~Π~**Hari Pesta**
Tangan-tangan telaten itu dengan apik menyapukan perona pada kedua pipi Mara, sedang tangan-tangan lainnya sibuk memakaikan anting-anting Tiara dan berbagai perhiasan sebagai aksesori pemanis.
Gaun mewah telah melekat sempurna di tubuh indahnya. Membuat Gadis itu nampak seperti Porselen hidup yang amat mempesona."Ibu dengar kemarin kau pulang dengan Hendry."
Suara Helni memecah keheningan.
Mara melirik melalui sudut mata ke arah Ibunya disamping, yang juga sedang di Make-up. Sebentar lagi pesta akan segera dimulai. Kini mereka berdua sedang berada dalam ruang Rias yang sama.
"Ibu senang melihat kalian sekarang menjadi dekat. Itu bagus." Helni menatap Mara. Menyungging senyum tipis.
Tangan Helni bergerak menyentuh tangan Mara. Menggenggamnya.
"Ibu harap kau bisa terus mempertahankan hubungan baik itu dengan kakak mu." Helni berkata manis, namun penuh penekanan di dalam Nada-nya.
Gadis itu paham betul apa yang dimaksud Ibunya.
Mara menarik tangannya lepas dari genggaman Helni. Nampak enggan. Lalu berkata pelan, "Ka Hendry sudah berubah, jadi Ibu tidak perlu mengkhawatirkan hal itu."
"Ibu lega mendengar hal itu," ucap Helni pelan, lalu menatap cermin besar di depan mereka.
Mara ikut menatap pantulan Ibunya lewat cermin di depan. Tatapan ambisius Helni membuatnya menyadari bahwa sosok Ibu yang selama ini ia kenal telah berubah. Tak tersisa sedikit pun.
Banyak yang ingin Mara katakan pada Helni. Banyak yang ingin Gadis itu ungkapkan serta pertanyakan pada Ibunya.
Sayangnya, Gadis itu tidak bisa mengutarakan perasaannya. Sekuat apapun ia berusaha mengeluarkan unek-uneknya, sekuat itu pula tenggorokkannya mencekatnya. Seolah-olah ia tidak dapat berbicara. Tidak boleh berbicara lebih tepatnya.
Pada akhirnya yang bisa Mara lakukan hanyalah memendam perasaan itu dalam hati saja.
Setelah selesai, Mara dan Helni bergegas keluar dari ruang Rias. Turun ke bawah, menyusul Mulyawan dan Hendry yang sudah menunggu keduanya. Mereka hendak memasuki ruang acara bersama-sama sebagai Keluarga Inti Tjo Soekotjo sekaligus sebagai Tuan rumah dari acara yang diselenggarakan.
Seluruh tamu undangan telah berkumpul di dalam Ballroom menunggu kehadiran Keluarga Mulyawan.
Mara berjalan di belakang Helni yang memimpin di depan, di dampingi asisten pribadinya seperti biasa. Tampilan Wanita itu luar biasa mewah. Dari ujung kepala hingga kaki tidak ada satu pun titik yang tidak bercahaya. Permata dan berlian menjadi pernak-pernik di setiap jengkal tubuhnya.
Suara High Heels yang Helni kenakan menggema berbenturan dengan lantai marmer sepanjang perjalanan menuju tempat acara. Dengan dagu yang menghujam ke depan, langkahnya sangat mantap dan penuh percaya diri. Sebagai Wanita berkepala pertengahan 40 an karismanya tidak main-main. Membuat orang-orang yang ada di sekeliling tanpa sadar sudah menunduk, segan.
Sedangkan itu, nampak Mara dibelakangnya berjalan agak menjaga jarak. Gadis itu adalah keterbalikan dari Helni. Dia sama sekali tidak suka menonjolkan diri, apalagi menjadi pusat perhatian. Namun begitu, kecantikan parasnya tak kalah dari Helni. Walau tak ingin begitu memperlihatkan ke-elokan parasnya, tetap saja kecantikannya akan tetap terpancar pada seluruh mata yang memandang.
Setiap hentakkan kaki Mara seakan-akan memberi getaran pada sekelilingnya. Siapapun yang melihat pasti akan langsung menatapnya tanpa henti, seolah tenggorokkan mereka kering di dera dahaga yang tak kunjung dialiri air. Terpukau oleh keindahan parasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I
Romansa[Bahasa Indonesia] WARNING! This story isn't allowed to be use or adapted in any way without Author permission ©Ranran_perspective. Suitable for 17+ GENRE : Psychology, drama, tragedy, Romance, sliceoflife, Revenge. All the Characters, Names, Pl...