28.

20 2 0
                                    

Hari ke-10 setelah Kepergian Putri

Dua hari kebelakang kondisi Ramna sudah membaik, dia mulai beraktivitas seperti biasa di rumahnya.

Han |

| Gimana ram?

Temenin gua yuk |

|Boleh, kemana nih?

Makam|

|Okeyy

Thanks |

|siap babe!

Ramna meletakan hp-nya diatas meja, ia menatap dinding kamarnya dengan tatapan nanar.

"Sial, kalo lo tau pasti lo ngakak banget"

"Gua juga gatau kenapa bisa bucin banget sama lo put, liat nih dinding kamar gua isinya foto lu semua"

"Put, hari ini kita ketemu ya? Gua kangen banget sama lo"

Ramna tersenyum paksa

Ramna tersenyum paksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Anggep aja dinding...)
.
.
.
Hari ini Ramna bertemu dengan gadisnya yang ia cintai, namun kali ini berbeda. Mereka sudah berbeda alam sekarang.

Raehan berdiri di belakang Ramna, saat ini laki-laki itu masih berdiri mematung di depan makam gadisnya.

"Han.." Panggilnya

"Iyaa ram?"

"Gua harus ngomong apa ya?"

"Sedih banget gua han, gua kangen banget sama dia"

Raehan sedikih maju dan mengelus punggung Ramna

"Ungkapin apa yang selama ini lo tahan ram, kasih tau dia semuanya"

Ramna akhirnya maju dan berjongkok disamping makam gadisnya disusul dengan Raehan. Ia tidak mau nanti sahabatnya itu goyah dan akhirnya pingsan.

"Put..."

"Apa kabar?"

"Udah gak sakit ya? Kamu pasti di sana lagi senyum karna sekarang kamu gak ngerasain sakit kaya waktu itu, ya kan?"

"Maafin aku ya..harusnya aku lebih peka sama kondisi kamu, harusnya aku orang yang paling tau kalo kamu ini sakit"

"Put, kamu tau kenapa aku suka panggilan dari kamu? Itu karena ibuk put, ibuk juga ngasih nama panggilan aku nana waktu kecil...bahkan sampe sekarang dia masih manggil aku nana put"

Raehan ikut berjongkok ketika sahabatnya itu mulai terisak, sakit sekali melihat ramna dalam kondisi seperti ini

"Han gua bodoh ya han"

"Apaan sih ram, nggak!"

"Han gua setiap saat minta sama tuhan buat balikin ingatannya, padahal gua harusnya percaya tanpa gua minta tuhan pun dia mampu han"

"Gua bodoh karna doa yang tuhan kabulin itu harusnya gua pake buat minta sama tuhan untuk tetep jaga putri supaya dia tetep sehat han..."

"Itu bukan salah lo ram, itu udah kehendak tuhan"

"Han, gua kangen dia han" Ramna semakin terisak, ia meremat tanah di makam gadisnya itu

"Ram, kita semua kangen dia ram" Raehan memeluk tubuh sabahatnya itu

"Han, lo inget gua pernah ngomong kalo dia itu semesta gua?"

"Inget banget ram"

"Han dulu gua pernah kehilangan Pelangi gua han, tapi ternyata bumi tanpa pelangi pun masih bisa berwarna. Tapi sekarang gua kehilangan semesta gua han, dunia gua runtuh han" Ramna masih menangis dalam pelukan raehan

"Han, gua kangen sama dia. Gua nyerah han gua gabisa hidup tanpa putri han"

"Lo apaan sih ram! Lo gak boleh bilang kaya gitu, lo pikir putri bakal suka?! Nggak ram dia bakal marah banget sama lo!"

"Han gua benci sama takdir gua han, gua capek"

"Lo gak boleh nyerah gini ram, lo bisa"
.
.
.
"Yaudah gua langsung pergi ya"

"Balik ke rumah salma ato solo?"

"Solo ram, salma juga udah dari kapan balik kuliah kok"

"Kudet banget gua hahaa, Ati-ati dijalan lo, jangan sampe lo bikin gua trauma!"

"Siapp, yaudah gua berangkat"

"Thanks han"

"Gamasalah"
.
.
.
"Buk..."

"Kok lemes gitu, sini duduk na" Ibuk menepuk sofa disampingnya

"Buk, ramna kangen dia buk"

"Sama ibuk juga na, ahh iyaa tadi Bulan cari kamu"

"Yaudah buk Ramna kesana kalo gitu"

"Ehh mau pergi lagi?" Tanya ibuk dengan tatapan cemasnya

"Iyaa buk gaenak juga ramna belom kesana"

"Gak besok aja? Kamu pucet lo na" Ibuk menangkup wajah anaknya itu

"Ngga buk, ramna gapapa kok"

"Yasudah kalo gitu"

-------

Ramna sudah berdiri di rumah keluarga Putri, ia masih mematung karna ingatannya tentang perpisahan mereka terakhir kali kembali memenuhi pikirannya.

"Nak... kamu ngapain diem di sana? Ayok masuk" ajak ibuk

"Ehh iya buk"

"Kamu kok malah diem aja sih, kan udah biasa juga kesini ini juga rumah kamu nak"

"Iyaa buk maaf"

"Kemana aja gua tadi nyari lu" -Bulan

"Makam mas" jawabnya dengan senyum dipaksa

"Kamu gak sendiri kan nak?" Tanya ibuk khawatir

"Ngga buk, Ramna tadi ditemenin Raehan. Kalo gaada dia mungkin ramna bener-bener hancur disana"

"Nak, sudah waktunya kamu ikhlasin putri ya sayang..."

"Tapi buk, ketika Ramna udah mulai sibuk sama kegiatan ramna dan ramna lupa sama putri di situ ramna ngerasa jadi orang paling jahat buk.."

"Nak, denger ya mengikhlaskan itu bukan berarti melupakan..."

"...Kamu harus bisa menerima kepergiannya. Mungkin iya sesekali kamu lupa tentang dia yang sudah pergi, tapi itu bukan salah kamu nak...kamu ngga jahat. Kalo nanti kamu tiba-tiba teringat sama dia, disitu kamu harus berdoa untuk kebahagiaan dia di Surga"

Ramna kali ini melepaskan emosinya, ia menangis di pelukan ibuk

"Put...lihat seberapa hancurnya aku kalo gaada kamu disini put..."

Ramna & Putri : Semesta yang hilang |JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang