CHAPTER 1

899 142 17
                                    


***

Sebagian orang datang kehidupmu untuk memberikanmu kekuatan dan sebagiannya...

Memberimu 'Neraka'.

Tetapi, jangan pernah menganggap remeh cinta mereka, karena pada akhirnya kau akan menyesal.

Dan juga jangan membenci mereka terlalu dalam, karena mungkin kau akan mencintainya terlalu dalam...

~Π~

Jakarta, Indonesia 2019.

Di suatu malam yang gelap, petir terus menggelegar, hujan turun dengan deras mengguyur seluruh permukaan tanah kota Jakarta.

Nampak dua orang-Laki-laki dan perempuan-saling berpegangan tangan erat. Mereka berdua berlari tergesa menuju mobil yang terparkir di sisi jalan. Begitu masuk, BMW putih itu langsung melejit kencang. Membelah jalan sepi. Menembus guyuran hujan.

Di belakang mobil itu terlihat mobil-mobil Hitam yang mulai bermunculan, mengejar.

Terjadilah aksi kebut-kebutan sengit antara mobil putih dengan beberapa mobil hitam yang gencar mengejar di belakangnya hingga berlanjut di atas Tol yang sepi.

"Tama, Mereka semakin dekat!"

Pekik sang gadis bersurai panjang, histeris menengok ke belakang. Melihat jajaran mobil hitam yang kian mendekat.

"Calm down Mara .. We'll get through this!" ucap lelaki di sampingnya optimis. Mencoba menghadapi situasi yang sedang terjadi setenang mungkin.

Sang pria semakin menginjak pedal seiring dengan adrenalin yang terpacu. Matanya setia menatap lurus ke jalanan di depan namun pandangan di depan sana terlalu kabur oleh kabut dan air yang deras.

Suasana makin mencekam tatkala gumpalan Kabut semakin kental menutupi jalan. Membuat pria itu tidak dapat melihat adanya sebuah Tronton yang tak jauh di depan.

Karena kaget, pria itu mendadak membanting stir ke kiri.

Mobil sedan tersebut lepas kendali dan berputar-putar dengan hebat sebelum akhirnya menabrak pagar pembatas hingga terbalik.

BRAKK...

Bunyinya begitu keras.

Seluruh kaca pecah dan asap keluar dari mobil yang kini hancur. Seketika mobil-mobil hitam yang membuntuti berhenti mendadak. Orang-orang ber jas itu serempak keluar dan mengelilingi mobil putih yang hancur lebur di depan mereka tetapi tidak ada satu pun yang berani mendekat.

Hingga salah seorang mencoba mendekat memastikan kondisi penumpang di dalamnya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, sepatu pantopelnya menginjak genangan air hujan yang berwarna merah. Saat ia menyadari air itu megalir dari mobil tersebut tubuhnya menegang.

"D...darah..." gumamnya sambil menengok ke belakang, kepada orang-orang di sana.

Di bawah langit malam dan guyuran hujan.

Nafas orang-orang tercekat di dada.

Suara petir dan Sirene ambulance menjadi latar untuk mereka.

Tapi itu nampak seperti dongeng yang nyata,

karena nyatanya mimpi buruk itu telah berlangsung lama.

CASTLE MADE OF GLASS : BOOK I Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang