"Kalo tokoh utama mati, apa cerita itu selalu disebut sad ending?" Tanya ramna pada aul
Mereka sedang berada di Taman tempat Ramna dan Putri biasa kunjungi, hubungan mereka membaik
"Maksut lo?"
"Kaya hidup gua ul, Putri pergi udah setengah tahun dari hidup gua. Apa hidup gua bisa disebut sad ending?"
Aul tertawa kecil
"Emang lo udah nyampe di ending? Tokoh utama kalo genrenya romance berarti ada dua orang kan? Ram lo udah biasa sama kehidupan lo tanpa putri dan hidup lo masih panjang. Happy atau sadnya hidup lo ya ada ditangan lo mulai sekarang" Aul tersenyum"Biasa dari mana" Batin ramna
"Hampa ul" lirihnya
"Mmmm?" Aul menengok ramna
"Gua hampa tanpa dia, iya gua tau gua sekarang biasa beraktivitas segala macem kaya dulu. Tapi tetep aja ada yang kosong ul bahkan tiap detik gua kangen sama dia" Ramna tersenyum masam
"Ram, lo gak bisa kaya gini terus. Find your happines... gua yang liat lo aja kayak mayat hidup tau ga"
"If my happines is only with Putri?"
"Lo pernah cerita sama gua, Putri minta lo janji buat selalu bahagia kan? Jahat banget kalo lo ingkarin itu ram"
"HAHAHAH iyaa ul gua jahat! Jahat banget malah, gua juga gatau kenapa kadang gua benci sama dia karna dia ninggalin gua ul... ul gua capek"
"Lo cinta terakhirnya dia ram, makannya dia mau lo bahagia selalu"
"Dan lo mau gua nemuin pengganti dia gitu?" Tanya ramna dengan tatapan tajamnya
"if it can make you happy, why not? Ram gua yakin putri di atas juga pengen lo nemu orang yang bisa bikin lo kayak dulu lagi!"
"Lo gila! Gak bisa ul! Gua gabakal nyari pengganti dia sampe kapan pun, gua janji sama dia buat bahagia kan? Iya gua bahagia kok ul... tapi mungkin gak sebahagia waktu sama dia..."
"Oke, gua minta maaf... gua terlalu ngusik hidup lo. Gua cuma khawatir sama lo ram"
"Maafin gua juga, gua sensitif banget kalo soal dia"
"Gapapa gua paham, yaudah gua pulang ya Jeffry udah jemput gua"
"Salam buat Jeffry"
"Okeyy"
Aullya meninggalkan Ramna yang masih di kursi taman.
"Nggak..."
"Jangan dengerin obrolan tadi ya, aku gabakal nyari pengganti kamu kok put..."
"Maaf ya..."
"Kamu di surga gimana? Bahagia kan pasti?"
.
.
.
Ramna berjalan perlahan, wajahnya yang lesu di terpa aing malam juga sinar bulan purnama malam ini membuat suasana terasa cocok untuk mengeluh pada tuhan kalo lelaki ini sedang merindukan gadisnya."Tuhan, dia sedang apa?"
"Apakah kau menjaganya dengan baik di surgamu?"
"Aku merindukannya tuhan... aku ingin bertemu dengannya..."
Ramna memegang lututnya yang mulai terasa lemas, melepas sesak di dadanya yang sedari tadi ia tahan. Ia jatuh menangis, malam ini Ramna merindukan gadisnya.
"Ram!" Panggil raehan dari kejauhan
"Ram lo kenapa?"
"Gua nyari lo dari tadi"
Ramna mulai menghentikan isakannya perlahan
"Ngapain lo nyari gua han?"
"Kangen hahaha"
"Gua gak kangen lo, gua kangen putri"
"Pantes lo nangis"
"Jingan lo han" umpatnya
"Udah ayok balik, gua aja iri sama ke gantengan lo eh lo malah sia siain dengan cara nangis mulu elah"
"Lo tuh punya kaca gak sih han?"
"Ada gede"
"Ya ngaca goblok lu tuh juga ganteng"
"Yaudah gajadi insecure gua"
"Apaan sih anjing random banget ini"
Raehan terkekeh "nah udah senyum, ayok balik"
"Bacot"
Raehan memang hampir tiap hari selalu mencari ramna, setiap dia ada waktu pasti ia selalu mengunjungi sahabatnya itu. Ia takut karna walaupun ramna terlihat baik-baik saja tapi raehan tahu terkadang malam hari ramna selalu menangis
Rumah
Ramna memejamkan matanya, suara jarum jam dan suara jantungnya terdengar jelas.
"Hhhhhh plis merem ram merem"
Jam 22.45, ramna memeriksa jam yang ada di hp-nya.
"Tiap hari kalo malem gini pasti gua nanya, cantik lagi apa? Ck, udah gak waras gua"
Ramna bangit dari tidurnya, ia menuju meja belajar.
Ramna tersenyum, ada perasaan lega dalam hatinya setelah menulis apa yang dia rasakan. Gak semua masalah bisa diungkapin pake kata-kata, ya kan?
Alarm pengingat berbunyi, ramna kembali merebahkan dirinya dan mulai tertidur. Tanpa disadari ia tertidur dengan sedikit tersenyum.
-------
Makam
setelah semalam ia dapat tertidur pulas pagi ini ramna sudah berada di depan makam gadisnya itu. Pakaiannya rapih, senyum manisnya masih mengembang, satu bouquet bunga di tangannya terlihat indah.
Ramna mulai berjongkok di samping makam gadisnya dan mengelus nisannya.
"Hei cantik..."
"Maaf ya udah lama gak dateng hehehe'
"Nih bunga buat kamu, dulu gapenah romantis ya kita hahaha kerjaannya cuddle doang sih. Lagian gak cocok juga sih buat kita ya kan?"
"Ahh iya, Happy birthday..."
"Mmmm mau ngomong apa ya, bingung nih"
Ramna terdiam beberapa saat menatap tanah lembab di bawahnya
"Teruntuk kamu semestaku, terima kasih ya sudah menjadi semesta yang indah buat aku. Aku tau mungkin ini berlebihan, iya cringe banget kalo aku yang ngomong hehe tapi serius kamu tuh indah banget bukan cantik lagi tapi indah. Kalo nanya alesannya apa itu karena kamu udah berhasil balikin warna dihidup aku lebih dari itu malah, kamu juga harus tahu kalo kamu itu semesta bagi siapapun bukan cuma aku aja..."
"Tapi put, maaf. Aku gak sanggup...liat aku! Aku kacau banget, aku bener-bener hancur, aku capek"
Ramna mulai meneteskan air matanya, ia mendongakan kepalanya ke arah langit.
"Put... ini terakhir aku pergi ke sini ya, maaf"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramna & Putri : Semesta yang hilang |Jaemin
Fanfiction[COMPLETE - TAHAP REVISI]