RT - Chapter 14

1.4K 100 1
                                    

  

      Ruangan yang tadi berisi sepuluh orang kini hanya menyisakan lima orang saja, empat orang pria dan satu wanita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Ruangan yang tadi berisi sepuluh orang kini hanya menyisakan lima orang saja, empat orang pria dan satu wanita. Pria paruh baya sekitar usia 40an tengah berbincang sebentar dengan pria yang lebih muda darinya, yang sekarang menjadi rekan bisnis perusahaannya. 

Kedua pria dewasa berbeda generasi itu berjabat tangan setelah selesai bercengkrama mengenai kerjasama bisnis mereka. 

"Kalau begitu saya permisi Tuan Wijaya. Senang bisa bekerja sama dengan perusahaan anda, Selamat siang." 

"Harusnya saya yang berucap demikian, terimakasih Mr. Alex telah menerima kerjasama perusahaan kami. Selamat siang."

Alex hanya membalas dengan senyuman tipis kemudian meninggalkan ruangan ber Ac itu dengan diikuti kedua orang yang ikut bersamanya. Mereka masuk ke dalam lift untuk turun menuju lantai dasar gedung ini. 

"Bro, kau tahu nama sekretaris Tuan Wijaya tadi? " tanya Mark dengan alis naik turun saat di dalam lift. 

Alex hanya melirik sinis tidak membalas pertanyaan Mark. Ia sudah tahu gelagat pria ini sejak meeting tadi, Mark selalu memperhatikan sekretaris rekannya dengan tatapan yang sangat mudah terbaca oleh orang buta sekalipun. Tatapan buaya. Belum lagi kalimat pelengkap yang dilontarkan sebagai jurus dari seorang buaya seperti Mark. 

"Ck! Kau tidak mau memberikan informasi apapun? Astaga Ed kasihanilah sahabatmu ini yang belum mendapatkan wanitanya." Mark memegang pundak Alex dengan tatapan mengiba, tapi malah terlihat muak dilihat. 

Wanitanya? Lantas siapa mereka yang selalu menghubungi pria itu dengan nama yang berbeda-beda setiap harinya. Bahkan melakukan aktivitas saling 'menghangatkan' satu sama lain. Jadi bukankah sahabatnya itu memiliki lebih dari sekedar wanitanya? Yang ada dia mempunyai para wanitanya.

"Jauhkan tangan kotormu." Ditepisnya kasar oleh Alex. 

"Kau sangat kejam," desis Mark kemudian melirik ke arah Gistom yang sedari tadi jadi penyimak. 

"Namanya Angel." Ucap Gistom seakan tahu arti tatapan Mark padanya. 

"Kau memang terbaik. Nama yang indah seperti pemiliknya dan persis seperti namaku hanya berbeda sedikit saja. Ah aku rasa dia adalah jodoh–"

Ting! 

"Dan pemilik nama yang indah itu sayangnya sudah memiliki suami dan anak. Bahkan tengah menunggu kelahiran anak kedua mereka. Maaf tuan sepertinya, kalian tidak berjodoh." Ungkap Gistom dengan nada mengejek di dalamnya. 

Rahasia Takdir (END ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang