masak berat, Ina gak mahir." Ina menjawab dengan malu.
"Oh ...." Nyonya Sulis kembali bergumam.
"Tapi, hari ini jangan bantu dulu boleh, gak? Soalnya Rara ngidamnya masakan Bi Darmi. Jadi, biarin Bi Darmi aja yang masak, ya? Boleh, kan? Takutnya kalau beda tangan, Rara-nya gak mau. Namanya juga orang ngidam. Kamu paham kan, sayang?" terang Nyonya Sulis lagi. Membuat Ina sedikit kecewa.
Padahal Ina sebenarnya suka masak, dan ingin sekali membantu Mbok Darmi. Tapi ... kalau yang punya Rumah sudah memberikan larangan
Bisa apa Ina selain menurut. Namanya juga numpang, iya kan?"Iya, Bu. Ina paham. Tapi, kalau nemenin aja boleh, gak? Soalnya Ina gak suka nonton acara tv pagi-pagi." Ternyata Ina masih bersikukuh tinggal.
"Uhm ...." Nyonya Sulis terlihat berpikir sejenak. Sebelum akhirnya mengangguk mengijinkan.
"Tapi, temenin aja, ya? Jangan bantuin. Oke!" Nyonya Sulis mengingatkan. Ina hanya mengangguk patuh sebagai jawaban.
Setelah itu, Nyonya Sulis pun bicara empat mata dengan Mbok Darmi, dan terus memastikan semua pesanannya dibuatkan.
"Bi? Sebenarnya Non Rara dan Kean itu siapa, sih? Kok, kayaknya Bu Sulis sayang banget sama dua orang itu."
Sepeninggal Nyonya Sulis, Ina pun langsung mengajukan tanya yang sebenarnya sudah membuatnya penasaran setengah mati sejak semalam.
Ya, Ina ingat, yang namanya Rara Itu yang menelpon Nyonya Sulis semalam, kan?
"Non Rara itu ibunya den Kean."
Penjelasan macam apa itu? Tak membantu sama sekali.
"Terus mereka siapanya Nyonya Sulis?" Ina menjelaskan maksud pertanyaannya.
"Non Rara itu mantan istri den Sean, dan Den Kean itu anak mereka."
Tunggu!
Sepertinya ada yang aneh, deh. Mantan Istri? Bukannya istri Pak Sean itu bernama Audy, ya? Kok, bisa ada lagi?
"Yang di photo depan itu?" Ina bertanya seperti orang bodoh. Meski kemarin semoat mendapat sedikit penjelasan dari Nyonya Sulis.
"Bukan. Kalau itu Non Audy. Istri pertama Den Sean. Nah, Non Rara ini istri keduanya Den Sean."
Apa?!
================================
Yang baru baca lapak ini. Kalau penasaran sama Rara dan Kean bisa baca buku pertamanya, ya? Judulnya Istri Nomor Dua.Nah, harusnya novel ini judulnya Istri ketiga, ya? Biar nyambung. Tapi, takutnya malah nanti ada novel Istri keempat dan kelima.
Lah, si Sean mau kawin berapa kali, coba?😂😂😂
Jangan lupa like, komen dan share ya ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan yang Pertama (Terbit)
Любовные романыSequel Istri Nomor Dua Tersedia dalam bentuk ebook dan cetak Link ada di bio💜