“Tidak ada yang memiliki kesempurnaan. Kecuali sang Pencipta itu sendiri.”
-Risna Ayu Anjani-
...
Kini Risna tengah berbaring di atas kasur dengan kepala yang mendadak pening selepas pulang kerja. Apa lagi jika bukan perkara hutang yang tidak jelas itu. Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 malam. Tadi memang ia pulang agak cepat dari biasanya. Shift kerja Risna itu ada dua, seminggu shift pagi dari jam 08.00-16.00 dan shift malam dari jam 16.00-23.30. Dengan diberi waktu istirahat, sholat, makan selama 10 menit secara bergantian.
Risna pulang duluan sekitar jam 21.30 dengan alasan tidak enak badan. Toh memang benar kepalanya berat karena ulah pria bule itu. Ini jenis hutang macam apa? Bahkan dirinya tidak pernah meminjam uang ataupun harta lainnya pada pria itu.
Oh ayolah, apa lelaki jangkung yang selalu membuat imannya goyah karena aroma tubuhnya itu sedang mempermainkan dirinya? Jika benar begitu apa untungnya sih? Dirinya bahkan hanya seorang wanita 20 tahun yang bekerja sebagai seorang pelayan restoran dan juga anak yatim piatu yang menjadi tulang punggung keluarga. Tidak pula menarik dari segi fisik, yang ada hanya tumpukan lemak di tubuhnya.
Risna terus berpikir, berusaha mengingat hal yang mungkin ia lupakan kemarin saat dirinya bertamu ke kediaman Alex. Matanya terpejam dengan kening berkerut, berpikir keras. Hingga teringat akan satu hal yang dikiranya agak janggal. Tubuhnya terduduk seketika dengan mata yang terbuka lebar.
"Tunggu, jangan-jangan…"
Bugh!
Suara pukulan cukup keras oleh Risna pada kasurnya.
Apa untuk makanan waktu itu? Tawaran makan malam bersama itu?! Tapi ia sudah menolaknya lho! Dan terpaksa mengiyakan karena pria itu memaksa. Sekali lagi MEMAKSA. Ya karena tidak enak hati juga tentunya yang membuat dirinya harus sedikit lebih lama disana. Tapi, seriusan hanya karena itu? Jika memang benar, ia sangat menyesal. Ya, meskipun Risna akui masakan pria itu sangat lezat.
Tapi, ya tetap saja itu tak bisa menghilangkan rasa kesalnya. Kalau tahu itu tidak gratis ia memilih pulang saja. Sial.
Matanya menatap deretan angka yang tertulis di kertas kecil yang dari tadi hanya dimainkan oleh tangannya. Risna bingung untuk menghubungi nomor ini apa tidak, di satu sisi ia sangat butuh kejelasan atas hutang jenis apa yang harus dilunasi dan disisi lain ia masih merasa sedikit canggung serta malu pada pria asing itu.
"Gak! Persetan dengan itu semua! Ini menyangkut hidup dan ketenangan gue! Biasanya juga lo masa bodo amatan, Na. Kenapa jadi gini sih?!" kesalnya mengacak-acak rambut.
Dengan tekadnya Risna bangun dan langsung mengambil ponsel yang sedang diisi daya yang terletak di atas meja belajarnya. Kenapa masih ada meja belajar? Karena memang ada. Itu bekas saat dulu Risna masih sekolah. Bukan lagi untuk belajar tapi sebagai tempat pengkoleksian novel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Takdir (END ✔️)
RomantikKarya ke-1 Rahasia Takdir (GENRE : Rom-com) 17+ ---------------------- Tidak ada yang bisa menebak Takdir dari-Nya. Karena itu semua masih menjadi Rahasia yang akan terungkap dengan seiring berjalannya sang waktu. Rahasia Takdir memang terkadan...