CHAPTER 17

434 95 45
                                    


~Π~

Mara memperhatikan layar ponselnya yang gelap, lalu beralih ke pemandangan di luar. Lampu-lampu jalan bergulir melalui jendela disampingnya, menyita perhatian Gadis itu.

Sementara, Hendry yang berada disebelah nya tetap fokus menyetir. Kini waktu telah menunjukkan pukul setengah 10 malam dan seperti biasa, Mereka sedang menuju perjalanan pulang ke Penthouse sekembalinya dari Hotel.

Mara perlahan menyandarkan kepala di sandaran kursi. Memejamkan mata sejenak, memikirkan kondisi sepupunya yang tidak ada kabar sampai sekarang.

Semenjak kejadian di Toko Ratna beberapa hari yang lalu, Theodore tiba-tiba menjadi sulit dihubungi dan tak terdengar lagi kicauannya. Hal itu membuat Mara gelisah, ditambah kenyataan bahwa ternyata sepupunya itu pernah memiliki hubungan asmara dengan sahabatnya, Ratna.

Hal itu membuat Mara kian tidak enak hati karena membuat luka yang ada di antara mereka kembali muncul ke permukaan akibat dirinya. Apalagi setelah tahu bahwa kisah Cinta kedua orang terdekatnya itu berakhir dengan perpisahan yang pahit.

Mara memang tidak tahu Pasti bagaimana detail kisah asmara keduanya, tetapi dari reaksi Ratna yang ia lihat kemarin, Gadis itu langsung paham bahwa hubungan keduanya tidak berjalan mulus dengan akhir yang tidak baik-baik saja.

Seketika sebuah dorongan muncul dari dalam lubuk hatinya untuk melakukan sesuatu dan memperbaiki apa yang menurutnya harus diperbaiki itu.

Mara tahu betul bahwa ia tidak punya hak untuk ikut campur dalam hubungan keduanya dan tidak ingin bermaksud lancang, tapi setidaknya Ia ingin kedua orang terdekatnya itu, baik Theodore maupun Ratna bisa menyelesaikan permasalahan mereka dengan damai, agar tidak ada lagi beban diantara keduanya.

Sehingga pada akhirnya, baik Ratna maupun Theodore bisa menjalani hidup Mereka masing-masing dengan tenang tanpa harus tenggelam lagi dalam masa lalu yang menyakitkan. Itulah yang ada dipikiran Mara saat ini.

Tapi pertama-tama, Dimanakah Theodore sekarang?

Mara membuka mata perlahan ketika merasakan pergerakkan mobil yang terhenti. Gadis itu menatap Countdown Traffic Lamp di depan sana.

Untuk sejenak Gadis itu terdiam seolah berpikir, sebelum akhirnya memecah keheningan.

"Ka.." ucap Gadis itu pelan.

Hendry langsung menatap Mara--yang kini juga sedang menatapnya--begitu mendengar suara Adik tirinya memanggilnya.

"Bisakah kakak putar balik?"

Alis Hendry bertaut bingung.

"Ada apa?" tanya suara Baritone itu.

"Sepertinya... Untuk malam ini aku ingin menginap bersama Ayah dan Ibu," ungkap Gadis itu yang terdengar agak meragukan.

Hendry sempat terdiam untuk sejenak. Mara bisa melihat ketidakyakinan di wajah Kakak tirinya itu.

Karena merasa janggal dengan permintaan Mara, akhirnya Hendry pun menolak.

"Kita masih bisa kesana besok."

"Untuk malam ini saja..."

Mara reflek memegang tangan Hendry yang ada di atas Persneling, menatapnya dengan sorot memohon.

Tanpa diduga, setelah lampu Merah berakhir Hendry langsung memutar mobilnya. Pria itu kembali menuju Hotel tempat orangtua mereka menginap.

Gadis itu agak terheran karena ternyata Aksi kecilnya berhasil, tapi ia juga senang karena ternyata membujuk Hendry bisa 'Semudah' ini!?

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang